¤ thirtysix ¤

3.3K 390 82
                                    

🔹🔹🔹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔹🔹🔹

Tidak. Benar-benar tidak ada yang dapat menghalau takdir Tuhan. Siapapun itu. Termasuk orang yang sangat mencintaimu.

Ia tak dapat lagi berbicara. Seperti orang bisu, gagu, atau sejenisnya. Walau umurnya tak cocok bagi penyakit seperti itu.

Lantas ia bisa apa? Marah? Menangis? Berteriak sekencang-kencangnya hingga pita suara rusak? Percuma. Tak berguna, kau tau.

Maka yang ia bisa lakukan hanya menerima dan menikmatinya.

Menikmati? Maksudnya dia menyukai penyakitnya, begitu? Dia ingin cepat-cepat meninggalkan dunia ini?

Tidak. Tidak sama sekali.

Itu hal yang sangat menyakitkan, sumpah. Banyak orang yang mencintainya, berada di sisinya, mendukungnya untuk lekas sembuh, menjadi remaja seperti umumnya yang akan memikirkan masa depannya seperti apa nanti, akan berprofesi sebagai apa ia lima tahun lagi?

Tapi ia tak akan merasakannya. Jangankan lima tahun. Kau tau, sehari terasa sangat berat dijalaninya. Seolah setiap detik hanya sakit yang ia rasakan.

Bukan. Bukan perihal sakit tubuhnya. Melainkan pada orang-orang yang rela menghabiskan air mata untuk orang seperti dirinya. Ia tak ingin jika nantinya ia pergi diiringi oleh tangisan. Ia cuma ingin senyuman saja, menyadari bahwa jika dirinya menyerah nanti, kala di atas langit ia akan berkumpul lagi bersama sang ibu, ia akan bahagia disana, tapi tidak untuk ketiga pria hebat ini.

Dirinya rindu akan sosok ibu. Setiap malam wanita cantik itu akan datang ke mimpinya. Sekedar bercengkerama dengan si bungsu di bawah pohon nan rindang yang menenangkan. Tak ada keramaian, tak ada orang marah-marah, tak ada yang menangis. Hanya ada senyuman di wajah dirinya dan sang ibu.

Lalu ketika angin semilir datang, sang ibu hanya berucap, "Bertahanlah untuk Appa dan Hyung. Eomma akan selalu mengawasi kalian dari atas sana."

Dan kemudian hilang.

"A-appaa." Panggilnya berusaha mengencangkan suaranya. Sulit. Tenggorokannya terasa ada yang menyumbat sehingga mengucapkan satu huruf pun rasanya adalah hal tersusah untuk ia lakukan.

"Ya, sayang? Ada apa?" Pria paruh baya itu menghampiri. Ia usap lembut rambut si bungsu yang mulai memanjang.

"Ha-a-us." Ucapnya terbata-bata.

Pria bernama lengkap Kim Sukwoon itu mengambil botol dengan sedotan, ia bantu si bungsu untuk duduk, "Minum pelan-pelan." Sambil ia ciumi berkali-kali puncak kepala si bungsu, Namjoon.

"Sudah?"

Namjoon mengangguk lemah. Sang Ayah mulai membaringkannya kembali dengan sangat pelan.

"Sebentar. Appa panggil Hyung dulu."

"A-ppa, disi-ni s-saja." Ujarnya lemah, menggenggam ujung baju Ayahnya agar tak pergi.

just remember me ;knj✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang