03.

607 68 0
                                    

"Jangan terlalu dekat dengan si jangkung itu,"

"Kenapa saat aku akan menjemputmu dia selalu ada di sampingmu?"

"Kim Yena, dengarkan aku!"

Yena membalik badannya, menggantung seragam Jungkook yang baru saja ia setrika ke lemari pakaian Jungkook.
Menatap sekilas sang kekasih kecil yang sedari tadi terus mengoceh setelah menjemputnya dari restoran.
Jungkook sudah muak.
Ia menarik lengan Yena cukup kuat, menekannya terlalu keras karena amarah menguasai remaja penuh tenaga itu.
Yena bahkan kaget, ini pertama kalinya Jungkook menyakiti fisiknya. Jika bertengkar, Jungkook lebih suka mengomel seperti bocah.

"Jeon-

"Aku sedang berbicara, jadi dengarkan aku." geram Jungkook semakin mencengkram erat lengan kecil Yena.
Ia bahkan mendorong tubuh Yena perlahan, menakutkan.

"Aku mendengarkanmu, baiklah. Aku berjanji tidak akan berdekatan lagi dengan Namjoon, jadi.. ," yena menundukan kepalanya takut, menggerakkan tangannya yang di cengkram Jungkook dengan gelisah.

Jungkook yang sadar bahwa ia tengah menyakiti  sang kekasih dengan cepat melepaskan cengkraman tangannya.
Kedua matanya menatap kaget garis garis merah telapak tangannya di lengan Yena.
Dengan cepat Jungkook berlutut, memeluk pinggang Yena dengan erat.
Kepalanya mendongak dengan wajah menunjukan rasa penyesalannya.

"Maaf, apa aku menyakitimu?" Ujar Jungkook dengan suara paraunya. "Ini memerah, aku harus bagaimana? Aku tidak tahu aku punya kekuatan sebesar ini, aku-

*Cup*

Jungkook menghentikan ucapannya saat merasakan bibir hangat Yena baru saja menempel pada bibir dinginnya yang baru saja meminum air dari dalam kulkas.
Yena tersenyum, tahu bahwa Jungkook hanya tidak sengaja.
Yena hampir saja merasa Jungkook sudah dewasa, dengan tumbuh menjadi pria kasar.
Tapi ternyata tidak. Jungkook-nya masih terlihat kekanakan sekarang.

"Kau menakutkan tadi. " ucap Yena sambil mengusap sayang kepala Jungkook yang masih betah berlutut memeluk pinggangnya. "Dan kau menyakitiku." lanjutnya yang mana membuat Jungkook semakin merasa bersalah.

"Maaf-

"Kim Namjoon. Aku akan  berusaha jaga jarak dengannya, hanya Jeon Jungkook yang boleh berdekatan denganku, kan?"
.
.
.
Setelah kejadian sore hari kemarin hingga sekarang, Jungkook terus menerus memperhatikan lengan Yena yang terluka karena cengkramannya.
Terkadang ia akan mengelusnya sayang lalu mendadak mengecupnya, takut lengan Yena semakin buruk katanya.
Yena hanya bisa tertawa, merasa geli dengan kelakuan sang kekasih.
Menggemaskan.

"Jangan terlalu pendek! Itu akan sangat sakit setelahnya." rengek Jungkook saat Yena tengah menggunting kuku tangan  Jungkook.

Jungkook sebenarnya tadi tengah melakukannya sendiri, tapi ternyata tidak serapi hasil potongan Yena.
Yena yang tidak punya kerjaan siang hari ini, menarik paksa tangan besar Jungkook untuk ia potong kukunya.
Yena menggenggam satu persatu jari besar Jungkook setiap ia akan memotong, menggemaskan.

"Maaf, aku memotongnya terlalu pendek hahaha," tawa Yena menggelegar saat melihat kuku-kuku jari Jungkook yang terlihat sangat pendek -bantet- kontras dengan jarinya yang panjang.
Yena tidak sengaja, sungguh.

"Mereka terlihat seperti jari milik Jimin." ujar Jungkook menatap miris tangannya.

"Jangan samakan tangan sexy-mu dengan tangan bayi milik Jimin! Jimin itu imut!" teriak Yena tidak terima. "Seperti milikku." lanjutnya. menunjukan tangan mungilnya pada Jungkook.

*hap*

"Ahk!" jerir Yena kaget karena Jungkook dengan tiba tiba menggigit jari telunjuknya, tidak keras tapi itu mengejutkannya.

House Love || Jeon Jungkook|√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang