"Dira." panggil seorang pria paruh baya yang sedang duduk diruang tamu sambil membaca sebuah koran yang ada ditangannya.
Dira menghentikan langkahnya yang hendak keluar rumah. Gadis itu mengalihkan tatapannya kearah pria yang tak lain adalah papanya.
"Kenapa?." tanya Dira terkesan datar. Gadis itu malas saat harus berhadapan dengan kedua orang tuanya yang hanya pulang jika butuh dirinya, atau hanya menginginkan sesuatu darinya.
"Papa mama bicara sama kamu sebentar. Ayo duduk." titah Papa Dira. Dira menghela nafasnya, lalu melangkah mendekati sang Papa dan duduk dihadapan pria paruh baya yang masih terlihat tampan walau sudah tak muda lagi.
"Papa mau bicara apa? Dira harus berangkat sekolah." ucap Dira saat sudah duduk dihadapan Papanya.
"Papa cuman mau kasih tau kamu, Papa sama mama akan bercerai." ucap Papa Dira menjawab pertanyaan sang putri.
Bagai tersambar petir di pagi hari. Kaki Dira langsung lemas dan kelopak mata gadis itu langsung memanas saat mendengar ucapan sang Papa.
"Papa rasa, papa sama mama udah gak ada kecocokan lagi. Papa capek, tiap hari harus berantem sama mama kamu sayang. Jadi papa mohon kamu ngerti sama keputusan kami berdua." lanjutnya menjelaskan.
Dira bungkam. Ia tak tau harus berkata apalagi. Dalam hati gadis itu menangis saat mendengar kenyataan bahwa kedua orang tuanya akan bercerai.
"Papa gak bercandakan pa?." tanya Dira yang mencoba tersenyum walau matanya sudah memanas karna menahan sakit dihatinya.
"Maaf sayang. Itu semua udah keputusan Papa dan Mama. Dan persidangan akan dilakuin dua minggu kedepan. Dan kamu akan tinggal sama papa, setelah papa dan mama resmi bercerai." ucap papa Dira. Lalu berdiri dari duduknya, dan mengelus lembut rambut Dira.
"Maafin papa." setelahnya pria itu pergi meninggalkan Dira yang masih buangkam.
Setetes demi setetes, air mata mulai jatuh dipipi Dira. Gadis itu terisak karna merasa sakit menerima kenyataan bawha kedua orang tuanya akan berpisah.
"Bodoh." desis Dira dan mengusap kasar air matanya.
•••
"Nay, sih Dira mana sih? Kok gak masuk tuh anak?." tanya Irene pada Naya yang saat ini sedang menikmati makanannya dikantin sekolah.
"Gak tau. Dia gak da kabar sejak semalem. Gue kira dia ngehubungin lo kalo dia gak masuk sekolah hari ini." jawab Naya tak tau.
Irene menggeleng, gadis itu merasa khawatir karna tak mendapat kabar sedari pagi dari Dira. Gadis itu membolos dan tak memberi kabar bahwa ia tak masuk hari ini. Dengan perasaan yang bercampur aduk, Irene menatap kearah Arka dan Bara yang saat ini sedang diam dengan pikiran masing-masing.
"Ar, lo tau Dira kenapa?." tanya Irene pada Arka. Arka menggeleng, tak sedikit pun menatap kearah Irene. Pemuda itu sedang memikirkan apa yang terjadi dengan Dira. Mengapa iya tak ada kabar? Mengapa ia tak masuk? Dan dimana gadis itu sekarang?.
Pikirannya saat ini hanya tertuju pada Dira. Makanan yang ada dihadapannya pun tak tersentuh sedari tadi. Sama halnya dengan Bara, pemuda itu hanya memandangi ponselnya. Berharap Dira menghubungi dan memberitahu keadaan nya saat ini. Ia berharap gadis yang disukainya itu tak kenapa-napa. Dan besok, ia bisa melihat senyuman indah lagi diwajah Dira.
Di lain tempat.
Dira masih menangis sesegukan didalam kamarnya. Setelah pembicaraannya denga sang Papa. Dira mengurung diri, dan tak jadi berangkat ke sekolah. Sedari pagi, gadis itu tak keluar dari dalam kamar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak FRIENDSZONE
Fiksi RemajaApa jadinya jika sebuah persahabatan berubah menjadi sebuah perasaan? Apa kalian ingin mengungkapkan? Atau hanya diam dalam cinta dan kesakitan yang mendalam?