06.

437 52 3
                                    

-Flashback on-

"Kau putus dengan Jennie?"

Jungkook yang saat itu berusia 17 tahun, dan tengah bolos sekolah hanya bisa menatap kaget sang sahabat.
Taehyung dengan entengnya mengatakan bahwa Jennie baru saja memutuskannya.
gadis ATM milik Taehyung.
Gadis yang bahkan siap mengangkang untuk Taehyung tiba-tiba membuangnya begitu saja? Kenapa?
Taehyung berselingkuh pun Jennie tidak akan marah, malah memaafkannya yang bahkan sama sekali tidak meminta maaf.

"Sesuatu terjadi pada diriku." ujar Taehyung memainkan kotak susu pisangnya dengan wajah datar.

Sekarang keduanya berada di sebuah gedung tua, bersiap untuk tawuran tanpa sepengatahuan Yena -belum, karena Jimin belum pulang sekolah lalu mengadu pada Yena seperti bocah.
Jungkook tetap diam, tau bahwa Taehyung belum menyelesaikan ucapannya.

"Aku menyukai seseorang." lanjut Taehyung sembari menatap Jimin yang turun dari sepeda dan berlari ke arah keduanya. "Dia sangat manis." lanjut Taehyung saat melihat Jimin semakin mendekat.

plak...

"Kalian belum mengerjakan tugas matematika!" teriak Jimin memukul kepala Jungkook dan Taehyung dengan sangat keras.

Jungkook meringis, pukulan Jimin sangat kuat. Bahkan Jungkook merasa kepalanya baru saja lepas dari lehernya.
Taehyung hanya diam, walau sebenarnya kepalanya berdenyut sakit.

"Apa kau bercanda?! Apa kita harus mengerjakan matematika lebih dulu sebelum tawuran?!
Apa membunuh seseorang harus pergi ke gereja dulu untuk berdoa agar di lancarkan semuanya?!"

"Aku hanya ingin kalian mengerjakan tugas! bukan untuk pergi ke gereja!"

Taehyung diam, menatap Jungkook dan Jimin bergantian.
Perdebatan yang tidak berguna sebenarnya. Tapi inilah yang membuat persahabatan ketiganya sangat awet.
Taehyung hanya sesekali menganggukan kepala atas opini Jimin lalu menggeleng kuat atas pendapat Jungkook.

Ketiganya lalu bertengkar, saling tendang satu sama lain.
Taehyung yang sejak tadi diam pun ikut menggila.
Musuh Taehyung dan Jungkook tidak jadi datang, yang datang justru Jimin. Dengan segala omelannnya yang memuakkan.

"Kita seperti orang bodoh, menunggu si brengsek Hwang itu untuk di pukuli tapi malah datang si pendek ini." ujar Jungkook sembari menunjuk Jimin dengan telunjuk tangannya.

"Dia yang pecundang," ucap Taehyung memukul pelan tangan Jungkook yang hampir mengenai wajahnya ketika menunjuk Jimin.

Mereka langsung pergi dari gudang tua tersebut, berjalan berjajar dengan Taehyung sebagai penengah antara Jimin dan Jungkook.
Taehyung terus memukul tangan Jungkook setiap kali dia menunjuk wajah Jimin.

-Flashback off--

Jungkook bangun dari tidurnya, tidak.
Jungkook bahkan tidak tertidur, sepertinya begitu.
Ia mengangkat kepalanya, menatap jam dinding yang tergantung di atas televisi ruang tengah.
Pukul 06.30.
Jeon Jungkook tidak berani tidur satu kamar dengan Yena malam tadi, jadi dia tidur di sofa, tanpa bantal juga selimut. Kedua matanya juga tidak tertutup sepanjang malam.

Suasana rumah hari ini terlalu hening, tanpa teriakan Jungkook yang mencari cari kaus kakinya atau Yena yang menyuruh Jungkook untuk membantunya mengaitkan bra.
Jungkook bangkit dari tidurannya, berjalan ke toilet dapur, menuntaskan hasratnya untuk buang air kecil -sekalian cuci muka,
Ia malas mandi hari ini.

*Ceklek*

Jungkook sebenarnya kaget saat membuka pintu toilet, Yena sudah berada di dapur.
Sudah rapi untuk pergi bekerja tapi tetap menyiapkan sarapan untuknya.
Nasi goreng dengan telur mata sapi kesukaan Jungkook.
Jungkook terdiam di ambang pintu toilet, bingung harus melakukan apa.
Yena terlihat seperti seorang ibu yang merajuk pada anak laki-lakinya.

House Love || Jeon Jungkook|√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang