crazy.

4 1 0
                                    

Christy masih berjongkok manis, Steve terus melihat dan mengawasi luar kelas dari dalam. Danendra duduk di bangku Steve.

"Crazy!!!" Ucap Danendra tiba-tiba.

Ucapan Danendra barusan membuat Steve marah dan memukul pundak Danendra.

"Aww, sakit bego."

"Lo brisik banget!! Gue bakal ceritain nanti setelah dia pergi." Tunjuk Steve kearah luar kelas menggunakan dagunya.

"Maksud lo, Sammy?" Steve mengangguk.

"Kenapa?"

Christy mencubit kaki Danendra.

"Aww, sakit."

Danendra hendak berprotes kepada Christy, namun raut wajah Christy sudah merah, matanya melotot sambil mengangkat jari telunjuknya yang di tempel di mulut.

"Maap dah, gue khilaf. Lagian kenapa mesti ngumpet sih? Kan dia pacar lo?"

"Lo budeg apa gimana si?!"

Steve meremas kertas yang tergeletak di meja salah satu siswi di kelasnya, lalu menyumpalkan di mulut Danendra yang tidak bisa diam dari tadi.

Danendra mengambil kertas yang ada di mulutnya, lalu dia mual-mual seperti mau muntah.

"Ini kertas habis di ketekin sapi apa ya? Gilaa, bau banget."

"Ketek lo!!" Sahut Steve, greget.

"Ya deh, ketek gue emang bau sapi. Maklum lah, ora kaya makannya pake lauk sapi teros gito loh. Gue, Danendra tertampan. Mau ijin pamit keluar."

Steve menarik kerah baju Danendra, "Jangan kasih tau Sammy kalo gue sama Christy ada di dalem." Bisiknya.

"Tanpa lo kasih tau, gue juga udah tai. Eh maksud gue udah tau soal itu. Selow aja bro, selow."

"Bagus."

"Bagus nggak ada disini adanya Bagas."

Steve melepaskan sepatu yang ada di kaki kanannya dan hendak di leparkan ke Danendra. Namun Danendra sudah terlebih dahulu kabur.

"Bener-bener bikin naik darah tuh anak." Gerutu Christy.

"Chris, sepertinya Sammy mulai curiga kalo kita ada di dalem."

"Terus, gimana Ve?"

"Lo tenang aja, gue pasti ngelindungin lo kok."

Melihat Sammy melangkahkan kakinya menuju kelas Christy untuk mencarinya. Steve langsung jongkok dan memeluk Christy.

"Dia kesini." Ucap Steve.

"Kok sepi banget yaa kelasnya."

"Christy... kamu ada di dalem?"

"Chris?"

Sammy melihat ke setiap ruang kosong yang ada di samping tempat duduk. Dia menemukan Christy dan Steve tengah saling menatap dengan lekat.

"Christy!!" Panggil Sammy.

Christy terlonjak kaget dan langsung berdiri sambil merapikan baju dan roknya.

"Lagi ngapain kalian berduaan disini?"

Steve berdiri, tangannya mengepal. Wajahnya yang selalu ceria kini berubah menjadi merah padam.

"Apa urusan lo nanya itu?" Tanya Steve.

"Gue pacar Christy, wajar dong kalo gue nanya."

"Kalo lo pacar Christy, seharusnya lo jagain dia bukan nyakitin dia. Cowo apa cewe sih? Cuma jagain aja nggak becus!!"

"Gue nggak nyakitin, gue sama Caroline kemarin cuma nggak sengaja ketemu. Dan lo nggak usah ikut campur urusan gue sama Christy deh."

"Kalo lo nyakitin dia!! Itu urusannya sama GUE!! PAHAM?!!"

"Udah diem, brisik banget kalian!!"

Steve menarik kerah baju Sammy, pukulan yang sedari tadi dia tahan akan melayang bebas ke wajah Sammy. Namun Christy sudah terlebih dahulu memisahkan mereka.

Christy membawa Steve ke mejanya.

"Ve, duduk dulu ya. Biar gue selesein sendiri. Nanti gue balik lagi kesini kok."

Christy berjalan mendekati Sammy. Sammy menggenggam telapak tangan Christy dan pergi ke tempat yang sepi.

"Aku minta maaf Chris, tapi itu semua cuma salah paham."

Christy melepas genggaman Sammy dengan kasar. "Minggir!!"

"Kamu bener, seharusnya aku nggak sedeket kemarin."

"Seharusnya aku lebih mentingin kamu."

"Seharusnya aku ngejar kamu tanpa berpikir panjang. Sekali lagi, aku minta maaf sayang."

Dari ucapan Sammy yang panjang kali lebar. Christy hanya menjawab sekali dan sangat singkat.

"Gue tau kok."

Christy pergi berlari menuju kelasnya, Sammy hendak mengejarnya namun ada hal yang membuatnya tidak mengejar kekasihnya itu. Caroline menarik lengan Sammy menuju kantin.

"Temenin gue ke kantin, gue sendirian Sam."

Christy yang berhenti di depan pintu, dan menengok ke arah Sammy melihat kemunculan dan tindakan Caroline yang berlebihan.

'Gue mau putus!! Gimana pun caranya! Melihat tindakan Sammy yang ga adil ke gue bikin gue tambah muak ke mereka berdua. Gue benci mereka!!"

Steve berdiri dari tempat duduknya, dan mendekati Christy.

Christy memeluk Steve dengan erat, suara isakannya terdengar lirih dari luar.

"Udahlah, nggak perlu nangisin cowo brengsek macem dia lagi Chris."

Christy melepaskan pelukannya dan masuk ke dalam kelas mengambil tasnya lalu keluar lagi untuk pergi dari sekolah.

"CHRISTY!!" Teriak Steve, namun tidak di hiraukan oleh Christy.

Disusul oleh Steve, dia berlari ke dalam kelas mengambil tasnya dan pergi menyusul Christy.

•••

Laki-laki tak hanya satu, jika dia memilih yang lain kita tinggal pergi dan tak perlu menganggapnya ada selama ini.

Mungkin mereka hanya sebatas saudara, namun rasa cinta itu lebih mudah tumbuh karena perhatiannya yang melebihi batas.

Dan jangan pernah lupa, bahwa sebuah keajaiban itu akan datang di kehidupan kita.

Always RememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang