Z²|| 03

1.3K 72 13
                                    

Jangan sungkan dan malu untuk berkomentar/berpendapat

Harap koreksi jika ada typo

Happy reading...

Dengan raut wajah yang heran Zenio hanya mengikuti arah Zinia yang terlihat sedang cemas. Berkali-kali Zenio bertanya, seribu kali Zinia bungkam hingga mereka ke luar gerbang sekolah. Untung saja satpam sedang tidak berjaga jadi mereka bisa keluar tanpa harus berargumen terlebih dahulu.

"Taxi!" Zinia langsung menghentikan taxi yang lewat di hadapannya.

"Kenapa kita pulang?" tanya Zenio untuk yang sekian kalinya.

"Gak tau, disuruh."

"Sama?"

"Bi Alin, udah deh jangan bawel. Gue juga gak tau," kesal Zinia.

Di perjalanan pulang, ponsel Zinia kembali bergetar menampakan nama Bi Alin.

"Kalian langsung ke rumah sakit Purnama aja ya."

"Kenapa ke rumah sakit Bi?"

"Pap...." Nio mengambil alih ponsel Nia.

"Kenapa dengan Papi?"

***

"Pak, kita langsung ke rumah sakit Purnama. Cepet, ya Pak!" pinta Zinia yang sudah mulai cemas mendengar kata papi.

Zenio sedang mendengarkan penjelasan Bi Alin dengan seksama tanpa berkata sedikitpun, bahkan Zinia yang sedari tadi merengek meminta penjelasan tak ia gubris sedikitpun.

"Nio siniin hp gue."

"Nio, siapa yang sakit?" tanya Zinia penasaran

"Woy Nio, kalo ada yang tanya tuh jawab kek," kesalnya sudah mulai emosi.

"Maaf, sudah sampai Mbak! Mas!" tegur supir taxi.

"Ini Pak, makasih, kembaliannya ambil aja!"

Kini giliran Zinia lah yang dibuat bingung, ia bingung sekaligus kesal, dan percuma ia bertanya. Sampai kapanpun Zenio tidak akan menjawabnya sebelum sampai ke tempat tujuan, sangat menyebalkan bukan.

Jenjang kaki mereka berhenti tepat di hadapan kamar bertuliskan G. 201. Bi Alin hanya duduk di tempat tunggu, ketika menyadari anak majikannya datang Bi Alin langsung berdiri lalu berkata, "Tuan Jo ada di dalam."

Maksudnya apa ini? ngapain Papi ada di dalam. Siapa yang sakit? Lalu ngapain Bi Alin di sini? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di otak cantik Zinia. Pintu bercat putih akhirnya dibuka oleh Zenio, betapa kagetnya kala mata cantik mereka melihat papi sedang terbaring lemah.

Dengan ragu jenjang kakinya melangkah hingga kini sampai di samping ranjang tempat Jonatan berbaring. "Papi, Papi Jo kenapa?" tanya Zinia tanpa sadar.

"Papi Jo ayo bangun, kenapa kaki Papi digantung pake kain?"

"Nio, Papi kenapa?" tanya
Zinia khawatir.

"Papi Jo gak papa," jawab Zenio enteng.

Tubuh Zinia semakin mendekat, ia menidurkan kepalanya di samping kepala Jonatan. Tak dipungkiri air matanya mengalir, dadanya terasa ada yang menghantam keras.

Z² (Zinia & Zinio)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang