¤ twentyeight ¤

2.5K 347 21
                                    

🔹🔹🔹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔹🔹🔹

"Sial!"

"Ada apa, Hyung?" Seungbin langsung menoleh pada Jinhwa yang baru saja mengumpat.

"Black card ku diblokir Appa."

"Apa? Diblokir? Lalu kita akan membayar biaya rumah sakit dengan apa, Hyung?" Ia cukup panik. Pasalnya hanya black card milik Jinhwa satu-satunya harapan untuk mereka menbayar segala pengobatan Namjoon. Ia tak dipegangi kartu kredit. Hanya ATM dan isinya pun diatur sendiri oleh Sukwoon.

Jinhwa mengusap wajahnya kasar. Terlalu bingung dengan situasi macam ini, "Satu-satunya, Hyung akan menjual mobil."

"Hyung, yang benar saja? Itu mobil kesayanganmu."

Seungbin tahu betul bahwa mobil yang telah bersama Jinhwa selama 2 tahun ini sangat Jinhwa sayang dan rawat baik-baik. Itu mobil impian Jinhwa dan ketika sang Appa membelikannya sebagai hadiah diterimanya Jinhwa di kemiliteran, Jinhwa bahagia luar biasa.

"Tak apa. Harganya lumayan mahal kalau dijual. Lalu kita akan membeli lagi mobil yang lebih murah. Bagaimana?"

Mata Seungbin memicing, "Hyung serius?"

"Tentu saja! Demi kesembuhan Namjoon, apapun akan Hyung lakukan. Sekarang, aku akan pergi sebentar, kau jaga Namjoon. Sudah waktunya makan siang."

"Baik, Hyung."

🔹🔹🔹

Seorang remaja tengah duduk bersandar di ranjang. Matanya mengarah pada luar jendela yang mengarah langsung pada taman. Ia benci pada situasi yang akhirnya datang sekarang. Ketika hidupnya akan selalu bergantung pada orang lain dan ia bukan lagi remaja sehat.

Namjoon. Ya, remaja itu sangat yakin hidupnya tak akan lama. Mungkin ia tak akan pernah merasakan yang namanya menikah, hidup tua bersama pasanganmu. Mungkin sebelum itu terjadi, hidupnya yang tak pernah indah akan berakhir. Namun ada rasa bahagia tersendiri saat nanti, ia bertemu dengan dua wanita yang sangat ia sayang sepanjang hidup. Sang Eomma dan Halmeoni. Ah, ia benar-benar merindukan mereka. Bahkan akhir-akhir ini, mereka selalu mendatangi mimpi Namjoon. Membuat remaja itu rasanya tak mau bangun lagi.

Tapi Jinhwa dan Seungbin..

"Halo, Joon-ah!"

Itu Seungbin. Masuk ke dalam kamar Namjoon dengan tersenyum sambil membawa nampan berisi semangkuk bubur dan air putih.

Atensi Namjoon teralihkan. Ia pun membalas senyuman Seungbin dengan senyuman pula sampai tercetak lesung pipi menggemaskan disana.

"Waktunya makan siang. Apa ada yang sakit?"

"Tak ada. Aku baik-baik saja. Malah sepertinya aku bisa pulang." Ujar Namjoon.

"Tentu saja belum bisa, Joon. Ada beberapa pemeriksaan yang harus kau jalani."

just remember me ;knj✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang