Bagian Ketujuh

10.6K 288 2
                                    

Pada cuaca yang cukup cerah ini, Zara memilih berdiam di dalam kelas. Tampaknya ia masih merindukan memori-memori bersama ayahnya dulu bak seperti kaset rusak yang selalu berputar di dalam pikirannya.

Badmood.

Sedih.

Lapar.

Mager.

Ya, itu suasana yang dirasakan saat ini oleh Zara. Della telah mengajak nya berulang kali untuk menuju ke kantin, tetapi Zara menolaknnya dengan jawaban yang sama. Mager.

Zara hanya menelungkupkan wajahnya di atas meja, Della yang melihat itu heran dengan perubahan sikap nya saat ini. Sampai suatu ide terlintas dalam benak Della, ia mengajak Zara dan teman-teman yang lain untuk mengikuti permainan ToD, dan kebetulan pada saat itu guru sedang rapat jadi seluruh murid bebas melakukan apa saja terkecuali yang tidak baik di lakukan.

"Ra, ikut ,yuk?! Lo, gak bosen apa diem mulu kek mayat hidup." ajak Della yang menarik-narik Zara agar mengikutinya.

"Mager, ah." lagi-lagi kalimat itu yang meluncur di bibir Zara.

"Kali ini aja dehh yaa, please!" mohon Della kepada Zara.

Sumpah kalo gue ga lagi badmood, gue udah ngakak liat muka nya yang melas mohon-mohon

Karena Zara tidak tega melihatnya, ia menyetujui ajakannya itu.

"Horee!!" sorak teman-temannya yang akan mengikuti ToD tersebut.

Mereka semua duduk melingkar dan di tengah-tengah mereka ada sebuah pulpen. Mula-mula pulpen itu di putarkan oleh Della dan...

"Shit! Kenapa gue!" pekik seorang pria yang lebih kenal dipanggil dengan sebutan Gilang.

"Mampus lo hahah!" ledek Bimo teman sebangku Gilang.

"Ok, Turt or Dare?" tanya Zara.

"Dare!" jawabnya dengan percaya diri.

"Kira-kira apa, ya?" tanya salah seorang gadis bernama Firly itu, entah bertanya pada siapa.

"Ahaa!! Godain cewek yang ada di kantin ae!" seru Bimo.

"Boleh juga, tuh," seru Gilang.

"Sekalian modus, siapa tau aja ada yang nyangkol." sambung Gilang.

Pletak..

Satu jitakkan mendarat di kepala Gilang dengan mulusnya.

"Playboy cap anjing lo, kemarin aja ada bocah yang lo baperin, eh malah lo PHP-in" ketus Bimo yang tahu tentang ulah Gilang terhadap adik kelas yang sudah ditinggalkan, oh bukan diPHP-in lebih tepatnya.

Gilang hanya cengegesan mendengar itu "Ok bentar ya! Lo pada tonton gue di depan."

Gilang berjalan menuju kantin, di sana banyak teriakan-teriakan histeris yang di dominasikan oleh kaum hawa, dan sebagian laki-laki hanya menatapnya tidak suka karena wanita incarannya itu selalu direbut oleh Gilang. Eh bukan, selalu memilih Gilang.

Kak Gilang!!

Anjay wagilasehh..

Mau nyamperin siapa tuh?

Guelahh...

Pede anj...

Gilang yang mendengar itu hanya tak perduli, dan tertuju pada seorang gadis yang sedang duduk bersama kedua temannya.

"Hai," sapa Gilang seraya duduk di sebelah gadis itu.

"E.. hai." jawabnya gugup.

"Kenalin gue Gilang kelas 11 IPA 1." Gilang mengulurkan tangannya kepada gadis yang ada di sebelahnya.

The Most Wanted Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang