Ruangannya begitu sepi, hingga suara nafasnya terdengar jelas. Untuk sementara, Andra tak ingin di ganggu dan mencoba menenangkan diri. Ia terlihat masih shock atas kejadian tragis yang menimpa Adiknya, Edgar.Kepalanya tertunduk, tangannya sesekali menutupi wajahnya. Ponselnya ia siapkan di sampingnya, menunggu telfon dari Ben, orang pesuruhnya, siapa tau Ben menemukan orang yang ia cari.
Tok tok tok...
Cklekk..Pintunya terbuka, seseorang langsung masuk dan mendekati meja Andra. Orang itu adalah Sabrina, lalu Andra menatapnya dalam-dalam wanita tersebut penuh kesal.
"Siapa yang membolehkanmu masuk?" Tanya Andra berbisik, tapi tetap terdengar.
"Aku tau, kamu pasti tak akan membiarkanku masuk." Jawab Sabrina mantap. Andra menghela nafasnya panjang seraya menegapkan tubuhnya.
"Apa itu?" Tanya Andra sambil menunjuk selembaran yang dibawa Sabrina.
"Ini laporan untukmu, satu jam lagi kita ada rapat perkumpulan yang harus kau hadiri." Jawab Sabrina seraya menyodorkan laporan tersebut. Tapi Andra menolaknya.
"Maaf, untuk sementara aku tak bisa hadir dulu, tolong katakan itu pada bos mu."
"Tapi, Kehadiranmu sungguh di butuhkan."
Brakk!!
Andra memukul kencang mejanya hingga membuat Sabrina tersentak kaget. Nafas Andra terengah-engah, lalu ia menoleh kearah sekretarisnya tersebut."Apa kau tak mengerti?" Tanya Andra, Sabrina hanya menatap dalam pria yang ia suka tersebut.
Belum selesai Andra bicara, Sabrina mendekat dan menarik jas Menejernya itu hingga jarak mereka sangat dekat.
Kemudian Sabrina mencium bibir Andra cepat, ia mengulum lembut bibir pria itu cukup lama. Hingga kemudian terlepas, nafas birahi keduanya saling beradu.
"Jangan berteriak lagi di hadapanku, apa kau lupa, aku benci bentakan." Ungkap Sabrina berbisik, hidung mereka masih saling bersentuhan.
"Maafkan aku, aku.. aku hanya..,"
"Aku tau, kau pasti sangat sedih atas kejadian yang menimpa adikmu. Tapi jangan kau lampiaskan kesedihan mu dengan membentak semua orang yang mencoba meringankan bebanmu." Ujar Sabrina sambil mengelus-elus lembut pipi Andra.
"Setidaknya, kau telah mengambil celah untuk menciumku kan?" Ucap Andra tersenyum renyah.
"Apa kau suka?"
"Rasanya masih sama seperti dulu."
"Kalau begitu, aku akan memberikanmu sesuatu yang lebih spesial nanti malam. Itupun kalau kau mau." Ajak Sabrina.
"Maaf Saby, aku tak bisa menerimanya sejauh itu. Simpan saja itu untuk pria yang tulus mencintaimu." Jawab Andra sambil memberikan senyuman semanis mungkin. Mendengar penolakan halus dari Andra, Sabrina mencoba mengerti.
"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Biar aku yang menggantikan mu di rapat tersebut. Dasar pemalas!" Ujar Sabrina sambil pergi keluar dari ruangan atasannya.
'Saby, kau hampir sukses menggodaku. Sial.' Gumam Andra pelan.
********************
Andini terduduk lesu, di atas kursi besi tepat di samping ranjang tempat Edgar berbaring. Terlihat di kepala Edgar masih digulung perban, wajahnya pun masih lebam membiru, sebelah pergelangan kakinya di lumuri gypsum yang sudah mengering karena mengalami patah tulang. Sampai kini belum ada perkembangan yang signifikan dari Edgar sejak kemarin. Walaupun Edgar sudah melewati masa kritisnya, ia masih dalam kondisi koma dan tetap harus mendapatkan perawatan khusus.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Husband
RomanceAku mencintainya seperti seorang kekasih, atau seorang adik? ##################### Karena janji antara kakeknya dengan teman lamanya, sebagai cucu pertama, Andini (22th) harus menjalani sebuah perjodohan dengan seorang Pria muda bernama Edgar (17th)...