"Non Dira. Di bawah ada temen-temen non, kata nya mau latihan." ucap bi Ida. Dira pun mengngagguk, lalu bangkit dari tempat tidur.
"Bi, tolong buatin minuman sama cemilan ya." ucap Dira meminta tolong. Setelah nya, gadis itu pun keluar dari kamar menuju lantai bawah.
Di ruang tamu, sudah ada Arka, Irene, Frida, Bara, juga Naya. Yang saat ini sedang duduk, sambil mengobrol.
"Hay guyss." sapa Dira saat sudah ada di depan lima orang tersebut.
"Hay Dir." balas mereka menyapa tuan rumah
"Udah lama?." tanya Dira basa-basi, lalu ikut duduk di single sofa.
"Nggak kok. Kita juga baru sampe." jawab Bara semangat
"Mm.. Oke." jawab Dira
"Hoy Dir, rumah lo gede amat. Kaya istana gila. Coba rumah gue kaya gini, udah gua bawa juga keluarga gue di kampung. Sekalian sama orang-orang kampung". Celetuk Frida, membuat mereka mendengus karenanya.
"Lo kampungan amat sih Fri. Nama nya juga orang kaya, wajar lah rumah nya gede gini." jawab Naya
"Tapi kok, rumah lo sepi Dir. Nyokap bokap lo kemana?." tanya Arka, saat tak menemukan orang lain selain supir juga pembantu di rumah Dira.
"Mereka kerja." jawab dira singkat.
"Kerja? Bukan nya di hari libur, kerjaan libur ya? Kok nyokap, bokap lo masih kerja sih?." tanya Irene menimpali
"I don't know.. Mungkin mereka lebih sayang pekerjaan, dibandingkan keluarga." jawab Dira acuh. Irene, Arka, Frida, Bara dan Naya pun terdiam. Menyadari sesuatu yang seharus tak mereka tanya kan.
"Sorry". Ucap Arka merasa bersalah. Karna diri nya yang pertama kali bertanya.
"Nyantai aja kali. Gue udah kebal kok sama sikap nyokap, bokap gue." balas Dira tersenyum. Namun mereka tau, senyuman itu adalah senyuman palsu.
"Udah-udah lupain. Mending kita latihan aja sekarang. Jadi siapa yang bakal nyanyi? Main gitar? Piano? Dan drum.?" ucap Arka, lalu bertanya pada lima orang itu.
"Gue main piano." jawab Naya
"Gue gitar." lanjut Bara
"Gue drum." sambar Frida semangat
"Dan kalian berdua? Kalo gue gitar." tanya Arka pada Irene juga Dira. Irene menatap Dira, lalu tersenyum penuh arti.
"Gue sama Dira yang nyanyi." jawab Irene semangat. Dira pun melotot, menatap tajam ke arah gadis manis yang hanya cengengesan menatap Dira.
"Gak.. Gak.. Gue gak mau nyanyi. Suara gue gak bagus elah." tolak Dira mentah-mentah. Bagaimana bisa Irene tau jika Dira bisa bernyanyi? Padahal Diraa tak pernah mengeluarkan suara alunan, jika sedang di tempat ramai. Tapi...
"Lo.. Lo denger gue nyanyi ya?." tuduh Dira yang seratus persen benar. Irene pun mengangguk, lalu duduk disamping sofa Dira.
"Asli Dir, suara lo itu bagus banget. Gue sampe mau nangis tau gak denger nya." puji Irene, yang malah membuat Dira ingin muntah.
"Alay najis." kesal Dira.
"Oke.. Semua udah tau posisi masing-masing. Jadi gimana kalo latihan nya sekarang?." lanjut Bara, dan di angguki oleh mereka semua.
#
"Ok.. Latihan hari ini selesai, jadi biar besok di lanjut aja." ucap Arka menaruh gitar yang tadi dimain kan nya. Mereka pun mengangguk, lalu menaruh alat musik ketempat semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak FRIENDSZONE
Novela JuvenilApa jadinya jika sebuah persahabatan berubah menjadi sebuah perasaan? Apa kalian ingin mengungkapkan? Atau hanya diam dalam cinta dan kesakitan yang mendalam?