Bagian kesembilan

8.4K 284 1
                                    

Satu minggu kemudian...

Semakin hari Zara dan Zidan semakin dekat saja, walaupun terkadang ada salah satu dari mereka yang memulai sebuah masalah hanya karena hal sepele.

Dan semenjak saat itu jarang laki-laki yang menyapa Zara. Walaupun dominan paling banyak di chat. Karena jika Zara sedang bersama Zidan, Zidan menatap tajam laki-laki yang menyapa Zara atau sekadar senyum kepada Zara. Padahal pacar bukan, suami bukan. Aneh.

Tanpa mereka sadari keduanya berada di titik zona nyaman, tetapi keduanya enggan untuk mengungkapkan rasa itu. Karena ego nya terlalu besar.

Zara sedang berjalan di koridor sekolah hendak menuju perpustakaan karena akan meminjam buku biologi yang di suruh oleh gurunya.

Tiba-tiba ada yang menarik tangan Zara kasar dan menghempaskan punggung Zara ke tembok, dan berhubung masih jam pelajaran koridor sekolah sepi apalagi lorong menuju keperpustakaan, siswa yang melewatinya saja enggan untuk menginjakkan kakinya di sana, haha malas.

Brukk...

"Awws ..." rintih Zara kesakitan.

Dan ternyata dalang dari semua itu dilakukan oleh putri.

Putri adalah mantan pertama Zidan, ia sangat mencintai Zidan sampai saat ini. Mereka memutuskan hubungan karena Zidan melihat Putri bercumbu dengan lelaki yang tidak dikenal oleh Zidan, dan saat detik itulah Zidan meminta putus dari Putri.

"Berani-berani nya ya lo deketin cowok gue!" bentak Putri seraya menunjuk wajah Zara dengan telunjuknya, tunggu dulu, apa? Cowok?

Zara tertawa sinis membuat ketiga makhluk yang ada di depannya merinding, "Huh? Cowok, lo?"

"Bukannya dia yang mutusin lo gara-gara ketahuan selingkuh?!" sambung Zara dan menatap tajam Putri, sontak membuat Putri gelagapan.

"Tahu dari mana lo?! Gak, usah campurin urusan gue, deh. Mending lo jauh-jauh sana!" ucap Putri tak mau kalah seraya menggibaskan tangannya.

"Haha ... namanya juga cabe!" pekik salah seorang di samping kanan Putri—Keysa.

"Maksud lo apa?!" Kini bentak Zara yang tak mau disebut sembarangan seperti itu.

"Alahh ... Gak, usah pura-pura gak tahu, deh lo! Cabe mah cabe aja! Udah Zidan terus Gilang semua lo embat, cih." decih Keysa.

"Dan satu lagi! Lo udah berani nya deket-deket Vino!!" sambung salah satu gadis yang bernama Lena.

Ya, Vino sudah pindah ke sekolah yang sama bersama Zara, dan sejak saat itu mereka berdua sering berangkat bersama terkecuali jika Zara dijemput oleh Zidan.

"Lo semua yang gak usah campurin urusan gue!" teriak Zara yang dirasa emosinya mulai memuncak.

Lena yang gerampun mengambil ancang-ancang untuk menampar Zara. Zara yang sudah mempunyai feeling akan ditampar pun memejamkan matanya.

Satu...

Dua...

Tiga...

Lho, kok gak nyampe, si?

Perlahan-lahan Zara membukakan matanya, sontak ia membulatkan matanya karena sudah ada Vino yang mengehentikan aksi Lena itu dengan mencekram pergelangan tangan sang empu yang akan menampar Zara.

"Mau ngapain lo bangsat!!" bentak Vino seraya menghempaskan tangan Lena kasar.

"Siapa si dia di kehidupan lo! Sampe-sampe dia selalu ada di dekat lo! Padahal lo baru-baru aja masuk!" pekik Lena dan menampakkan matanya yang berkaca-kaca.

The Most Wanted Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang