Hai, namaku Embun Zahira. Aku tinggal bersama nenekku sejak kedua orang tuaku pergi ke masing-masing tujuan, saat aku masih berseragam putih abu-abu. Aku mahasiswi yang biasa-biasa saja, berkuliah di jurusan kedokteran semester akhir. Tentunya, saat ini aku sedang sibuk berkutat dengan skripsi. Sekarang aku tengah berada di tempat yang paling sunyi. Perpustakaan kampus.
"Hei, Embun pagi-pagi sudah di sini aja," seru Seren cukup kuat membuat pria berkaca mata yang ada di depan mejaku langsung melayangkan tatapan tajamnya. Seren membalas dengan senyuman disertai ucapan maaf yang keluar dari mulutnya tanpa suara kepada pria itu.
Seren, satu-satunya orang teraneh yang mau saja bersahabat dengan alien sepertiku. Maklum saja, mengingat sifatku yang sangat tertutup dari segala akses untuk berinteraksi dengan orang lain. Ya, aku terlalu malas menyapa semesta. Aku terlalu malas berbicara dengan orang lain. Mungkin kampus ini pun sama sekali tidak menyadari kalau ada mahasiswi kedoketeran bernama Embun tengah bernapas menghirup udara lingkungan kampus.
"Please Ren, jangan berisik entar kita diusir," bisikku sepelan mungkin ke telinga Seren.
"Aku mau ngomong sebentar sama kamu. Urgen."
"Ya sudah ayo kita keluar."
Aku terpaksa mematikan laptopku dan menyusun beberapa buku yang kuambil dari rak lemari. Lalu mengembalikannya ke tempat semula. Karena kata sebentar bagi Seren itu bisa berjam-jam.
"Apa?"
"Waduh jangan galak-galak kenapa, Bun. Kamu ngebolos ya?"
"Memangnya sejak kapan aku jadi pemalas kayak kamu."
"Embun, mulutmu kok bisa setajam silet sih?"
"Aku lagi enggak ada kuliah pagi ini, Ren dan daripada aku bengong enggak ada kerjaan mending aku kerjakan skripsiku."
"Pantas kamu dijuluki mahasiswi teladan, mahasiswi kesayangan para dosen. Sayangnya, mahasiswi itu terlalu tidak peduli dengan segala hal yang terjadi di sekitarnya. Sampai-sampai tidak sadar kalau ada cowok yang naksir sama dia.
"Kamu tahu kan aku tidak punya waktu meladeni makhluk sejenis itu. Jadi sekarang cepatan kamu mau ngomong apa sebenarnya?
"Aku kan uda sering nemanin kamu beli buku tuh. Sekarang gantian nemanin aku nonton konser Judika entar malam yah, please." Seren memelas dengan kedua telapak tangan yang saling menempel.
"Apa nemanin aku beli buku? Bukannya malah aku yang nemanin kamu makan. Tiap mau beli buku pasti ujung-ujungnya makan."
"Manusia itu butuh energi, Bun. Makanya harus makan."
Aku menghela napas dan berjalan meninggalkan Seren yang sebentar lagi akan berteriak kencang.
"Embun! Tungguin!"
*****
Berisik, itulah yang aku rasakan saat berada di tengah lautan manusia yang tengah bersorak mengikuti alunan dentuman musik yang cukup keras. Sungguh, aku tidak menyukai suasana ramai seperti ini apalagi harus berdesak-desakan, sebaliknya aku sangat menyukai keheningan. Seren yang berdiri di sampingku tengah melompat-lompat seperti katak dan mulutnya seperti ikan mas koki di dalam akuarium yang tiada henti melantunkan lagu yang sedang dinyanyikan Judika.
"Ren, aku ke belakang dulu ya. Mau beli minum haus ni," ucapku dengan volume cukup kuat ke telinganya.
"Emang kamu bisa melewati makhluk-makhluk itu." Seren menunjuk dengan dagunya ke belakang yang terdapat ratusan manusia memenuhi lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peta Kata
Teen FictionAku membutuhkan peta untuk menemukanmu. Aku membutuhkan kata untuk memahamimu.