Rahasia Mbak Retno ( bagian 1)

371 10 0
                                    

Suara kicauan burung dan hangatnya sinar matahari pagi yang masuk melalui jendela dapur menemani non ratih menyiapkan sarapan dengan dayang di rumahnya. "non lauk dan sayurnya sudah kami masak dan hampir matang" kata salah satu dayangnya. " aku mau lihat nasi putihnya dulu ya" jawab non ratih padanya. "non ratih jangan lupa disamping dandang ada kepiting merah sudah simbok bersihkan dan beri bumbu. Tolong dipindahkan kesini, mbok mau masak itu setelah ini selesai" sahut mbok lasmi , seorang paruh baya yang mengajarkan non ratih memasak.

"non ratih, saya mau ke pendopo hujung galuh mau bertemu seseorang. Bekel sedang meditasi memulihkan lukanya. Kalau non ratih selesai bisa rebuskan ini dan airnya diberikan ke bapak." Sahut ki lembu menyapa kedapur karena ruang kerjanya bersebelahan dengan dapur rumah bekel. " jangan berangkat dulu ki ! tunggu sebentar" sahut non ratih kepada ki lembu. Ia mengambil daun pisang dan membungkuskan nasi dan lauk pauk yang sudah siap untuk dibawa oleh ki lembu. "ki lembu ini untuk bekal. Kalau ki lembu ke pendopo pasti lama. Ini bekal untuk sarapan ya ki" dengan senyuman termanisnya ia memberikan bekal yang ia siapkan kepada ki lembu. "iya ki pasti aku rebuskan buat bapak"sahutnya sekali lagi.Ki lembu berjalan meningalkan mereka dan bergegas ke pendopopo hujung galuh.

" narti, ini direbus ya. hati-hati sepertinya itu ramuan penting" pintanya pada dayang yang selalu menemaninya bermain setiap hari dari non ratih kecil. Non ratih melanjutkan memasaknya agar cepat selesai Karena 12 orang jumlah yang harus mereka siapkan untuk sarapan dan makan siang nanti. Bekel jajarana memang orang yang baik dia tidak membedakan kasta seperti pejabat lainnya sehingga menu makanan yang ia makan dengan dayang atau prajurit yang berjaga sama.

"non ratih.... den wira pergi bertugasnya berapa hari non?" Tanya mbok lasmi. " aku gak tau mbok, padahal baru 4 hari wira pergi. Aku merasa rumah ini kembali seperti saat kakak pergi ke ibu kota ya mbok" katanya. " mbok dulu kaget saat bekel jajarana membawa wira masuk dan mengobati lukanya."sahut simbok sambil memasak. " iya juga ya.... mbok aku baru sadar mbok..... bapak itu baik tetapi untuk bisa dekat saja sangat susah loh mbok. kayak lurah aji padahal aku sudah mendekati bapak tapi bapak gak pernah dekat degan lurah aji. kalau masalah pekerjaan memang bapak selalu menghargai kerja keras dan hasil perekejaannya tetapi..... " non ratih bercerita tepai raut wajahnya terlihat sedikit kecewa. "sudah... sudah.... Ayo non itu nasi didandang diangkat... tetapi kenapa dengan tuan aji non?" Tanya mbok mengoda non ratih. "sudah...... sudah .... Sudah..... waktunya sarapan ini lohh ayo cepat-cepat" katanya

.

"permisi tabib sito ada ?" kata ki lembu kepada salah seorang prajurit yang menjaga pendopo. "siap!.. tabib sito ada" jawabnya dengan lantang. "loh ki lembu ada perlu apa?" sambungnya lagi."antarkan aku ke sana" jawabnya " siap!" ia mengantar ki lembu ke tempat tabib sito bekerja.

karena ruang pengobatan tidak jauh dari pintu masuk pendopo. Saat mereka sudah sampai prajurit meningalkan ki lembu dan kembali ke tempat ia betugas." Jangan terlalu serius, cari jodoh sana jangan sampai jadi perjaka tua seperti aku!" sahutnya untuk mengagetkan tabib sito. Tabib sito kaget " aduh guru kenapa guru pergi kemari, ruanggan ini sedikit berantakan karena kami sedang melakukan percobaan" sahutnya pada kilembu. "Retno tolong ambilkan minuam dan beberpa kue karena ada tamu tak diundang datang " serunya pada retno yang sedang ada di dalam ruang pengobatan."baik tabib"

Perjalanan PengembaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang