"Dir..Dira." panggil Frida, berulang kali. Namun tak ada respon dari Dira. Gemas karna Dira yang tak menyahut-nyahut. Frida pun memukul tangan Dira.
"Anjirr.. Sakit." teriak Dira. Gadis itu lalu mengusap-usap tangan kanan nya yang di pukul Frida.
"Lo sih, dari tadi gue panggil malah gak nyaut. Pake ngelamun lagi, ngelamunin apa sih lo? Oh ya gue tau, mikirin yang jorok-jorok ya lo." cerocos Frida tak henti-henti. Dira melongo, takjub dengan gadis tomboy di depannya itu.
"Gila aja lo. Gue tuh cuman kepikirin sama Nico." ucap Dira tak sadar
"Nico? Siapa tuh?." celetuk Irene yang dari tadi sedang menyalin PR matematika milik Bara.
"Kepo lo." balas Dira malas
Irene mendengus, gadis itu lalu menutup buku PR miliknya dan Bara. Ia lalu menghampiri Dira yang sedang duduk dibangku Naya dan Frida.
"Ish.. Dir, lo mah gitu. Kita kan sahabat, masa lo main nya rahasia-rahasian sih." ucap Irene
Dira memutar bola matanya jengah. Tak habis pikir dengan sikap teman-temannya yang kepo itu.
"Dia mantan kakel gue." jawab Dira
Irene, Naya dan Frida mengernyit. Bukannya angkatan sebelumnya tak ada yang bernama Nico? Lantas Nico yang mana?
"Bukannya mantan kakel kita gak ada yang namanya Nico ya." tanya Naya, mewakili Frida dan Irene yang juga penasaran.
"Dulu gue kelas 10 di bandung. Dan kelas 11 kemarin gue pindah ke jakarta." jawab Dira
Membuat tiga gadis yang ada disamping dan depannya mengernyit, karna semakin tak mengerti.
"Jadi gini. Gue dulu tinggal dibandung, waktu kenaikan kelas 11 gue pindah kejakarta, dan menetap disini." jelas Dira lagi.
"Kenapa pindah? Bukannya di bandung cowok-cowoknya pada ganteng-ganteng ya? Kok lo malah milih ke jakarta? Yang cowok-cowok nya pada berandal?." tanya Frida
"Yee.. Nih anak taunya cogan mulu. Pikirin noh nilai IPA lo." sambar Naya
"Bodo ya. Nama nya juga cecan, bebas dong mau lakuin apa." balas Frida tak mau kalah.
"Nico itu cinta pertama gue. Dulu gue kejer-kejer dia, kasih dia perhatian. Dan terakhir gue ungkapin perasaan gue. Tapi dia malah hina gue, bilang gue murahan. Gue sadar gue cewek, tapi apa dia pantes bilang gue murahan. Gue malu, semua orang di sekolah selalu ngatain gue, cewek murahan lah, cewek gak tau malu, dan lebih parahnya lagi mereka sampe ngatain gue jalang. Gue malu, dan saat pernaikan kelas, gue pindah ke jakarta, karna usaha Papi yang juga ada di jakarta. Saat gue sekarang udah bisa lupain Nico, dia balik lagi. Kemarin, waktu kita pulang dari nonton, Nico chatt gue. Dan dia bilang mau perbaikin hubungan gue sama dia." jelas Dira panjang lebar, Naya, frida, dan Irene hanya diam. Mencerna semua penjelasan Dira.
"Jadi? Intinya dia mau lo balik ke dia lagi gitu." tanya Naya. Dira mengangguk, gadis itu pun heran. Mengapa Nico ingin kembali lagi padanya, saat dia sendiri yang meminta Dira menjauh.
"Gue bingung." ucap Dira. Dira lalu menenggelamkan kepalanya di lekukan kedua tangannya.
"Yaudahlah gak usah di pikirin. Lo anggep aja dia cuman angin lalu." tutur Naya, ia lalu mengusap punggung Dira. Bermaksud menenangkan sahabatnya itu.
"Iya Dir, lo gak usah pusingin cowok kaya dia, mending dibawa have fun aja." semangat Irene. Dira lalu mengangkat kepalanya, dan tersenyum kearah tiga gadis yang saat ini tersenyum ke arahnya.
"Makasih ya, kalian emang the best deh." lanjut Dira, lalu memeluk Irene, Naya, dan juga Frida.
"Ren.. Buku gue ud.., lo pada lagi ngapain." tiba-tiba datang Arka dan Bara. Bara yang berbicara tadi, langsung menghentikan ucapannya saat melihat tiga temannya sedang berpelukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak FRIENDSZONE
Teen FictionApa jadinya jika sebuah persahabatan berubah menjadi sebuah perasaan? Apa kalian ingin mengungkapkan? Atau hanya diam dalam cinta dan kesakitan yang mendalam?