Saat non ratih melihatku terdiam seperti batu, Ia berjalan menghampiriku. "hayo lagi lihat siapa?" suaranya terdengar olehku dan beberapa orang disekitar kami. Aku tersadar dari lamunanku saat suara wanita cantik itu terdengar.
aku sedikit mundur kebelakang Sambil menundukan kepala karena malu. "nnndakk non ratih saya tidak lihat apa-apa "jawabku padanya.
"Hayo tapi mukamu memerah, pasti kamu melihat sesuatu?" tanyanya sekali lagi. " tidak lihat apa-apa kok." Jawabku sekali lagi dengan tegas. Ia terlihat kurang puas dengan jawaban yang aku berikan dan aku merasa akan diberi pertanyaan yang lebih sulit lagi aku tepis.
Saat terdesak seperti ini ada sosok yang dapat menolongku, ia datang dari depan kami. "mbak retno mbak retno!" sambil melambaikan tanganku. " ooooo ternyata retno." Nada suaranya terdengar seperti berhasil mengetahuni rahasia yang paling penting.
Mendengar teriakanku mbak retno menoleh dan menghampiri kami. "selamat siang non ratih." Sapanya pada perempuan cantik yang cerdik disebelahku ini. "siang retno" balasnya. " kalian sudah saling kenal ya?" kataku ditengah pembicaraan meraka. "kamu ini gimana wir! siapa yang gak kenal anak bekel hujung galuh." Sahut mbak retno sambil memukul pundakku. Mereka berjalan berdampingan dan membicarakan sesuatu sedangkan aku kembali mengawal non ratih.
"ayo kita mampir di warung kesukaanku" ajaknya pada mbak retno. " nanti aku yang bayar tenang saja." Tegas non ratih sambil menarik tangan mbak retno menuju ke salah satu warung ditengah pasar. Mereka terlihat sangat akrab dan mengenal satu dengan yang lain.
Kami berjalan menuju warung kecil yang terhimpit oleh dua toko kain dan toko perkakas. Dari kejauhan warung yang akan kita hampiri terlihat ramai. Saat kami berjalan mendekati warung tersebut terdengar suara " non ratih sini mampir ke warungnya mbok!" seruannya dari dalam. Saat mendengarnya kami segera mendekat kesumber suara itu. "mbok darmi apa kabar? " non ratih menjawab dan salim ke tangan wanita parubaya itu. " selamat siang putri ayu." Kata wanita itu ke mbak retno. "tambah cantik saja non ratih ini. Ada meja kosong non ayo si mbok antar." Sabungnya lagi sambil memeluk non ratih seperti tidak pernah melihatnya dalam waktu yang sangat lama.
kami masuk dan menuju ke meja yang dia maksud. Non ratih dan mbak retno langsung saja duduk sambil berbicara dengan mbok darmi, aku tetap berdiri di samping meja tempat mereka duduk. " sudah-sudah angap rumah sendiri, mbok siapkan kesukaan non ratih." Katanya. "mbok saya boleh minta wedang jahe saja."kata mbak retno. "iya putri ayu."jawabnya.
"wir kamu tidak duduk ? santai saja wir jangan kaku-kaku nanti tidak laku loh" godanya lagi karena masih belum puas dengan kejahilannya yang tadi. "jangan digoda gitu non ratih." Kata mbak retno membelaku.
"jangan pangil aku non toh putri. Kan kita sudah sepakat" Katanya pada mbak retno. " iya ratih,maaf " Jawabnya. Aku hanya bisa mendengar tanpa tau maksud dari perkataan mereka. "kamu masih betah berdiri?" kata mbak retno. Belum aku menjawab tangannya sudah menarikku untuk duduk bersama dengan mereka. Tidak lama kemudian mbok darmi membawakan kami makanan dan minuman kesukaan non ratih. " ini non sudah siap nanti kalau tambah jangan malu-malu ya, non bilang mbok saja."katanya pada kami. Kami berbincang-bincang tanpa henti kadang serius , tertawa, atau hanya terdiam dan menikmati makanan yang mbok darmi sajikan pada kami.
.
Saat kami berbincang-bincang ada suara terdegar ditelinga kami. "hei wanita cantik yang disana kenapa tidak bergabung saja kemari, aku akan menyediakan semua yang kalian minta." Kata seorang berwajah garang di meja pojok dekat pintu masuk. Sepertinya iya sudah memperhatikan kami saat kami masuk ke warung ini.
"ayolah sini jangan malu-malu." Serunya lagi. Kami diam saja dan aku terus melakukan aktifitas kami. Ekspresi wajah non ratih terlihat terganggu dengan kata-katanya. "non ratih orang itu mau aku bungkam ?"tanyaku pada non ratih. " tunggu wirr, biarlah mereka berbica sendiri nanti pasti berhenti juga."jawabnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Pengembara
Aventuracerita kolosal dari jaman majapahit. bercerita tentang seorang anak muda yang yang mengembara mencari sebuah pusaka yang ayahnya ceritakan padanya.