part 14

2.9K 109 5
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 malam, tapi Sabrina khawatir pada Menejernya tersebut karena belum juga meninggalkan ruangannya. Ia pun mencoba masuk untuk menemui Andra.

Cklekk...

Masuk Sabrina kedalam ruangan Andra. Pria tersebut masih asyik memainkan ponselnya sambil merebahkan badannya di atas sofa.

"Ada apa, Saby?" Tanya Andra menyadari sekretarisnya masuk kedalam ruangannya.

"Tumben kamu belum pulang? Di rumah kesepian?" Ledek Sabrina.

"Aku lagi nunggu jam sembilan."

"Jam 9? Nunggu apa?" Tanya Sabrina penasaran. Andra bangkit dari sofanya dan mengganti posisi menjadi duduk.

"Hey, duduk sebentar." Andra menepuk-nepuk sisi sofa yang kosong di sebelahnya, tanda untuk Sabrina untuk duduk dengannya. Menyadari hal itu, wanita cantik tersebut pun duduk.

"Ada apa?"

Andra merogoh kantung celananya sebentar, lalu ia mengeluarkan sebuah kotak kecil berbalut beludru merah yang menawan. Semua orang pun tahu kalau didalam kotak tersebut terdapat sebuah cicin yang cantik.

Melihat hal tersebut, dada Sabrina berdegup kencang. Pipinya merona malu, ia pikir Andra akan melamar nya malam ini.

"A...apa itu?" Tanya Sabrina gugup sembari menunjuk gemetar kotak merah yang Andra pegang.

"Sekarang, coba lihat ini." Andra membuka kotak tersebut, dan benar saja, isinya adalah sebuah cincin dengan batu permata yang gemuk.

"Ini.. ini..."

"Ya, bagaimana pendapatmu?" Tanya Andra, Sabrina terdiam sejenak.

"Pendapatku?" Ujar Sabrina bingung.

"Ya, bagaimana pendapatmu dengan ini? Apa menurutmu ini cincin yang cantik?" Tanya Andra lagi.

"Cantik? ya.. ini cincin yang sangat cantik. Semua orang pasti akan memberikan pendapat yang sama. Tapi, untuk siapa?"

Andra mendekatkan wajahnya ke telinga Sabrina hendak membisikan sesuatu.

"Tolong jangan katakan pada siapapun. Malam ini, aku mau melamar Andini."

Sabrina terdiam mematung sejenak setelah mendengar pernyataan dari Andra. Ada sedikit retakan di hatinya, dan mungkin akan pecah sebentar lagi. Dia, sungguh kecewa mendengar hal tersebut dari pria yang ia sukai.

"Wah.. benarkah? Selamat ya, semoga semuanya berjalan dengan lancar." Ucap Sabrina sambil tersenyum manis.

Terkadang, wanita akan menyesal menjadi mahluk yang di takdirkan untuk menerima ungkapan perasaan pria, bukan mencoba mengungkapkan perasaannya. Hingga pada akhirnya, pria yang ia cintai sejak lama sungguh tak akan pernah menjadi miliknya karena ia terlalu bergantung pada takdirnya sebagai wanita dan tak mau mengungkapkan perasaannya lebih awal.

"Sabrina, kamu menangis?" Andra melihat ada garis air mata yang melewati pipi sekretarisnya tersebut. Sabrina segera menghapus air matanya itu cepat.

"Ah, sebentar. Aku lupa, ada sesuatu yang harus ku urus tadi. Baiklah, aku permisi dulu." Sabrina bangkit dan melangkah pergi keluar ruangan.

Sebelum ia keluar melewati pintu, ia terdiam dan menoleh kearah Andra.

"Andra?" Panggil Sabrina, pria tersebut menoleh kearahnya.

"Berjuanglah! Kamu laki-laki hebat, jangan sampai gagal. Paham!?" Ujar Sabrina seraya mengepal tangannya. Merasa mendapatkan dukungan dari rekan kerjanya, Andra tersenyum lebar dan mengangguk cepat penuh keyakinan.

My Little HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang