Bagian Ketiga Puluh

6.4K 236 12
                                    

VOTE

COMMENT

KRITIK

SARAN

SHARE

~~~~~~~

Hari yang dinanti-nantikan telah tiba. Semua orang tengah berkumpul menunggu kedatangan bos muda yang beberapa menit lagi akan datang.

"Zara mana, sih?!" Dewi mendecak pelan.

Kondisinya yang mulai stabil bisa menghadiri acara formal malam ini. Dia sedari tadi hilir-mudik mencari keberadaan Zara yang sama sekali belum kelihatan batang hidungnya.

"Telat, mungkin." Kevin menimpali.

Di lain tempat, Zara mendesah pelan. Ia sedari tadi menggerutu di dalam taksi yang terjebak macet ini. Malam ini, ia tidak memakai mobil, karena adik tampannya itu meminjam mobilnya. Dengan alasan, mobil milik Vino berada di bengkel. Mau tak mau Zara meminjamkannya.

"Pak, masih macet, ya?" Tanya Zara sedikit gelisah.

"Iya, neng."

Zara merogoh tasnya dan memberi dua lembar uang berwarna biru.

"Ya udah, pak. Saya naik ojek aja." Zara membuka pintu mobil itu.

Ia mencari di ujung jalan, dapat. Dia akhirnya pergi menggunakan ojek.

Sesampainya disana, Zara memberikan beberapa lembar uang. Kemudian ia berjalan dengan langkah lebar, ia ingin segera memasuki toilet untuk memeriksa keadaannya yang sangat berantakkan akibat kebut-kebutan di jalanan.

Tapi niatnya terhenti karena Dewi sudah menghadangnya di jalan.

"Apa sih, Dew?" Zara memijat pangkal hidungnya.

"Kemana aja? Baru dateng?" Dewi melihat Zara dari atas sampai bawah.

"Lho, lho, kok acak-acakan bener, dah." Sambung Dewi.

"Gue telat, udah-udah gue mau ke toilet." Zara menggibaskan tangannya di udara dan melenggang pergi.

***

Zara menata kembali penampilannya. Ia melepas ikatan rambutnya menjadi tergerai, karena sudah tidak memungkinkan lagi. Di polesnya wajah itu dengan natural. Zara tersenyum senang, karena penampilannya malam ini tidak terlalu buruk.

Tok tok tok!

"Siapa?" Tanya Zara.

"Ra, cepetan. Bos muda udah datang!" Seru suara cempreng itu diluar sana.

"Iya, Dew. Gue udah, nih." Zara merapikan barang-barangnya kemudian membuka pintu.

"Nah, gini. Baru cantik." Dewi memuji Zara.

Zara memutar bola matanya jengah. Kemudian mereka berdua berjalan bersama-sama menuju acara.

Sesampainya di sana, Zara memilih tempat duduk yang berada paling pojok. Jauh dari keramaian. Sedangkan Dewi? Dia bersama suaminya disana, lebih tepatnya di meja yang berada di depan Zara.

Zara memainkan ponselnya. Karena acara utamanya belum di mulai, ini baru sambutan-sambutan saja.

"Cek... cek... cek... satu... dua... tiga..."

"Selamat malam semuanya."

Zara menyimpan ponselnya, kemudian menatap panggung yang tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar itu. Di sana berdiri pria berjas abu-abu yang sepertinya menjadi MC malam ini.

The Most Wanted Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang