Part 18

1.1K 139 15
                                    

Maafkan baru up. Banyak gangguan. Mana hari ini mati listrik. Kan syalan!

.
.

Tak ku sangka dia akan menangis tergugu seperti itu. Ternyata dia manja juga. Mengingatnya aku jadi tersenyum sendiri.

"Kenapa senyum-senyum?" Tegurnya dengan ketus. Seolah hafal akan senyumanku.

"Tidak. Tidak ada"

"Kau menertawakanku, kan?"

"Percaya diri sekali"

"Aku tahu, Min Yoongi. Kau itu semakin hari semakin menyebalkan"

"Terima kasih. Aku memang semakin tampan"

"Min Yoongiiiiiii!!!!"

"Jangan berteriak. Aku sedang mengemudi"

"Aku bosan" celetuknya tiba-tiba.

"Bosan denganku?"

Seketika dia menatapku tajam. "Ck! Bukan"

"Lalu?"

"Lakukan sesuatu untukku"

"Apa? Menyanyi? Aku tidak bisa bernyanyi. Kalau rap aku masih bisa sedikit-sedikit"

"Terserah! Aku kesal padamu" katanya seraya menatap ke depan.

"Minggu besok aku ingin mengajakmu"

"Kemana?" Sahutnya langsung antusias. Bahkan matanya langsung berbinar-binar.

"Tidak tahu. Ikut saja besok"

"Yakin? Tidak bohong?"

"Yakin. Tidak bohong"

Entahlah. Aku suka dia yang seperti ini. Dia yang bisa tersenyum lebar atau dia yang merengek. Seperti Hyoo Soo?

Ah, sepertinya aku sudah melihatnya sebagai dia sendiri. Bukan lagi sosok Lee Hyoo Soo yang telah pergi. Dia berhasil menggantikan tempatnya di hatiku.

Tapi, bukan berarti aku melupakan Hyoo Soo. Dia tetap mantan terbaik selama hidupku. Dan untuk membahagiakannya yang telah pergi, aku akan membahagiakan sosok yang tengah bersamaku. Jang Rae Na, seorang dokter yang akan menjadi penyelamat seumur hidupku.









.

"Cepatlah! Kau sedang apa?" Teriakku dari balik pintu tempat tinggalnya.

"Berisik sekali!" Sulutnya sambil membuka pintu. Sementara, aku masih memandang pemandangan indah di depanku. "Kenapa? Kenapa menatapku seperti itu?!"

"Tidak. Tidak percaya saja kau akan berpakaian seperti ini"

"Kenapa? Jelek?"

"Gantilah dengan yang lebih santai. Kau pikir kita akan menghadiri rapat?"

Ya, begitulah. Dia memakai pakaian formal.

Indah,

Kenapa aku bilang indah? Karena, ini menunjukkan bahwa dia orang yang rapi dan bertanggung jawab. Tapi, tetap ini tidak sesuai.

"Jadi, aku harus ganti?"

Aku hanya mengangguk. Terlihat sekali jika dia tengah menahan kekesalan. "Min Yoongi! Kenapa kau menyebalkan sekali?!"




.

Lee Hyoo Soo, aku telah mendapatkan penggantimu. Untukmu aku akan menjaganya. Aku akan bahagia dengannya. Untukmu, aku akan memberikan yang terbaik untuknya.

"Kenapa? Kau memikirkan Hyoo Soo?" Tanyanya.

Aku yang tengah mengemudi langsung menatapnya beberapa detik. Kemudian ku genggam tangannya. Ku berikan senyum tulusku. "Memikirkanmu"

Ku parkirkan mobilku. Membuatnya sedikit terkejut. "Kita ke sini? Untuk apa?"

"Melihat-lihat" Jawabku sebelum turun dari mobil.

Berjajar rapi kilau berlian disetiap sudut. Terlihat jelas dia sangat terpukau. Hanya saja dia tetap mempertahankan sikap elegannya.

"Kira-kira kau pilih yang mana?"

"Aku? Kau ingin membelikannya untukku?"

"Tidak"

Dia tampak kecewa rupanya. "Lalu, untuk apa kau membawaku ke sini?"

"Sudah ku bilang untuk melihat-lihat, kan?"

"Ck! Percuma!" Bisiknya yang masih bisa ku dengar.

"Tidak sekarang. Tapi, nanti" tuturku halus seraya membelai rambutnya.

Benar. Aku memang hanya membawanya melihat-lihat. Sekarang kami sudah keluar dari tempat itu. Seperti biasa, kami akan menghabiskan hari minggu dengan jalan-jalan. Saling menggenggam dan memberi senyum.

Namun, kini dia tampak merajuk. Dia marah. Alasannya sederhana. Dia merengek minta di belikan eskrim. Ya, seperti kencan-kencan sebelumnya. Tapi, aku menolak. Berakhirlah seperti ini. Saling diam di dalam mobil.

"Sudah petang. Masih tetap mau eskrim?" Tanyaku.

Diam. Ya, seperti itu. Entah dari mana sifat itu menurun. Benar-benar tampak berkepribadian ganda, bukan?

"Masih mau, tidak? Kalau mau aku belikan"

"Terserah!"

Ku hela napas, setengah frustasi. Sebelum akhirnya turun dan menuju kedai eskrim di seberang jalan.

"Tunggu disini dan jangan kemana-mana" Perintahku.

Sungguh, dia itu ceroboh. Aku tidak mau kejadian sebelum-sebelumnya terjadi.

Ku bawa satu eskrim berukuran sedang ke arahnya. Dari sini, terlihat dia sedang menunduk sambil mengerucutkan bibirnya. Lalu, menggerakkannya hingga pipinya tertarik.

Aku tersenyum, dokter itu ternyata punya sisi kekanak-kanakan juga. Hingga sebuah suara mengagetkanku.

"NONA!  AWAS!  CEPAT KELUAR DARI MOBIL!"

Aku menengok ke sumber suara. Tapi, justru aku menemukan mobil yang melaju tak teratur dari arah berlawanan. Ada dua kemungkinan, pengemudi itu mabuk atau remnya tidak berfungsi.

Rae Na?

Astaga!

Aku mulai panik sekarang. Aku melihatnya. Dia tengah sibuk membuka sabuk pengaman. Wajahnya juga cemas.

"CEPAT KELUAR!" Teriakku.

Rupanya sabuk itu sulit dibuka. Aku segera berlari ke arahnya. Meski banyak kendaraan berlalu lalang. Tak kan ku biarkan terjadi sesuatu padanya.

Bayangan tentang Hyoo Soo seketika memenuhi otakku. Tidak. Tidak boleh terjadi. Jika harus terjadi maka, aku akan ikut dengannya. Dia tidak boleh pergi sendiri.

Rentetan kejadian dimana dia hampir tertabrak pun mulai mengusik. Membuat otakku berpikir yang tidak wajar.

"Cepat! Ayo keluar!" Pekikku seraya membantu membuka sabuk pengaman. Sementara, di sisi jalan, banyak orang histeris karena panik.

Lima detik. Lima detik saja terlambat, kupastikan. Ini terakhir kalinya kami melihat bintang.

5




4










TBC--

Hepi tu yu buat bang jin ya.



Lavyu

Ryeozka

Goodbye Road /ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang