Kembali lagi dengan author kece dengan cerita baru.
Semoga kalian suka ya.
Happy Reading.
18 tahun kemudian.
"Ma!!"
"Baju putih Kinan mana?!! Kok ngga ada?!!" Teriak anak remaja laki-laki dengan kerasnya dari balik kamar.
Dia Kinan. Lebih tepatnya Devan Kinan Putra. Laki-laki tampan sedikit dengan penampilan urakan. Meski begitu, dia adalah idola sekolah. Lebih tepatnya, menjadi pembuat onar di sekolah.
"Ada apa sayang?!"tanya Okta panik -mamanya Kinan- dia tadi sedikit tergesa menaiki tangga karena mendengar teriakan Kinan yang menggelegar pagi ini.
"Baju Kinan ngga ada ma!" laki-laki remaja yang menginjak kelas dua sekolah menengah atas itu kini hanya memakai handuk yang melilit di badannya, serta rambut acak-acakan yang terlihat basah. Dia menunjukkan ekspresi putus asanya.
"Kinan udah cari dimana-mana. Tapi ngga ada!" Okta menggelengkan kepala melihat lemari Kinan yang sudah berubah menjadi tempat pembuangan. Bukan, bukan hanya lemari Kinan yang sudah seperti kapal pecah. Tapi sak isi kamar pun kacau balau, tak teratur, serta berantakan.
"Kamu ini. Mama kira ada apa! Coba di cari dulu!" Okta berjalan menuju lemari Kinan.
Kinan duduk diatas tempat tidur dengan wajah cemberutnya.
"Ini baju rumah kenapa di gabung sama baju sekolah?! Ini lagi! Celana dalam! Kenapa udah kecampur sama baju kaos?!" Kinan semakin mengerucutkan bibirnya mendengar asupan gizi pagi ini.
"Kemaren mama udah susun rapi! Sekarang berantakan lagi!" Okta memeriksa setiap bilik lemari Kinan.
"Nih baju putih kamu! Lain kali di cari yang teliti dulu! Kalo ngga dapat baru bilang mama!" Okta berjalan mendekati Kinan yang masih menampilkan wajah cemberutnya.
"Satu lagi! Cari baju jangan di acak-acakin gitu! Kasihan yang udah lipat sama setrika baju kamu!"
"Mengerti?!"
"Kan mereka di bayar buat ngelakuin itu. Udah jadi tugas mereka juga!"
"Kamu kok di bilangin malah bilangin mama?!"
"Itu memang tugas mereka, udah jadi kewajiban mereka. Tapi kita ngga boleh seenaknya seperti itu sama mereka. Setidaknya meringankan pekerjaan mereka Kinan! Kamu ini sudah besar tapi ngga ngerti-ngerti!"
"Mmamsjnssjsjsn" Kinan mendumel mendengar Omelan dari Okta. Dia mencibir seraya menirukan ucapan Okta dengan suara pelan.
"Oh kamu ngajak ribut sama mama?! Iya?!" Okta mendekat kearah Kinan yang terduduk diatas tempat tidur lalu..
"Auh auh auh ma. Sakit!!" Kinan mencoba melepaskan jeweran kuat yang Okta berikan pada telinga kanannya
"Biar tau rasa. Biar ingat kalo gini akibatnya ngga dengerin orang tua!"
"Lepas ma! Sakit!"
"Ngga diulangi lagi!"
"Iya iya"
"Haduhhh" keluh Kinan saat jeweran itu terlepas. Kinan mengusap-usap telinga nya yang memerah dan terasa panas.
"Awas kalo diulangi lagi!"
"Tak potong t*tit kamu!" Ancam Okta dengan muka di buat marah.
"Iya ma" jawab Kinan malas.
"Cepat pakai bajumu! Terus kebawah! Kita sarapan bersama!"
