"Mbok ima… mbok ima" suara wanita terdengar hingga gudang belakang rumah ibu.
" Wira tolong ibu, bukakan pintu sepertinya itu suara budhe Narti " kata ibuku.Sejak kami bangun, kami berada di belakang rumah untuk menyiapkan barang dagangan yang akan dijual ke pasar. Ibuku seorang petani, sepetak sawah yang ditinggalkan ayah menjadi modal kami untuk bercocok tanam . Kadang kala hasil panen tidak baik sehingga ibu harus menjadi buruh tani ke Pak Damar saudagar kaya di desaku.
"Loh Wira...." Kata budhe narti saat melihat aku membuka pintu.
" Budhe apa kabar?" Tanyaku sopan sambil mencium tangannya.
"Wah kamu terlihat berbeda sekarang! , citra sedang masak dirumah kalau kangen main saja kerumah" kata budhe Narti kepadaku.
" Iya budhe" jawabkuBudhe Narti langsung masuk dan membantu ibuku karena hari ini kami akan menjual hasil panen bulan ini. Aku menutup pintu rumah dan kembali membantu mereka menyiapkan barang dagangan. Untuk sampai ke pasar biasanya mereka mendorong kereta berdua ke pasar
"Ima... Desa sedang tidak aman... Kata kepala desa kemarin di lapangan." Katanya sambil membantu ibuku
"Memang perampok itu belum tertangkap?..." Kata ibuku
"Memang ada apa budhe?" Tanyaku disela-sela obrolan mereka
"Sudah seminggu ini desa diteror oleh sekelompok orang.... Sepertinya perampok atau apa gitu kata kepala desa. Kepala desa juga sudah kirim surat untuk meminta tambahan pasukan ke kota lesem" sahut budhe
"Loh dari pada bercerita itu, wira selama ini pergi kemana? Sudah lama sekali budhe tidak melihat "tanya budhe narti padaku
"Iya kamu sudah dapat yang kamu cari nak?" Sahut ibuku juga
"Aku belum menemukan yang aku cari bu... Tapi aku mendapatkan lebih banyak dari pada yang aku cari bu dan banyak orang-orang baik yang menolongku Bu" kataku
"Syukurlah Sang Hyang Widi masih menjagamu , nak"kata ibuku.
" dahulu kamu terlihat kurus, sekarang lebih dewasa dan berisi pasti banyak yang suka nanti. "sahut budhe Narti menggodaku.
"Ahh budhe bisa saja, beberapa bulan ini aku hanya sering belatih dengan banyak orang budhe. "jawabkuEmpat karung besar berisi kedelai sudah siap untuk kami angkut. Kereta yang disiapkan aku kaitkan dengan kudaku. Setelah siap kami berangkat ke pasar untuk menjual kedelai ini.
"Wira hebat punya kuda kuat seperti ini... Pasti mahal harganya... Ini" budhe Narti masih kagum
"Ini kuda pasukan khusus Majapahit budhe"jawabku padanya
"Loh Majapahit!" Kata budhe lebih kaget lagi terlihat dari mimik mukanya.
"Kamu sampai ke Trowulan nak!" Kata ibuku juga sedikit terkejut.Selama perjalanan aku ceritakan perjalanan ku dari pajang hingga kembali ke pajang. Cerita dihujung galuh, cerita kelahiran Putra Mahkota, dan cerita Maha Patih Gajah Mada kepada ibu dan budhe narti.
.
Pasar di desa kami tidak semegah dan seramai di hujung galuh hanya 2 toko perlengkapan , toko pak damar dan beberapa pedangan sayur, daging, dan ternak ( ayam, kambing, kerbau ).
Sesampainya di pasar kami membawan Kedelai itu langsung ke Toko Pak Damar untuk dijual. Tokonya lebih besar sejak terakhir aku kemari itu sebelum aku keluar desa. Terlihat dua orang membantu menimbangkan barang dan satu orang disamping pak damar untuk menjaganya. Kalau dahulu pak damar hanya dibantu istrinya." Selanjutnya..!" Kata seorang yang membantu menimbang.
" Tuan punyaku saja belum selesai ditimbang kenapa lanjut ke orang yang lain?!" Seru seorang didepannya.
"Banyak omong kamu!" katanya orang berkulit hitam tinggi besar yang berdiri tepat disampingku. Sambil ia menarik petani yang protes tadi.Tanganku sudah gatal untuk menjahilinya. Namun ibuku menyentuh pundak untuk menenangkanku.
"Wir sudahlah, yang sabar... " Kata ibuku lembut
"Iya bu, trimaksih, aku pergi mengikatkan kudaku sebentar"aku berjalan ke depan melepaskan kuk di punggung kuda dan mengikatkannya di sisi toko pak damar. Lalu aku kembali dan mendorong ke tempat timbang.
"Tuan ini milik ibuku." Kataku sambil menaruh karung terakhir di timbangan.
"Sini aku catat.. !" Katanya agak kasar. Lalu memberikan hasil hitunggnya kepadaku
"Tuan ini tulisannya hanya tiga karung ?" Aku melihat catatan yang diberikannya.
"Sudah sana masih banyak yang mengantri! Selanjutnya .... ! "katanya lebih kasar.
"Tuan jangan seperti ini padaku dan ibuku! Mungkin orang lain tidak bisa membaca/tulis." Kataku mengingatkannya.
"Memang kamu bisa membaca!" Kata salah seorang lagi dibelakang. Badan yang besar dan memiliki aliran energi yang tidak asing bagiku.
"Sudahlah orang-orangku lebih pintar dari kamu jangan bikin onar disini!" Katanya padaku. Sambil mendekat kearahku.
"Sudah anakku jangan bikin keributan!" Kata ibuku tepat dibelakang kereta
"Iya Wira jangan berkelahi"tambah budhe narti.
"Kalua memang bisa membaca dan menulis memangnya kenapa tuan?" Kataku
"Kalau gitu aku minta maaf mungkin orang-otangku salah hitung dan lihat tadi"katanya. Ia terlihat meminta maaf dan mengganti catatannya.
.
Akhirnya mereka memperbaiki catatan dan uang yang ibu terima sesuai dengan yang kami bawa. Setelah mendapatkan uang hasil panen kami membeli keperluan kami dan pulang kerumah." Nak Wira memang tadi dicatatkan ditulis berapa?" Tanya budhe narti
" Tiga karung budhe, apa selalu seperti ini ibu ?" Kataku
" Kami selalu percaya karena dari dulu hitungan pak damar selalu benar. ibu dan budhe juga tidak bisa membaca dan menulis jadi kami tidak pernah protes"katanya."Hei kalian berhenti!" Kata kasar dan keras dari arah belakang kami saat perjalanan pulang.
"Ibu dan budhe berlindunglah di salah satu pohon itu" kataku. Lalu aku berbalik dan berjalan kearahnya.
"Maaf tuan ada apa tuan?" Tanyaku.
Mereka berenam dan menggunakan kain untuk menutup bagian wajah sehingga hanya mata saja yang terlihat.
"Kamu banyak omong. Serahkan semua hartamu agar kamu selamat!" Katanya.
.
"Kami tidak memiliki apa-apa tuan, hanya kain yang menempel di tubuh kami saja yang kami punya."kataku dengan sopan.
"Diam kamu! Serang dia dan rampas harta mereka!" Perintahnya. Dan mereka langsung menyerang begitu saja.Ketua kelompok dan tiga orang lainnya langsung mengejar ibu dan budheku ke tempat persembunyian mereka. Karena mereka mengincar ibuku, aku reflek mengeluarkan semua energiku secara bersamaan.
"Apa mau kalian! Kalian berurusan dengan orang yang salah!"
Ajian Sukma trilingga..... Ajian Sukma wesi.... Ajian triwara Dirga...
Ketiga ajianku aku gunakan dengan maksimal lalu keris Sempaner aktif dan muncul ditangan kiriku dan keris crubuk aku gunakan ditangan kananku. Saat Keris crubuk digunakan akan meningkatkan efek dan penggunaan ajian triwara Dirga... (Ajaran Senopati ayu padaku)
Bug.... Bug... Bug .... seranganku ke bagian bawah dada mereka. pada dua orang yang berdiri mengepungku. Belum sempat mereka bernafas kedua kerisku menari dan melumpuhkan mereka.
" Ahhh...!!!. " bruukkk... Tubuhnya jatuh setelah keris crubuk melukai lehernya.
"Hiatzzzzz.." teriakku
"Siaalan..... !! Ahhhh... !! Siapa kamu sebenarnya!...." Suara seorang berteriak karena tertembus keris dibagikan lambung hingga punggung. Dengan kekuatan maksimal aku melompat dan mengejar ketiga orang yang mengarah ke persembunyian ibuku...........................Bersambung..........................
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Pengembara
Pertualangancerita kolosal dari jaman majapahit. bercerita tentang seorang anak muda yang yang mengembara mencari sebuah pusaka yang ayahnya ceritakan padanya.