Z²|| 02

1.4K 86 2
                                    

Jangan sungkan dan malu untuk berkomentar/berpendapat 😉

Perhatikan typo, dikomentar jika ada

Happy reading

Koridor sekolah sangat sepi, cewek bernama Zinia melenggang santai menyusurinya. Alat ucapnya terus mengunyah permen karet yang sedari pagi belum ia buang, rasanya sudah pahit tapi menurutnya itu sangat nikmat untuk bermain pelendungan balon.

Tuk...

Balon yang Zinia buat dari permen karek pecah, alat ucapnya sudah pegal sehingga dia memutuskan untuk membuangnya.

Seseorang bertubuh tinggi menjulang dengan sorot mata yang tajam meneliti benda yang jatuh tepat di depan sepatunya. Benda itu yakni Permen karet.

Sorot tajamnya melihat seorang gadis yang sedang membenahkan kuncirannya lalu melenggang pergi. Dia memungut permen karet, dengan cepat ia melangkahkan kaki hingga kini sudah berada di hadapan gadis yang sedang menatapnya bingung.

Zinia, dia mengerutkan kedua alisnya lalu berkata, "ngapain lo hadang gue? Mau malak?"

Cowok itu menarik satu lengan Zinia, tepat di telapak tangannya ia taruh permen karet yang tadi dipungutnya.

"Ih apaan lo," gertak Zinia sebal.

"Tadi permen karet lo jatoh tepat di bawah kaki gue," ujarnya santai.

"Maksud lo apa?" tanya Zinia.

"Zinia Devana Kalita, kembaran dari Zenio Devano Erion. Kelas 11 IPA 3 yang hobby-nya bolos pelajaran."

"M-maksud lo apa? Lo itu siapa? O-oh ... siswa pertukaran pelajar dari Korea." Zinia meneliti cowok itu lekat.

"Ya, gue. Wisnu Angksa Devaldo, anak yang sudah pertukaran pelajar di Korea."

"Cih, sombong sekali lo. Sepinter apa si lo hah?" Songong Zinia sembari mendekatkan wajahnya.

"Yang jelas gue lebih cerdas dari lo."

"Oh, ya?"

"Asal lo tau, walaupun jiwa raga gue di Korea. Tapi gue tau semua tentang sekolah ini, termsuk lo." Jemari tangan Wisnu mengarah tepat di wajah Zinia.

Amarah gadis itu sudah mulai terpancinga, ia menggilingkan kedua lengan bajunya. Dengan cepat ia melangkah sehingga jarak antara mereka hanya tersisa lima jari.

Tubuh Zinia yang sedikit pendek dari Wisnu membuat ia harus mengangkat wajahnya. Zinia menatap sangar mata Wisnu tanpa berkedip sedikitpun, kedua tangannya ditaruh di pinggang dengan tampang berani.

Mereka saling bertatapan, keduanya memamerkan kesangaran. Zinia maupun Wisnu menatap satu sama lain dengan sangat serius.

"Nia, lo ngapain?" Tatapan keduanya langsung terlepas. Zenio yang baru saja datang menatap keduanya heran.

Zinio langsung paham melihat bola mata kembarannya yang menampakan keamarahan. "Ayo ke kelas!"

Zinia sama sekali tidak bergeming, setelah tatapanya terlepas sesaat. Dia kembali menatap sangar Wisnu yang hanya bersikap santai.

"Nia, gue laporin ke ...."

"Kita pergi, awas aja lo!" pungkas Zinia. Sebelum ia pergi, tangannya sempat mengepal, Wisnu hanya tersenyum remeh penuh kemenangan.

"Gue akan jatuhkan lo, Zinia Devana Kalita!" Senyum licik kini terpancar dari raut wajah Wisnu sebelum berlalu ke tempat tujuan yaitu ruang guru.

Z² (Zinia & Zinio)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang