¤ twentytwo ¤

2.4K 319 11
                                    

🔹🔹🔹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔹🔹🔹

Matahari sudah naik tepat diatas kepala. Salju diluar sana masih turun walau tak lagi lebat seperti tadi malam. Cuacanya dingin. Membuat seorang pemuda bergelung malas dengan selimutnya, berniat membolos dari sekolah. Lagi.

Padahal tadi pagi, Jungin datang ke rumahnya guna membangunkan dirinya untuk segera berangkat ke sekolah. Menggunakan alasan sedang sakit, Jungin pun pasrah. Ia tau bagaimana keadaan Namjoon saat ini yang masih dirundung kesedihan akibat ditinggal sang nenek untuk selamanya. Menjadi Namjoon bukan suatu hal mudah. Ia harus tinggal sendirian kini. Padahal Jungin dan ibunya telah menawarkan Namjoon untuk tinggal bersama, namun Namjoon menolak dengan alasan tak ingin merepotkan. Begitulah, Namjoon si keras kepala. Sekali bilang tidak ya tidak. Maka dari itu Jungin tak memaksa. Tetapi jika Namjoon sedang kesepian, Jungin dan sang ibu akan membuka lebar-lebar pintu rumah mereka, memberikan pemuda berlesung pipi ini menemukan kehangatan melalui kasih sayang seorang ibu meskipun itu adalah ibu orang lain. Yeojung telah sejak lama menganggap Namjoon sebagai anaknya sendiri.

Namjoon pikir, apa gunanya sekolah? Biarkan saja dirinya secara otomatis dikeluarkan. Tak ada sosok yang ingin di banggakannya lagi untuk terus semangat sekolah. Ia sendiri kini. Dan tak ada yang peduli juga kecuali Jungin.

Tapi memang benar perihal sakit itu. Suhu tubuh Namjoon sedang tinggi saat ini. Di dahinya terpasang plester penurun demam pemberian dari Jungin.

Merasa kelaparan, Namjoon terpaksa bangun. Ia berjalan menuju lemari, mengambil sebuah coat coklat dan syal hijau untuk dipasangkan di tubuhnya, Namjoon keluar dari rumahnya. Hawa dingin terasa menusuk walau ia memakai pakaian tebal. Wajahnya pucat, hidungnya memerah karena kedinginan. Malas berjalan terlalu jauh, ia memilih untuk singgah ke supermarket untuk membeli beberapa ramyeon sebagai persediaan, lalu pulang kembali.

Dengan tangan kanan menenteng plastik hasil belanjaan, dan satu lagi dimasukkan ke dalam saku coat, Namjoon berjalan menyusuri jalanan. Beberapa kali ia mendapat sapaan dari tetangga yang mengenalnya, dan Namjoon hanya tersenyum ramah sebagai jawaban.

Tiba-tiba, kakinya terhenti karena seseorang tengah menahan tangannya. Ia berbalik, mendongak untuk menatap siapa orang itu.

"Kau siapa?" Tanya Namjoon dingin, tak mengenal siapa orang dihadapannya ini.

"Aku Kim Jinhwa."

"Kim Jinhwa?" Matanya menyipit.

Pria bernama Jinhwa itu malah mengeluarkan ponselnya, menunjukkan wallpaper nya yang memperlihatkan foto 3 orang pria. Salah satu dari mereka adalah Namjoon, membuat kedua alis Namjoon tertaut.

"Lupa? Aku hyungmu."

"Hyung apanya? Aku tak punya hyung."

Namjoon tak ingin mengurusi pria itu lagi . Ia ingat dia siapa. Putra dari Kim Sukwoon, kakak Kim Seungbin.

just remember me ;knj✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang