Setelah peristiwa meletusnya gunung Kelud. Dua bulan lamanya aku bergabung dan membantu Senopati ayu untuk membantu memperbaiki desa-desa yang terkena bencana. Kami memberikan bantuan tenaga untuk membangun rumah, pendopo yang rusak, atau menyembuhkan warga yang sakit dan terluka. selama bergabung dengan Senopati ayu selama itulah aku juga berlatih dengannya dan mengasah pengalaman bertarungku. Senopati ayu memang ditugaskan untuk melatih dan mengajariku agar aku lebih berkembang dan mampu menggunakan keris pemberian Ratu Majapahitt.
.
Malam mulai terasa dingin saat matahari masuk kedalam bumi dan menandakan waktunya untuk aku beristirahat. Saat ini aku sampai di daerah kota Matahun dekat aliran sungai Bengawan solo. Sudah dua malam aku pergi dan menempuh perjalanan pulang ke desa pajang untuk berkunjung ke rumah ibuku.
*Flash back*
Setelah Ratu Majapahit mendengar bahwa beberapa orang membantunya dalam persalinan putra mahkota. Beliau memanggil semua yang terlibat dan ikut dalam selametan / selamatan di istana utama kerajaan. Patih aryo, Maha Patih Gajah Mada, para Panca ring Wilwatikta dan keluargan mereka juga berkumpul di tempat itu.
Maha Patih secara khusus mengenalkanku kepada Ratu Majapahit karena membantu mengantar tabib kepercayaannya selamat sampai istana. Saat itu juga Ratu Majaphait memberikan hadiah senjata khusus yang digunakan oleh pasukan bhayangkari. "Ini aku berikan kepadamu sebagai tanda terimakasihku. Aku sudah mendengar kisahmu dari Maha Patih dengan ini kamu menjadi salah satu bagian dari pasukan Bhayangkari Majaphait dan tidak terikat seperti pasukan bhayangkari lainnya karena aku memahami latar belakangmu tetapi saat aku membutuhkan bantuanmu, bergabunglah ketempat pasukan bhayangkari lainnya." Sahutnya dan perintahNya padaku.
Setelah malam itu aku bercerita tentangku dan cerita keris nagasasra yang aku tau kepada Maha Patih. Lalu ia memberikan tanda milikku dan memberikan kuda perang khusus milik pasukan bhayangkari. Aku memutuskan untuk lebih kuat dari sebelumnya dengan adanya keris sempaner bener ( pemberian bekel ) dan keris crubuk blarak sineret ( pemberian Ratu Majapahit) menjadi dua senjata yang cukup untuk memperkuat energi yang aku miliki.
*Flash end*
Saat ini aku sedang memulihkan tenaga agar besok sampai di desa dan bertemu ibuku. Aku sudah mengirim surat ke bekel jajaran dan kakek di Kahuripan. Perjalananku kali ini aku mulai dengan pulang ke desa pajang dan meminta restu ibuku.
Aku berhenti disalah satu pohon dan mencoba menyalakan api untuk menghangatkan tubuhku tak lama kemudian terdengar suara langkah kuda, kereta, dan kaki. Sepertinya ada rombong pedagang berjalan ke arahku. Saat api mulai menyala dari arah Trowulan rombongan pedagang itu terlihat lebih jelas.
"bolehkan kami istirahat disini? Kisanak" tanyanya. Seseorang dalam rombongan kepadaku.
"Boleh tuan. Disini bebas beristirahat diamana saja karena ini hutan milik Sang Hyang Widi bukan milikku" kataku.Setelah kereta itu berhenti pria paruh baya keluar dari kerta diikuti wanita muda dibelakangnya turun dan menggandeng seorang wanita paruh baya.
" Asung tolong bantu bangun tenda buat istriku!" Serunya pria itu.
" Biar aku bantu juga." tawarku padanyaMereka dikawal oleh beberapa pasukan pribadi dengan senjata yang lengkap. Dan seorang yang kuat mirip para lurah pasukan di hujung galuh yang dipanggil asung.
" Hendak pergi kemana tuan?" Tanyaku sambil membantu asung mendirikan tenda.
" Kami hendak pergi ke kota Lasem mau menjual barang dagang milik tuanku."jawabnya
"Oh iya disini sangat rawan banyak bandit dan perampok yang sering menjarah belakangan ini." Kataku." Tuanku tenda sudah jadi." Serunya pada tuannya. " Trimakasih asung" jawabnya.
" Ni mas kemari bawa ibumu juga kita istirahat disini dan suruh mbok na untuk masak makan malam untuk kita." Serunya
" Iya bopo" suara lembut terucap darinya.Aku kembali ke tempatku dan merebahkan tubuhku ke batang pohon di belakangku. Berapa saat kemudian asung tadi menghampiriku memberikan beberapa makanan untukku.
"Ini kisanak dari tuanku dan boleh saya ikut bergabung disini" katanya
" Boleh " kataku
"Namaku putra aku kepala pengawal keluarga raden janu dari Trowulan "katanya
" Namaku Wira pangsa asal dari desa pajang" jawabku."Kisanak hendak pulang ke desa ? " Tanyanya padaku
" Iya tuan putra, kalau aku boleh tau barang apa yang Raden janu jual ke Lasem sehingga dikawal dengan begitu ketat ? " Tanyaku
"Kami membawa sutra dan beberpa kain dari luar negeri dan beberapa barang berharga" jawabnya
"Kenapa kamu menjawab dengan jujur padahal kita baru pertama kali kenal?" Tanyaku
"Saya melihat tuan Wira bukan orang sembarangan melihat keris yang tuan bawa. Saya merasa aman dan tidak berpikiran buruk." Jawabnya"Aku tau itu keris pasukan khusus kerajaan. Dan pasti tidak mungkin akan berbuat jahat pada kami orang-orang Majapahit." Paparnya
"Biasa aja tuan putra. Anggaplah aku orang biasa." Kataku padanya
" Kalau orang biasa pasti tidak tau seberapa besar energi tuan wira. Tetapi saat aku melewati tuan tadi. Aku merasakan energi yang besar dan kuat sehingga aku memutuskan beristirahat ditempat ini." Katanya sambil memakan makan yang tadi di siapkan."Kami mendapat informasi kalau jalur ini tidak begitu aman. Ada dua perompak yang kuat yang menguasai jalur ini sehingga aku menambah beberapa pasukan untuk perjalanan ini." Ceritanya
"Tetapi kalau mendengar kabar burung yang beredar pasukanku mungkin tidak akan mampu menahan serangan mereka." Lanjutnya
"Tenang saja mereka tidak akan bekerja di siang hari. menurut info yang masuk kepadaku." Jawabku
"Berarti kita jika Sang Hyang Widi berkenan kami akan aman sampai di Lasem" katanya."Kalau memang butuh bantuan aku bisa bergabung denganmu sampai lasem." tawaranku padanya
"Apakah benar tuan mau ikut bergabung dengan kami? Bantuan ini akan sangat berarti bagi kami!" Tanyanya padaku.
"Aku hanya prajurit yang baru belajar." Kataku.
" Jangan merendah tuan wira." KatanyaKami menikmati makanan yang putra bawa dan ia istirahat ditempatku hingga ayam berkokok kencang dan membangunkan kami.
"Mas putra .... Mas putra... bangun sudah hampir pagi. ini wedangnya" suara wanita membangunkan kami
"Iya, mbok na trimaksih" jawabnya"Mas Wira tidak tidur?" Sapanya.
" Aku sudah bangun dari tadi." Jawabku
"Memang pasukan khusus sangat jauh perbedaannya dengan kami, ini mas wedang jahe kalau sudah selesai diminum saja... " katanya sambil meminum wedang miliknya
"Aku siapkan pasukan dan peralatanku" katanya. Ia pergi dan menyiapkan pasukannya.
Setelah latihan pagi aku siapkan perlengkapan dan kudaku untuk ikut dengan rombongan Raden janu.
"Raden ini Wira dari Trowulan ingin bergabung dengan rombongan kita ke Lasem." Ijinnya pada tuannya
"Terimakasih kisanak mau bergabung dengan kami." Jawabnya. lalu Ia memegang pundakku dan melihat keris yang melekat di pinggulku.
"Kenapa kisanak mau repot-repot ikut dalam rombongan kami? Apa tidak menggangu tugas kisanak?" Tanya Raden janu
" Sendiko dawuh raden, saya Wira pangsa saya berencana pergi ke desa pajang dan saya tidak dalam bertugas." Jawabku padanya
" Baiklah kalau begitu. Mari aku perkenalkan dengan keluargaku. Kami masih satu keluarga dengan Rakrian Tumenggung Majapahit" katanyaSetelah mebongkar tenda dan mengemas semua perlengkapan mereka. Kami berangkat ke kota lasem. kota Lasem masih 1 hari jauhnya dari sini. kalau tidak ada halangan sebelum matahari terbenam kita sudah sampai disana.
Kami menempuh perjalanan ke lasem tanpa masuk ke kota Matahun. Kami akan menyebrangi sungai Bengawan solo dan langsung masuk jalur hutan yang langsung mengarah ke kota Lasem. Somoga tidak ada kendala di perjalanan ini. Sehingga rombongan ini bisa langsung sampai dengan selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Pengembara
Maceracerita kolosal dari jaman majapahit. bercerita tentang seorang anak muda yang yang mengembara mencari sebuah pusaka yang ayahnya ceritakan padanya.