Bagian Kedua Puluh Lima

5.7K 217 3
                                    

Semoga suka kalian:^

Double up

[HAPPY READING]















"Lo, psychopath!" Teriak Zara.

Putri mendelik tajam, ia menyeringai lebar. "Sekarang, giliran lo."

Ia berjalan mendekati Zara dengan mengacungkan pisau yang berlumuran darah Kenath.

"Jangan, Put, jangan." Lirih Zara.

"Ha...ha...ha..., memohonlah."

Dasar, gadis gila.

Sret.

Zara meringis saat kulit tangan kanannya itu tersayat oleh pisau, sebisa mungkin ia menahan sakit.

"Gue benci sama lo! Lo udah ngambil kepopuleran gue! Lo udah ngambil kebahagiaan gue! Lo udah ngambil Zidan dari gue!" Teriak Putri di depan wajah Zara.

Sret.

"Gue benci kecantikan, lo!"

Zara tak kuat lagi, apa ini akhir dari hidupnya? Apakah ini akhir dari segalanya? Dan ia berdoa, ini hanya mimpi. Jika ini mimpi, siapapun tolong bangunkan Zara saat ini juga.

"Gue gak suka basa-basi."

Zara menelan salivanya kasar, "m-maksud, lo?"

Putri tersenyum penuh maksud. Ia mengacungkan pisau itu tinggi-tinggi. Mata Zara membulat, pisau itu semakin mendekat ke tempat dimana detak jantungnya berpacu. Zara memejamkan matanya rapat-rapat, dan___

Brak!

Putri menolehkan wajahnya saat mendengar suara pintu di dobrak. Zara membuka matanya perlahan, setidaknya ada seseorang yang menolongnya, ia bernafas lega.

"Siapa?" Putri bertanya dengan sedikit berteriak.

"Lepasin dia!" Seru suara itu dengan nada dingin.

"Zidan?" Guman Zara pelan.

Putri membelalakkan matanya saat mendapati Zidan disana dengan tampang menyeramkan.

"I-ini gak seperti yang lo liat, Dan." Putri menelan salivanya kasar.

"Cih," Zidan mendecih, ia melangkahkan kakinya mendekat menuju Zara.

Sejenak Zidan tercengang saat mendapati keadaan Kenath yang terkulai lemas, dengan tusukan di bagian perutnya.

Putri bergerak gelisah, jika Zara lepas dari genggamannya, pasti usaha yang ia rencanakan sejak lama gagal dengan sia-sia. Gak, ini gak boleh terjadi!.

Putri berlari dan berdiri di hadapan kursi yang di duduki Zara, ia menodongkan pisau itu di leher jenjang yang tak terbalutkan kain sama sekali.

Zidan membulatkan matanya saat jarak antara mereka tinggal beberapa langkah lagi.

"Lo, gila!" Zidan menggelengkan kepalanya tak percaya.

The Most Wanted Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang