Bagian Kedelapan belas

7.1K 218 1
                                    

Ini adalah minggu pertama dimana resepsi pernikahan akan di siapkan mulai dari sekarang. Tidak perlu mewah, karena acara ini hanya untuk kekeluargaan saja. Tanpa mengundang orang lain sedikitpun.

Di sini Zara sedang mencoba gaun pernikahan berwarna putih dengan pita yang melingkar cantik di pinggangnya. Sesekali ia melenggak lenggok di depan cermin. Menatap dirinya yang jauh berbeda dengan menggunakan gaun pengantin tersebut. Ia terlihat sangat cantik dan elegan. Beberapa menit kemudian Zidan keluar di ruang gantinya. Ia terbalutkan oleh tuxedo berwarna senada dengan gaun yang Zara kenakan. Mereka berdua saling pandang takjub. Sedetik kemudian Zara mengalihkan pandangannya. Dan beralih menatap Zidan dari atas sampai bawah.

"Daebak! Daebak!" Serunya seraya bertepuk tangan.

"B aja" ucap Zidan sekenanya. Zara hanya mendengus kesal. Bukankah tadi dia menilai penampilan calon suaminya?

Setelah mencoba dan memilih pakaian yang akan di kenakan untuk minggu depan. Tepatnya acara yang akan di adakan. Mereka berdua memilih menuju sebuah cafe yang berada di dekat mall.

Mereka berdua duduk di paling pojok. Yang jendelanya langsung mensajikan pemandangan kota.

"Mau pesen apa?" Ucap Zidan seraya memainkan rambut Zara.

"Apa ajaa---- ishh jorok Zidan!" Zara menepis lengan Zidan yang memainkan rambut Zara, saat mengetahui rambutnya itu di masukan ke dalam lubang hidung Zidan.

"Hahahah" Zidan tertawa terbahak karena berhasil membuat calon istrinya mendengus kesal.

Zara memutar bola matanya jengah. Kemudian beralih memainkan ponselnya. Sedangkan Zidan sedang memilih pesanan makanan untuk mereka berdua.

Beberapa menit kemudian makanan datang.  Selama mereka makan, sesekali mereka tertawa. Entahlah apa yang mereka tertawakan. Setelah selesai, mereka berdua bergegas pulang.

Saat di perjalanan Zara merasa lapar. Kemudian meminta Zidan untuk menepi di minimarket. Zara meminta Zidan untuk menunggu di dalam mobil. Dan Zara yang ke dalam sendirian.

Setelah di dalam sana, Zara memilih beberapa makanan ringan. Dan sisanya makanan favoritnya, apalagi kalau bukan coklat?

Saat Zara sedang melihat isi keranjang yang penuh dengan makanan yang ia belanja tanpa memerhatikan jalannya.

Bruk

"Aduh maaf maaf saya ga li--"

Zara membeku, membisu seribu bahasa. Ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia masih termenung. Dengan keranjang yang masih bertengger di lengannya dengan berisikan belanjaannya.

***

Udara dingin menerpa wajah Zara. Kini Zara tengah termenung di balkon kamarnya. Sesekali ia menghela nafasnya. Pertemuan yang tidak di sengaja?

Zara meletakkan tangannya di tempat jantung itu berdetak. Ia merasakan dentuman yang hebat. Oh bukan, ia sudah merasakan dentuman itu di saat pertemuan tak terduga berlangsung di dalam minimarket.

Bingbang?

Tentu saja.

Di saat matanya bertemu dengan mata itu, yang dulu selalu ia tatap diam-diam. Apakah dia jatuh lagi? Entahlah.

Dirasakan angin malam ini sangat dingin, segera ia masuk ke dalam kamarnya dan menutup jendela itu.

Ia merebahkan tubuhnya, dan memejamkan matanya perlahan. Tetapi pikirannya berputar di saat pertemuan singkat itu. Kemudian ia membuka lagi kelopak mata yang tadi tertutup itu.

The Most Wanted Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang