Z²||17

538 23 2
                                    

Happy Reading!!!

***

"Selamat pagiii semuanyaaaa," teriak seorang gadis dengan nada cerianya.

"Pagi, sayang." Seorang wanita setengah baya muncul dari bilik dapur.

"Papi Jo mana?" tanya gadis itu tak melihat papinya.

"Papi Jo pergi pagi buta, katanya ada urusan." Dengan telaten wanita itu menaruh masi goreng.

Gadis itu berdecak lalu kembali bertanya, "Nio?"

"Nio tadi pagi dijemput sama temennya. Katanya ada urusan mendadak," balas wanita itu.

"Ih apa si kenapa mereka ninggalin Nia, trus Nia ke sekolah sama siapa?" kesal gadis yang tak khayal seorang Zinia.

"Kalo mau, Tante bisa anter Nia ke sekolah. Sarapannya dimakan dulu sayang," ujar wanita itu lembut.

"Gak usah, Nia bisa sarapan di sekolah. Dan maaf ya Tante, bukan berarti Tante kemarin udah nolongin Nio dan Nia juga ngerestuin nikah sama Papi. Tapi hal itu tidak membuat Nia berubah untuk jadi suka sama Tante. Jadi, jangan sok baik sama Nia apalagi di hadapan Papi!"

Tanpa berpamitan, Zinia berjalan ke arah pintu utama. Nadira menggelengkan kepalanya tidak lupa dibarengi dengan senyum manis. Mungkin dia harus super sabar menghadapi kedua anak kembar itu, terutama Zinia yang memang kelihatan kurang menyukainya. Tapi tidak usah khawatir, Nadir percaya dirinya dapat menaklukannya.

Zinia melirik sekilas jam yang berada di layar phonsel. Ia berdecak kala jam menunjukan pukul enam lebih empatpuluh. Ia lagi dan lagi mendumel menyalahkan sang papi dan Zenio.

Kekesalannya meningkat ketika tidak ada satupun taksi yang lewat di perumahannya, meski dirinya tahu akan jarang ada yang masuk taksi ke wilayahnya karen penjagaan ketat, tapi terkadang juga ada yang memaksa masuk mengantarkan penumpang.

Dengan amat terpaksa ia berjalan kaki. Masalah terlambat sekolah itu hal yang kesekian toh dirinya sudah biasa dihukum akibat sering bolos tentunya tanpa sepengetahuan papinya.

Tin tin

"Sudah cape belum jalan kakinya?" ucap seorang wanita dari dalam mobil ferarri merah mengagetkan Zinia.

"Bukan urusan Tante!" balas Zinia acuh.

"Tante dapat pesan dari Papi Jo harus ngawal kamu sampe masuk ke kawasan sekolah loh," jelas wanita itu tanpa beban.

Zinia acuh, ia terus berjalan entah sudah sampai berapa meter tetapi perutnya yang kosong membuat dirinya harus memelankan langkah kakinya. Lapar, emosi, kesal, cape dan rasa campur aduk sedang Zinia rasakan.

"Tante tau loh kamu gak suka cape-cape, beneran nih gak mau masuk aja. Bel sekolah tinggal tujuh menit lagi loh," tawar wanita itu aka Nadira.

Perut yang tak bisa dikompromi membuat langkah Zinia terhenti berbarengan dengan mobil Nadira. Tidak pikir panjang Zinia masuk ke pintu sebelah Nadira.

"Nah, gitu dong dari tadi. Siap Nia?" ucap Nadira dengan senyum devil yang dia punya.

Tanpa aba-aba, Nadir memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi bahkan lampu merah pun ia terobos. Sangat lihai memang karena tanpa sepengetahuan Clarisa sekalipun, Nadira adalah seorang gadis jalan. Gadis yang suka balapan liar bahkan tidak tanggung karena terlalu sering memenangkan balapan, gadis itu disebut dengan The queen of wild cars.

Hanya dalam waktu lima menit, mobil mereka sampai di gerbang sekolah. Zinia membuka pintu, dengan cepat Nadir menutupnya kembali.

"Tante, kok malah ditutup lagi. Nia udah terlambat," omel Zinia kesal.

Z² (Zinia & Zinio)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang