Singgah ke Negara Matahun

59 5 0
                                    

Surat senopati dengan jelas memintaku untuk datang secepat mungkin ke trowulan. Ada beberapa hal yang akan dia sampaikan saat aku sampai disana. Itu garis besar surat senopati anom kepadaku.

"Sudah pulang nak ? " suara ibuku terdengar saat aku masuk kedalam rumah

"Sudah ibu, ini Bu titipan tadi Pak damar, ia memberikan banyak sekali persedian beras dan lauk pauk untuk beberapa hari sebagai ganti untuk warga." Kataku sambil menaruhnya di meja dekat ibuku.

"Ibu saya dapat surat dari Trowulan untuk segera bergegas kesana bu" kataku

"iya nak ibu selalu mengijinkan apa yang sudah menjadi jalanmu. Ibu hanya bisa berdoa untuk keselamatanmu saja, istirahatlah dulu besok pagi sebelum matahari terbit barulah kamu berangkat." Suaranya sedikit lirih mengisyaratkan untuk mengijinkan kepergiku.

Aku begegas ke kamar dan menyiapkan persenjataanku dengan benar lalu aku pergi beristirahat dihinggga keesokan paginya .

" ini bekal mu , tadi ibu menyiapkan buatmu nak. Meskipun tidak banyak semoga bisa menemanimu sampai trowulan" kata ibu sambil memasukan bekalnya kedalam kantung perbekalanku.

"ibu ini trimakasih sudah membesarkan dan mendikku sampai saat ini!" aku sujud ke bawah kaki ibuku dan memohon ampun atas segala hal yang pernah aku lakukan, agar perjalanaku dan langkahku hari ini bisa lebih baik.

"ibu Cuma bisa memberikan apa yang ibu bisa berikan kepadamu nak,, selanjutkan itu keputusanmu karena ibu tidak bisa memaksakan apa yang sudah Sang Yang Widi tuliskan untuk hidupmu." Ibuku tersungkur dan memelukku. Suaranya lirih dan air matanya mengiringku untuk perjalanku selanjutnya.

.

Matahari sudah mulai melihatkan kekuatannya. Suhu udara yang tersa sangat menyengat menemani perjalannku kembali ke trowulan. Tanpa sadar tiba-tiba aku mengingat wajah mbak retno dalam perjalanku. Sedang apa ya mbak retno di hujung galuh. Tidak sabar aku kemballi kesana. Sambil memegang kotak obat yang mbak retno berikan dalam hatiku aku mengatakan apapun yang terjadi setelah dari trowulan aku mampir dulu ke hujung galuh.

aku memacu kudaku dengan maksimal agar besok pagi sudah sampai ke trowulan. Untuk mempercepatnya aku sengaja memotong perjalanku langsung ke Metahun dan berencana istirahat disana. Metahun daerah yang dikenal dengan pendekar dan prajurit yang gagah berani. Selain kuat militer hubungan metahun dengan trowulan sangat kuat. Aku berencana mapir ke padepokan di mentahun untuk mengirimkan surat ke senopati anom jika aku sudah berada di perjalanan ke trowulan

tak butuh waktu lama samapi di kota ini, jalan utama sangat ramai dengan para pedangan dan rakyat dan beberapa pasukan keluar masuk. Juga terlihat penjagaan yang ketat untuk memasuki kota ini. Prajurit matahun memang terkenal hebatnya tetapi tidak disangka pengamanan untuk memasuki kota ini terlihat sangat ketat dan punuh kehati-hatian.

Aku memacu kudaku perlahan mendekati penjaga yang sedang bertugas di pintu masuk kota.

"selamat pagi, saya wira, saya meminta ijin memasuki kota untuk bertemu bekel di sini." Sambil menujukan tanda yang kumiliki. Aku dengan sopan meminta ijin untuk masuk ke padepokan prajurit matahun

"sendiko dawuh, Bekel antasepa sedang dipangil ke trowulan, tetapi ada bekel margo bekel pasukan khusus yang bertugas di pendopo" jawab prajurit itu kepadaku

"baiklah ijinkanlah aku masuk menemuinya." Jawabku kepadanya.
" sendiko dawuh, saya antarkan ke pendopo." Katanya sambil mengantarku masuk kedalam kota matahun.

Pedoponya sangat besar yang kokoh, aku melihat banyak sekali pasukan yang sedang berada di pedopo dengan peralatna tempur lengkap. Aku di ajaknya masuk kesalah satu ruangan

" sendiko dawuh bekel, ini ada bhayangkari sedang berkunjungan dan memohon masuk kedalam pendopo," sahut prajuirt kepada seorang paruh baya yang sedang duduk tak jauh dari pintu ruang itu

"silakan masuk, ada keperluan apa seorang bahayangkari menghampiri kami, bukannya trowulan sendang menyiapkan pasukan besar?" tanyanya kepadaku.

"Saya wira , saya dibawah pengawasan senopati anom, saya ingin beristirahat dan meminta bantuan untuk mengirimkan surat ini ke trowulan." Aku dengan sopan menujukan surat dari senopati anom kepada bekel dan memberikan gulungan surat untuk dikirim ke trowulan secepatnya.

"baiklah , nak wira. Selamat datang di matahun. Dibelakang ada kamar kosong dan di dekat gerbang pendopo ada warung makan jika nak wira ingin makan sesuatu. " tanpa penuh curiga iya menyambutku dengan sangat hangat.

"Trimakasih Bekel aku hanya butuh beberapa waktu saja untuk mempulihkan energy dalam." Kataku membalasnya

Gulungan itu lalu diikatnya pada salah satu burung tercepat yang mereka miliki dan kami pun berpisah. Aku menuju belakang dengan dibantu satu dayang yang mengatarkank sedangkan Bekel melajutkan pekerjaannya.

"Trowulan sedang menyiapkan pasukan besar." Aku memikirkan perkataannya.

BERSAMBUNG 

Perjalanan PengembaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang