Z²||25

30 3 0
                                    

Haiiii, gak mau banyak cingcong. Semoga suka selamat membaca Teman! :3

Setelah beberapa saat menunggu, Nadira membuka pintu pelan-pelan seperti ingin memasukkan temannya untuk melakukan aksi maling

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah beberapa saat menunggu, Nadira membuka pintu pelan-pelan seperti ingin memasukkan temannya untuk melakukan aksi maling.

"Alhamdulillah akhirnya dibukain juga nih pintu." Zinia berdiri lega, mulutnya dibekam oleh Nadira.

"Jangan berisik, mereka lagi main PS. Kamu pelan-pelan naik tangganya, jangan lari, jangan menimbulkan suara oke!" peringat Nadira.

"Yah, kirian udah pada ke kamar masing-masing. Kalo ketauan gimanaa?" rengek Zinia dengan suara pelan.

"Gampang, cepet masuk, mandi. Nanti Tante anterin makan malam ke kamar." Nadira menggiring Zinia masuk mengendap.

"Nia udah makan, mau langsung aktifitas di kamar. Makasih Tante atas kerjasamanya," ucap Zinia. Namanya juga Zinia si rusuh diperingati jangan lari, dia malah ngacir sampai langkah sepatunya terdengar Jonatan dan Zinio.

"Astagfirullah, untung udah mulai sayang." Nadira kaget, langkah selanjutnya ia harus mencari alasan untuk Jonatan agar Zinia tidak kena marah.

Nadira selalu sadar ia dimanfaatkan sama kedua anak kembar itu yang sekarang jadi anak tirinya. Tapi mau bagaimana pun Nadira tulus sayang si kembar. Ia sudah menganggap seperti anaknya sendiri, dan ia juga selalu bersedia dimintakan tolong.

"Kamu lolosin Nia?" Suara berat Jonatan merasuk indra pendengaran Nadira.

"Gak papa sekali-kali, Jo. Nia pasti punya alasan pulang jam segini," ujar Nadira selembut mungkin.

Jonatan menghela napas, sangat berat sepertinya. "Tapi ini udah malem. Baru kali ini Nia pulang jam segini, tanpa Nio lagi."

"Iya sekarang sekali, malah waktu itu juga pernah pulang telat tapi engga selarut sekarang. Tapi kalo sekali diizinkan bisa ngelunjak. Dia bakal terus-menerus, jangan terlalu manjain mereka apalagi Nia!" ucapan Jonatan tajam, Nadira mengerjap tak tahu harus menjawab apa.

Melihat dan mendengar itu, Zinio pergi ke atas. Tak sabar ia membuka pintu kamar Zinia yang tak dikunci.

Sementara Jonatan merasa bersalah, padahal ia sudah janji pada dirinya sendiri gak akan membentak Nadira tapi emosinya selalu memuncak jika sudah berurusan dengan si kembar.

Jonatan meninggalkan Nadira masih dengan kepala menunduk, wanita itu tidak menyesali apa yang sudah dilakukan. Ia paham Jonatan seperti itu. Sepeninggal Jonatan yang Nadira ketahui masuk ke ruang kerja, Nadira pergi ke dapur.

Tinggal dengan sang nenek yang merupakan mantan koki sekaligus memiliki restoran, ia pun pandai memasak apalagi jika pikirannya sedang merasa kalut, memasak adalah solusinya.

"Kenapa si Lo suka banget buat masalah." To the point' Zinio setelah melihat kembarannya keluar dari kamar mandi tapi sudah lengkap dengan pakaiannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Z² (Zinia & Zinio)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang