Khusus untuk para readers:^
-HAPPY READING-
Semerbak harum masakan dari arah dapur menguar di penjuru ruangan. Membuat kedua bocah yang tengah bermain di ruang tamu itu mengenduskan hidungnya mencium bau masakan yang menggugah selera itu.
Bocah kembar berbeda kelamin itu saling pandang. Kemudian mereka tersenyum penuh arti, detik berikutnya mereka berlari dan berlomba menuju dapur.
"Yeah! Abang duluan yang menang!" Seru bocah laki-laki itu seraya berjingkrak-jingkrak di dekat dapur.
"Abang culang! Masa... cepet banget... lalinya." Ujar bocah perempuan dengan cadel, yang masih jelas bahwa ia tampak ngos-ngosan karena berlari dengan kakaknya itu.
"Kamu kalah, wleee!!" Serunya seraya memeletkan lidah dengan kedua bola mata yang sengaja dijulingkan.
Gadis kecil itupun memanyunkan bibirnya. Kemudian berjalan mendekati ibunya yang masih berkutat dengan peralatan dapur.
"Mom, liat abang, dia jahat." Gadis itu menarik-narik ujung baju sang ibu, sesekali menunjuk kakaknya yang tengah duduk dengan santai di meja makan.
"Edgar...," peringat Zara.
Bocah laki-laki yang berusia 4 tahun itu mendongak menatap sang ibu takut-takut.
"Tapikan, Ed cuman lali doang, Mom." Bocah yang bernama Edgar itu memanyunkan bibirnya, mencoba membela dirinya sendiri.
"Tapi, Abang lalinya cepet banget," gadis itu menggembungkan kedua pipinya.
"Kamunya aja, lelet." Lagi-lagi Edgar memeletkan lidahnya kepada sang adik.
"Mom," rengeknya.
"Abang, gak boleh nakal sama, Ail." Ucap Zara lembut.
"Ada apa, ini?" Suara bariton itu membuat mereka bertiga menoleh.
"Dad," Edgar berlari menuju sang ayah.
Zidan terkekeh saat melihat putranya berlari kearahnya. Kemudian ia merentangkan tangannya dan memeluk putranya itu.
"Kenapa? Hmm," tanya Zidan seraya mengusap puncuk kepala putranya.
"Abang galak sama, Aileen." Gadis yang bernama Aileen itu menimpali.
Zidan menoleh saat putrinya bersuara. Kemudian ditatap lagi putranya yang masih setia memeluknya.
"Iya?" Tanya Zidan.
Edgar menggeleng, "Enggak kok, tadi kita lomba lali, telus abang yang menang, telus Ail malah nyalahin, abang."
Zidan tersenyum, kemudian mendekat kearah Aileen yang masih setia berdiri di samping ibunya.
"Sayang, kalah menang itu soal biasa. Kita gak boleh salahin orang lain kalo kita kalah, dan kita juga gak boleh sombong kalo kita menang." Ujar Zidan seraya mengusap rambut hitam putrinya.
Zara yang masih setia menonton itu tersenyum. Ia berterima kasih kepada Tuhan karena dipertemukan dengan Zidan dan memiliki suami seperti Zidan.
Zidan menarik Edgar untuk mendekat.
"Sekarang, kalian berdua baikkan, ya? Okay?"
Edgar dan Aileen saling pandang. Kemudian mereka berdua mengangguk serempak. Zidan tersenyum melihat keduanya, sampai suara deheman membuat mereka menoleh.
"Udah selesai, dramanya?" Zara berkacak pinggang.
Zidan terkekeh, kemudian mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Wanted Girl [END]
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Zidan : "Gue bakalan buktiin, lo bakalan jatuh cinta sama gue!!" Zara : "Sampai kapan pun gue ga akan berurusan dengan yang namanya cinta!!" Beberapa part masih belum rapi. Terima kasih!