Part 5

1.3K 151 2
                                    

Helo ma ridest on dis wetped.

..

"Berhenti memandangi cincin itu!" Celetuk Seokjin yang duduk di depan pria bermarga Min itu.

"Aku yakin cincin itu milik Hyoo Soo"

"Lalu, apa yang akan kau lakukan jika itu benar?" Tanya Seokjin, malas.

"Aku ingin mengambilnya"

"Bagaimana caranya?"



..

Hari ini, tepat hari ke-15 kepergian Hyoo Soo. Selama itu pula Yoongi belum bisa melupakannya. Bukannya lupa, justru kenangan saat bersamalah yang selalu memenuhi otaknya.

Sikap manjanya, tingkah lucunya, sifat dewasanya atau sifat kekanak-kanakannya yang muncul tiba-tiba. Jika mengingatnya hanya air mata yang akan mengalir.

Penyesalan Yoongi, kenapa dia sering menolak keinginan gadis itu. Hanya membeli cincin saja butuh waktu dua tahun.

Andai, semua bisa kembali. Yoongi ingin segera menikahi kekasih hatinya. Ingin segera memiliki seutuhnya. Tapi, sekali lagi itu hanya 'andai'. Pengandaian yang berujung menyakitkan.

"Aku ingin bertemu dengan dokter Rae Na" kata Yoongi pada resepsionis wanita di rumah sakit itu.

"Maaf, apa anda sudah ada janji?"

"Apa harus ada janji?"

"Benar. Setahu kami, dokter Rae Na sangat sibuk satu minggu ini. Jadi, jika belum buat janji, kami rasa itu sangat sulit"

"Apa jika aku ingin berobat juga harus ada janji lebih dulu?" Yoongi mulai jengah.

"Benar. Semua pa-"

"Baiklah!"

Merasa kesal, Yoongi kembali ke mobilnya. Memikirkan cara agar dapat bertemu dengan dokter itu. Jarinya mengetuk-ngetuk kemudi di depannya.

"Pukul 11.45" gumamnya saat melirik jam di tangannya. "Apa aku tunggu sampai jam makan siang saja?"

...

Jam makan siang.

Yoongi kembali masuk ke rumah sakit. Mengedarkan pandangannya. Berusaha mencari sang dokter yang mungkin ada disekitar sana.

"Masih belum pulang, tuan?" Sindir resepsionis yang sempat melayaninya.

"Pukul berapa dia makan siang?" Tegas Yoongi.

"Dia siapa yang anda maksud?"

"Doktermu itu!"

"Beliau sedang makan siang"

"Bagus" gumamnya senang.

Tak ingin buang waktu, Yoongi segera menuju kantin rumah sakit. Matanya langsung mencari sang dokter.

"Itu dia"

Yoongi menuju tempat di mana dokter itu duduk bersama dua temannya.

"Maaf, bisa mengganggu sebentar?" Tanya Yoongi lembut.

"Silakan" kata salah satu temannya.

"Aku ingin bicara dengan dokter Rae Na sebentar. Apa bisa? Aku pernah menjadi pasiennya beberapa waktu lalu"

Rae Na terkejut. Atas dasar apa mantan pasiennya ini menemuinya. Reflek dia memberi kode pada dua temannya agar tidak pergi.

"Ya, silakan!"

Sial. Apa dua temannya ini tidak mengerti?

"Apa ada yang anda keluhkan?" Ramah Rae Na layaknya seorang dokter.

"Ya, tentu saja! Saya merasa cincin di jari anda milik kekasih saya"

"Maaf, sepertinya anda salah tempat"

"Ini jam istirahat. Tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Aku hanya ingin cincin di jarimu itu"

"Bisakah kau tidak menggangguku hanya karena cincin itu. Itu punyaku"

"Hanya, kau bilang? Itu milik kekasihku. Cincin itu sangat berarti. Bisa kau berikan padaku?"

"Ini milikku. Astaga!"

"Aku tidak percaya. Cepat kembalikan!" Dingin Yoongi.

"Tidak. Kalau kau mau, buat sendiri sana!" Tegas Rae Na.

"Kau pikir itu ada duanya? Jangan asal bicara, sialan!"

"Apa kau bilang?! Beraninya kau mengatai seorang dokter 'sialan'!"

"KARENA-"

Hampir saja Yoongi membentak. Hingga menarik perhatian orang yang ada disana. Namun, langsung memelankan suaranya. "Awas saja! Urusan kita belum selesai. Aku akan kembali. Kalau perlu aku akan membelinya"






..

"Awas saja! Urusan kita belum selesai. Aku akan kembali. Kalau perlu aku akan membelinya"

Kalimat itu kini mengganggu pikiran Rae Na. Baru saja dia melemparkan tubuhnya di sofa. Seketika langsung kesal hanya karena kalimat itu.

"Ssshh! Sialan!"










TBC--

Helllooowwww ho a'yu gaess.

Maaf ya kawan baru bisa up. Huuu syedih daku. Banyak urusan dadakan akutuh.

Lavyu

Ryeozka

Goodbye Road /ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang