Andini
Kicauan burung terdengar lirih seolah mencoba membangunkan ku. Cahaya mentari yang mengintip dari luar jendela sedikit mengganggu penglihatanku.
Perlahan ku coba membuka mata lalu duduk di kasur. Ah, pagi yang indah, membuatku sulit untuk bangun.
Tubuhku masih terlilit selimut, karena memang tak ada sehelai pakaianpun yang bersarang di tubuhku. Aku baru ingat, kemarin adalah hari pernikahanku dan berarti tadi malam aku baru saja.. Astaga, saking senangnya hingga lupa apa yang ku lakukan semalam.
Tiba-tiba ada bayangan yang menutupi sinar mentari dari jedela. Saat ku toleh, ada pria telanjang dada berdiri membelakangiku disana. Punggungnya yang putih dan menggoda seolah berkata "selamat pagi, istriku" padaku. Ini pertama kalinya dalam hidupku melihat punggung pria sevulgar itu. Siapa dia? Apa mungkin dia suamiku?
Pria itu mulai bergerak, sedikit demi sedikit ia berbalik dan menoleh kearahku. Senyumnya yang manis melebar di wajahnya.
Tapi, tunggu dulu...
"Edgar?"
"Selamat pagi, tante." balasnya.
Apa katanya? Ia memanggilku tante?
"Maaf untuk semalam, apa rasanya sakit?"
Hah?
****
"Wuaaaa!!!"
Astaga! Ternyata itu cuma mimpi. Ku lemparkan pandanganku ke segala arah untuk memastikan kalau aku masih di kamar sekarang. Segera kuperiksa tubuhku di bawah selimut, dan..
"Fyuh.."
Ternyata aku masih berpakaian, syukurlah...
Aku harus segera bangun dan melupakan mimpi indah, bukan, maksudku mimpi buruk tadi. Tapi semenjak perjodohan beberapa hari lalu, pikiranku memang makin tak karuan. Terkadang wajah bocah itu selalu terbayang di kepalaku.
Aku masih ingat kejadian kemarin, ketika ibu dan ayah menyetujui perjodohan tersebut. Sekali lagi, tanpa meminta persetujuan dariku. Edgar itu kan masih sangat muda, selisih usiaku dengan dia pun terpaut cukup jauh. Apa mereka yakin hubungan ini bisa bertahan?
Tok.. tok.. tok..
"Siapa?"
"Ini ibu, nak. Ayo bangun! udah pagi nih." jawab ibu. Aku turun dari ranjang dan membuka pintu kamarku.
"Kamu nggak kerja hari ini?" tanya ibu lagi.
"Hari ini aku ambil cuti. Nanti siang ada bimbingan di kampus." jawabku, ibu mengangguk paham.
"Yaudah, sarapan dulu yuk, nak." Titahnya dan kemudian pergi kembali ke bawah.
Aku berbalik ke kamar untuk mengambil ponselku sebentar, dan aku terpaku sejenak ketika pandanganku mengarah pada jendela di kamar. Seketika aku langsung teringat mimpi tadi hingga membuat tubuhku bergidik. Bahkan aku tak bisa membayangkan bagaimana kalau hal itu terjadi.
Tiba-tiba terpikirkan olehku. Malam tadi aku belum sempat menyapa anak itu. Apalagi saat mereka hendak pulang, aku malah tak mengantar mereka sampai ke luar gerbang. Ah, semoga tak jadi masalah.
"Bu, Edgar itu, dia masih kelas berapa?" Tanyaku pada Ibu yang berjalan didepan ku.
"Emm.. kalo kata Ibunya semalam, tahun ini dia baru mau lulus SMA." jawab Ibu. Benar dugaan ku, Edgar masih sangat muda untuk tidur denganku. Lagi-lagi aku merinding membayangkannya.
"Beruntung kamu, nak." Ujar ibu tiba-tiba
"Kok beruntung?"
"Iya lah, dapet calon yang masih seger kaya gitu. Ganteng pulak." Jawab Ibu seenak jidat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Husband
Любовные романыAku mencintainya seperti seorang kekasih, atau seorang adik? ##################### Karena janji antara kakeknya dengan teman lamanya, sebagai cucu pertama, Andini (22th) harus menjalani sebuah perjodohan dengan seorang Pria muda bernama Edgar (17th)...