25.

275 32 0
                                    

'Terus berpura-pura hingga Yena menyadari kesalahannya.'

Ini sudah lebih dari 2 minggu sejak Yena berbohong tentang pertemuannya kembali dengan Seokjin.
Yena tetap melanjutkan sandiwaranya, begitu juga dengan Jungkook.
Menjadi bodoh untuk beberapa waktu hanya untuk memastikan tindakan seperti apa yang harus ia lakukan nanti.

Hubungan keduanya tidak bisa di sebut renggang juga tidak bisa di sebut baik-baik saja.
Masih terlihat sama dengan kebohongan sebagai dinding pemisahnya.
Jungkook masih tidur dengan memeluk tubuh mungil Yena, mandi bersama dan mengatakan cinta setiap paginya.
Hanya saja, terasa sedikit hambar.
Jungkook juga muak jika harus terus berpura-pura tidak tau ketika ia sering kali melihat Yena dan Seokjin bersama.

"Aku akan pergi malam ini dengan Hoseok, tidak apa-apakan?" teriak Yena di dekat telinga Jungkook yang tengah mengendarai motornya.

Keduanya tengah dalam perjalanan pulang dan Jungkook hanya diam mendengar pertanyaan Yena.
Curiga dan takut selalu membayanginya ketika Yena meminta izin untuk pergi keluar.

"Aku anggap diammu sebagai 'ya'!" teriak Yena lagi, mengeratkan pelukannya ke tubuh tegap Jungkook.

----

Malamnya, Yena benar-benar pergi.
Kekasih dewasa  tersebut menyuruh si kecil Jungkook untuk jangan menunggunya pulang karena mungkin ia akan terlambat sekolah, dengan satu kecupan cinta -mungkin- di bibirnya Yena pergi meninggalkan Jungkook dengan segala kepasrahannya.
Jungkook mengambil ponselnya, mencari kontak Namjoon untuk ia hubungi.

'Tidak, Hoseok bersamaku sekarang.'

Begitulah kata Namjoon ketika ia menanyakan tentang Hoseok yang katanya mengundang Yena untuk makan malam.
Jungkook muak sekarang, muak bersikap layaknya seperti orang bodoh, muak bersikap layaknya seperti orang dewasa yang harus tetap tenang, muak untuk menunggu Yena merasa bersalah tentang apa yang tengah ia lakukan sekarang.
Jungkook memutuskan untuk tidak berjuang, jika Yena memang jenuh -kasarnya Jungkook mulai membosankan.- maka Jungkook akan mulai menerimanya.

Dengan langkah besar Jungkook keluar dari dalam rumah Yena, menaiki motor dengan aura sedikit menyeramkan.
.
.
.
Jalanan kota sedikit sepi walaupun jam masih menunjukan Pukul 20:00.
Kemana Jungkook harus pergi mencari Yena?
Taman? Tidak ada.
Sungai Han? Tidak ada.
Caffe? Benar, Jungkook belum mencari ke tempat caffe yang di sebutkan Yena sebagai tempat yang jadi favorit Seokjin dulu ketika masih berpasangan.

"Dulu kau suka minuman coklat dengan krim di atasnya, masih suka tidak?" tanya Seokjin, memainkan menu caffe di tangannnya.
Yena menganggukan kepalanya dengan semangat, terlihat bahagia sekali setelah 1 jam penuh berkeliling dengan mobil Seokjin. Sembari membicarakan masa lalu keduanya dengan suka cita.

"Aku masih suka, di restoran Namjoon juga ada minuman ini." balas Yena masih dengan senyum manisnya yang kembali ia tunjukan pada Seokjin.

Keduanya terus mengobrol,tertawa layaknya teman lama.
Tanpa menyadari Jungkook yang sedari tadi memperhatikan keduanya dari arah parkiran.
Jungkook sudah yakin dengan pasti, Yena berbohong padanya -lagi-.
Jungkook menyerah, cinta pertama memang susah di lupakan, bukan?

"Aku-"

Yena menghentikan ucapan dan tawanya saat kedua matanya tidak sengaja menatap ke arah parkiran dan menemukan motor Jungkook terparkir di sana, tentu saja bersama pemiliknya yang tengah menatapnya dengan tatapan sulit di artikan.
Seokjin yang menyadari Yena terus terdiam, ikut menolehkan kepalanya pada arah pandang Yena.
Jeon Jungkook ternyata mengikuti mereka? Sejak kapan?

"Aku harus keluar sebentar,"  pamit Yena berjalan dengan cepat keluar caffe untuk menghampiri Jungkook yang tetap diam di tempat.

Jungkook tetap diam, secara tidak langsung memberi waktu bagi Yena untuk menjelaskan semuanya.
Jungkook tidak seegois itu, dia sudah dewasa tanpa ia sadari.
Yena benar-benar merasa bersalah sekarang, kekasih kecilnya begitu terlihat kecewa.

House Love || Jeon Jungkook|√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang