Chapter 17.3 - Second Diner

56.4K 4.6K 786
                                    

Hai semuanya! Welcome to Perfect Accident : Chapter 17.3 - Second Dinner! Hope you guys enjoy!

Jangan lupa pencet VOTE di bawah sana ya!

Jangan lupa pencet VOTE di bawah sana ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Chapter 17.3

[ Second Dinner ]

***

NEW YORK CITY 05.17 ; HOSPITAL VIP BEDROOM

Carl langsung terdiam kaku sesaat dia mendengar perkataan itu keluar dari mulut Maren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Carl langsung terdiam kaku sesaat dia mendengar perkataan itu keluar dari mulut Maren. Dia tidak pernah menyangka ini, jangankan itu, seorang ibu meminta laki-laki yang pertama kali dilihatnya langsung menikahi putrinya, apakah dia gila?

Tapi kalau dipikir-pikir lagi, Arlett pasti seperti itu. Dia tidak ingin berada terlalu lama dekat dengan Carl, walaupun menyakitkan, tapi begitulah kenyataannya. Carl ingin melindunginya, apalagi dengan orang gila yang bahkan berani-beraninya telah membakar restoran ternama, Heston Corporation tanpa takut terkena jalur hukum sama sekali, hanya demi mengincarnya. Carl biasanya akan merasa tertantang, tapi tidak kali ini. Karena sekarang dia memiliki Arlett. Dia tidak ingin melukai perempuan itu, tidak sama sekali.

Tapi menikah... Carl tidak yakin Arlett akan setuju semudah itu.

Tidak, dia tidak mungkin setuju!

"Apa kau ingin membuatku jantungan muda, Nyonya?" tanya Carl setengah bercanda. Maren menghela nafasnya panjang.

"Maafkan aku. Aku tidak bisa memikirkan cara lain. Dan aku berharap kau tidak akan menceritakan tentang ini kepada Arlett. Dia tidak akan berdiam tinggal begitu saja kalau sampai tahu ada yang mengincar nyawa kami," imbuhnya parau. "Ini adalah satu-satu caranya, selain itu aku tidak tahu lag-"

Sebelum Maren dapat mengatakan apa-apa lagi, dia terbatuk untuk kedua kalinya, kali ini mengeluarkan darah, lebih banyak dari yang sebelumnya. Carl langsung terperanjat kaget dan menyentuh pundak Maren. Wanita ini tampaknya telah melewati batas rasa sakit yang bisa ditahannya.

"Akan kupanggilkan kau dokter," kata Carl secepat kilat. Namun sebelum dia bisa meraih bel untuk memanggil yang bertugas, Maren tiba-tiba menggenggam pundaknya, dan kali ini dengan tatapan memohon, dia meminta.

Perfect AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang