Gadis itu menggeram. Sedari tadi ia menatap marah kearah benda persegi yang dipegangnya itu. Hatinya panas saat melihat beberapa foto yang menampilkan dua orang yang tengah tersenyum bahagia layaknya sepasang kekasih.
Sumpah serapah dan caci maki tak henti-hentinya ia ucapa kan. Lama ia menatap layar ponselnya. Dan buliran-buliran air mata mulai jatuh di pipinya.
Hatinya serasa sakit saat melihat kedekatan dua orang itu. Ia tak terima jika gadis di foto itu yang menggantikannya, ia tak rela.
"Nangis?" tanya seseorang yang tiba-tiba sudah duduk di depan gadis yang tak lain adalah Flora itu.
Flora mengalihkan tatapannya, ia menatap tak suka saat melihat wajah angkuh cowok yang tengah menatapnya kasihan itu.
"Bukan urusan lo" jawab Flora ketus
Cowok itu terkekeh, entah apa yang lucu hingga ia teetawa. Namun bagi Flora itu bukan urusannya.
"Gue tau lo mantannya cowok yang ada difoto itu" celetuk cowok itu menunjuk kearah ponsel Flora.
"Kok lo bisa tau?" tanya Flora kaget
"Apa yang gak gue tau tentang cewek yang ada di foto itu. Gue tau segalanya tentang dia" jawab cowok itu dengan senyumannya.
Bukan, bukan senyuman tulus yang cowok itu perlihatkan, tapi senyuman miring yang ia buat di sudut bibir merahnya.
"Jadi lo kenal sama nih cewek?" tanya Flora menunjuk kearah layar ponselnya. Tepatnya kearah wajah gadis yang tengah tersenyum begitu manisnya.
"Dira Clarissa" ucap cowok itu tersenyum. Ia mengulurkan tangannya, lalu mengelus-elus wajah Dira yang ada dilayar ponsel Flora dengan sayang.
"Lo siapa dia?" tanya Flora semakin penasaran.
"Cewek yang gue cinta. Dan akan jadi milik gue" jawab cowok itu yakin.
Flora menyeringai, wajahnya langsung berseri saat sesuatu muncul dibenaknya.
"Lo cinta sama Dira, dan gue cinta sama Arka. Gimana kalo kita kerja sama buat jauhin mereka berdua?" tawar Flora pada cowok itu.
Sang cowok terkekeh, lalu menatap manik mata Flora dengan serius. Lalu anggukan pun yang mewakili kesepakatan dua orang itu.
•••
Tok tok tok
Suara ketukan pintu kamar berbunyi dari arah luar. Dira yang tengah berbaring langsung bangun dan membuka pintu kamarnya.
Gadis itu mendapati sang kakak yang tengah tersenyum tulus kearah nya.
"Boleh masuk?" tanya Rafael dan diangguki oleh Dira.
Rafael masuk kedalam kamar bernuansa biru milik adiknya itu. Cowok berperawakan tinggi itu duduk diatas kasur king size milik Dira.
"Sini" tutur Rafael menepuk kasur yang tengah di dudukinya.
Dira berjalan kearah sang kakak, lalu duduk di samping Rafael.
"Kenapa?" tanya Dira to the poin
"Gue besok bakal balik ke london" jawab Rafael sambil mengelus-elus lembut rambut Dira.
Dira diam. Gadis itu tak menjawab jawaban Rafael. Ia hanya menatap lekat kearah wajah tampan kakak satu-satunya itu.
"Kok diem?" tanya Rafael yang mulai mengelus pipi chubby Dira sayang.
"Hiks.. Hiks.. " Dira pun terisak, gadis itu menutupi wajahnya. Ia tak ingin jika sang kakak melihatnya menangis, sudah cukup ia memperlihatkan kecengengannya waktu itu.
"Shuutttt.. Jangan nangis Dir, gue gak suka liat lo nangis. Lo kan udah janji sama gue buat gak nangis lagi" ucap Rafael menenangkan. Cowok itu menarik tubuh mungil Dira dan mendekap adik kesayangan nya itu.
"Jangan tinggalin gue hiks.. Gue gak mau sendiri hikss.." lirih Dira yang masih terisak didalam pelukan Rafael.
"Gue harus kuliah dek, oma udah nyuruh gue pulang. Oma juga bilang buat gue bawa lo, tapi lo masih sekolah" jelas Rafael tak tega.
Sejujurnya ia tak ingin kembali ke landon. Ia tak tega jika harus meninggalkan Dira sendirian di Indonesia. Tapi bagaimana lagi, Dira belum lulus dan ia tak bisa membawa adiknya itu sebelum ia lulus.
"Kenapa Raf? Kenapa Papa sama Mama egois hiksss.. Gue kangen kita kumpul bareng hikss" isak Dira semakin pilu.
Rafael memejamkan matanya nya, ia sungguh kasihan melihat adik nya menderita seperti ini. Hatinya pun ikut menangis saat melihat air mata perempuan yang dicintainya setelah Mama dan Oma nya itu.
"Dengerin gue. Gue janji, gue bakal pulang ke sini saat gue lulus ok. Dan gue bakal bawa lo pergi dari sini. Please Dir, jangan kaya gini gue sakit liat lo nangis" lirih Rafael serak. Mata cowok itu sudah mulai memerah karna mengingat bagaimana terpuruknya Dira saat tahu bahwa kedua orang tuanya akan berpisah.
Dan dengan bodohnya, dirinya malah ingin meninggalkan adiknya di sini sendiri, sedangkan dia di london bersama Oma dan Opa disana.
"Gue nganter ke bandara ya" ucap Dira yang mulai meredakan tangis nya.
Rafael mengangguk, lalu semakin mempererat pelukannya pada Dira.
"Maaf dan terima kasih" tutur Rafael serak. Cowok itu melepaskan dekapannya lalu mencium lembut kening sang adik.
"Yaudah, gue mau ke kamar. Lo jangan malem-malem tidurnya" Rafael bangkit dari duduknya, sebelum pergi cowok itu menghapus jejak air mata Dira lalu mengacak sayang rambut panjang sang adik.
"Raf, makasih" panggil Dira sebelun Rafael menutup pintu
Rafael mengaguk, lalu menutup pintu kamar Dira dan pergi menuju kamarnya.
***
#Typo bertebaranan#
Maaf telat Up.
Please vote and comment guysss...
See you next my story..
28 Mei 2019

KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak FRIENDSZONE
Teen FictionApa jadinya jika sebuah persahabatan berubah menjadi sebuah perasaan? Apa kalian ingin mengungkapkan? Atau hanya diam dalam cinta dan kesakitan yang mendalam?