Flasback 0.1 - Nightmare

200K 7.6K 289
                                    

Hai semuanya! Welcome to Perfect Accident : Flashback 0.1 - Nightmare! Hope you guys enjoy! 

Jangan lupa pencet VOTE di bawah sana ya! 

Jangan lupa pencet VOTE di bawah sana ya! 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~

Flashback 0.1

[ NIGHTMARE ]

~~~

6 YEARS AGO

JAKARTA 10.32 AM; HESTON GRAND ESTATE

"Tuan Gerald! Tuan Gerald!" seru seorang perempuan paruh baya, menggunakan celemek, bergegas ke arah ruang kerja tuannya. Dia adalah Sati, wanita tua berumur 70 tahunan yang telah mengabdi seumur hidupnya menjadi pelayan setia keluarga Heston.

Dia bergerak secepat tungkainya bisa, lalu membuka pintu ruang kerja majikannya itu dengan nafas tersengal-sengal, benar-benar terlihat panik. "Tuan! Apa sudah lihat berita terbaru!?" tanyanya lantang.

"Bi Sati astaga, tidak perlu berlari lari seperti itu, Bi," ucap Dera, istri majikannya, menghampiri Bi Sati dan membantunya menjaga keseimbangannya saat hampir terjatuh. Dia terlihat lesu, sepertinya telah mendengar kabar baru yang menyedihkan itu.

"T-tapi, Ra, ini..." katanya terengah sembari mencekal tangan Dera kuat. "Den Carlton... Aden ada apa, Ra?"

Kedua orang di dalam ruangan itu langsung menghela nafasnya panjang. Mereka kembali menatap koran yang tergeletak di atas meja kerja Gerald, majikannya dengan sedih, melihat kembali berita mengejutkan yang telah menghancurkan hari mereka.

Dera kembali menatap Bi Sati lalu menggeleng pelan. "Sayangnya, Bi, sepertinya apa yang tertera di sana, memang benar."

~~~

NEW YORK CITY 10.42 AM; CAMPUS CAFETERIA

"You're crazy! Kau benar-benar gila! Apa yang sebenarnya kau sedang pikirkan, Ton!?" tanya seorang laki-laki melengking tinggi sembari melempar sebuah gulungan kertas koran ke atas meja kantin dengan kuat.

Dia adalah Raymond Howell, laki-laki berumur 22 tahun yang merupakan salah satu dari empat teman milik Carl Heston. Dia terlihat geram, tidak, lebih tepatnya dia terlihat tidak percaya, tidak percaya akan kebodohan sahabatnya sendiri.

"Apa kau sebegitu sintingnya sampai menolak perusahaan raksasa ayahmu hanya karena ingin menikmati hidupmu dan malas meneruskannya?" tanya Ray sekali lagi masih tercengang. "Apa kau tidak tahu berapa ratus orang di luar sana yang bisa sampai gila menginginkan posisimu sekarang!?"

Carl Heston, laki-laki yang berada di hadapannya menghisap rokoknya lalu menghembuskan sisa asapnya tinggi ke udara. Menyandar kepada kursi kantin seakan dia tidak tertarik. "Kau masih membicarakan berita bodoh itu?" tanya Carl Heston malas. "Tidak berguna sekali." Ray tercengang lebih lebar dibuatnya.

Perfect AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang