Part 10

3.5K 103 2
                                    


Andra berjalan lunglai melewati lorong sepi rumah sakit. Matanya merah, air matanya deras mengalir, bibirnya bergetar dan telapak tangannya mengepal gemas. Nafasnya juga menderu kencang tak teratur.

Kemudian ia mengeluarkan ponselnya dari kantong celana, lalu memencet beberapa tombol nomor untuk menghubungi seseorang.

Tut...
Tut...

[Ben : Hallo?]

[Andra : Ben, aku punya tugas terakhir untukmu.]

[Ben : Aku menunggu.]

[Andra : aku mau kau mencari orang yang telah mencoba membunuh adikku, dan setelah itu, kau boleh ambil surat pensiunmu.]

[Ben : siap, tuan muda. Beritahu aku sesuatu tentang orang itu.]


************


(Beberapa jam sebelumnya...)

Mawar

Bel keluar sudah berbunyi, waktunya untuk pulang. Belum sempat aku memanggilnya, Edgar sudah lebih dulu keluar kelas, lalu aku menarik nafas panjang.

"Seharusnya aku memanggilnya lebih cepat lagi." Gumamku dalam hati, kemudian aku berjalan cepat mencoba menyusulnya.

Barusaja aku hendak melangkah keluar kelas, tiba-tiba ada tangan laki-laki yang menggenggam kencang pergelanganku hingga membuat langkahku terhenti. Saat ku toleh ke si pemilik tangan kasar ini, ternyata dia adalah Robby, si siswa nakal yang sok keren di hadapan semua perempuan. Lalu aku memandangnya sinis sambil mencoba melepaskan pergelangan tanganku dari genggamannya. Sayangnya dia lebih kuat dari yang ku kira.

"Lepasin!" Pintaku sambil membentaknya pelan. Robby malah tertawa jahat.

"Kamu mau kemana, sayang? Mau ngejar si anak baru itu ya?" Tanya Robby sambil mendekatkan wajahnya ke hadapanku.

"Bukan urusanmu, Robby. Cepet lepasin, sakit tau!" Geramku kesal, dia malah sengaja mengencangkan genggamannya.

"Niatku ini baik lho, Mawar. Aku cuma nggak mau kamu deket sama Edgar. Kalo ternyata dia itu mau jahatin kamu gimana?" Robby mencoba menghasutku, tapi sepertinya usahanya akan sia-sia saja.

"Edgar itu cowok baik-baik, nggak kaya kamu!"

"Songong juga nih mulutnya si anak pelacur." Aku mendengarnya, ia kembali meledek ibuku dengan sebutan itu. Aku terdiam sambil memandang wajah jeleknya penuh amarah.

"Apa kamu bilang?" Tanyaku, dadaku mulai sesak. Aku tak tahan lagi.

"Omonganku kurang jelas ya? ANAK PELACUR!"

Plaakk!!

Tamparan keras kudaratkan di pipi Robby hingga memerah lebam. Genggaman tangan Robby melemah, lalu kutarik pergelangan tanganku dengan mudah. Robby menoleh kearahku dengan raut wajah kesal.

Orang-orang sekitar hanya melihat tapi tak berani melerai kami.

"Kamu udah keterlaluan, Robby. Jangan pernah muncul di hadapanku lagi! Ngerti kamu!?" Cercaku padanya. Aku mulai merasakan ada genangan kecil yang menuruni pipiku.

"Kamu bakalan nyesel Mawar!" Teriak Robby, aku tak mempedulikannya dan terus pergi menjauh darinya sambil mengisak tangis. Dasar laki-laki sialan.


****


Perpustakaan sudah sepi pengunjung. Tidak terlihat ada satupun orang di seluruh rak. Ini adalah tempat yang cocok untukku menenangkan diri. Aku sungguh tak habis pikir, pria jelek itu akan melakukan hal sekejam itu padaku. Apa kesalahan yang ku perbuat hingga ia memperlakukan aku sebegitunya.

My Little HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang