Part 3

1.5K 174 15
                                        

Hepi, ya!

'



Brakkk!

Terlambat. Truk itu sudah menghantam mobilku. Tanpa peduli, aku langsung berlari menuju mobilku yang sudah setengah hancur. Tak peduli walau bunga itu sudah jatuh berhamburan.

"Tidak. Hyoo Soo, tidak mungkin," gumamku sambil berlari.

Dengan susah payah ku buka pintu mobilku yang sudah hancur. Hatiku teriris melihat keadaan Hyoo Soo saat ini. Kepalanya mengeluarkan banyak
darah, dan badannya terhimpit kursi juga dashboard mobil.

"Hyoo Soo, kau bisa mendengarku?" Bisikku, terus berusaha mengeluarkannya dari mobil.
Tak ada jawaban. Aku semakin panik di buatnya.

"Hyoo Soo, bertahanlah! Kumohon jangan tinggalkan aku." Cemas, panik, takut, semua menjadi satu. Secepatnya aku harus mengeluarkannya sebelum mobilku meledak dan membakarnya.

Siapapun, tolong aku.

Tiba-tiba seorang wanita berlari menghampiri kami. Tepat saat aku berhasil mengeluarkan Hyoo Soo dari mobil.

"Dia harus dibawa kerumah sakit secepatnya. Telepon ambulans. Aku akan mencoba menghentikan pendarahan di kepalanya."

Tak lama ambulans datang. Hyoo Soo pun langsung di bawa ke rumah sakit. Aku harus berterima kasih pada wanita itu. Tapi, kemana dia?

Lupakan soal berterima kasih. Aku harus segera ikut ke rumah sakit.




••

Kupandangi guci berwarna putih yang berada di dalam sebuah lemari kaca. Guci yang berisikan abu dari orang yang sangat kusayangi.

Benar apa kata pepatah, kau tidak akan pernah bisa bersama dengan cinta pertamamu.

Ini semua salahku. Andai aku tidak meninggalkannya sendiri dimobil. Andai aku mengikuti
keinginannya untuk tetap jalan-jalan walau salju turun. Andai, andai, dan andai saja.


.
.

"Hyoo Soo, kenapa kau meninggalkanku sendiri?" Aku bergumam pelan diiringi air mata yang tak kunjung berhenti.

"Bukankah kau berjanji untuk tetap berada disisiku?"

"Maafkan aku. Andai saja aku tak meninggalkanmu di mobil. Mungkin hal ini tidak akan pernah terjadi."

"Maafkan aku. Ini semua salahku"

"Bolehkan aku ikut denganmu? Ini baru 3 hari dan aku sudah sangat merindukanmu. Bagaimana dengan berikutnya?"

"Aku tidak bisaa..."

"Tunggu aku, sayang. Tunggu aku disana. Aku akan menyusulmu."

"Paman, tolong 1 botol soju lagi." Teriakku pada pemilik kedai kaki lima dipinggiran sungai Han.

"Astaga, anak muda! Kau sudah minum 5 botol. Dan kau masih ingin minum lagi?"

"Biar saja. Hidupku sudah tidak ada artinya lagi. Aku ingin menyusul seseorang yang sangat jauh dariku. Paman tenang saja, aku akan membayarnya atau mungkin kerabatku?"

Racauku yang entah kemana.





Author POV

"Hei! Aku seperti mengenal orang itu" ucap seorang pria pada temannya yang baru masuk kedai. "Coba kau lihat! Dia sangat mirip dengan Yoongi, bukan?"

Seokjin melihat ke arah pandang temannya, Hoseok.
"Sepertinya, benar. Ayo kesana"


"HEI, MIN YOONGI! KAU SUDAH GILA, HAH?!" Omel Seokjin melihat meja Yoongi penuh dengan botol soju.

Yoongi tidak peduli. Dia kembali menuangkan soju dalam gelasnya. "HENTIKAN, BODOH! KAU SUDAH SANGAT MABUK!"

"Aku baik-baik saja" jawabnya dengan suara parau.

"BAIK-BAIK SAJA, KATAMU?! KAU INGIN MATI?!"

"Ya, aku memang ingin mati"

Prakk

Yoongi membanting botol di tangannya. Mengambil pecahan itu dan di arahkan pada pergelangan tangannya.

"Bagaimana ini?" Panik Hoseok.

"Yoongi-"

"Aku ingin mati. Aku akan menyusul Hyoo Soo"

"Yoon-"

Sssrrttt

Terlambat. Yoongi berhasil menyayat tangannya sendiri. Setelahnya, langsung pingsan di tempat.






..

Luka yang dialami Yoongi lumayan parah sampai harus dijahit dan di perban.

Sang dokter mengamati wajah di depannya yang  terasa tidak asing. Seperti
pernah melihat. Tapi, ia sendiri lupa kapan tepatnya bertemu dengan pria itu.


TBC--

Ehheeee...

Ini masih punya majesnatic. Tp, ku ringkas. Ini 8 part loh cuma jd 3 part aja.

Gue kalo ngeringkas gak tanggung2 ya.

Bodo ah.

Lavyu

Ryeozka

Goodbye Road /ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang