Twelve

758 79 6
                                    

Kinal dan Veranda memasuki kediaman Kinal, dan ternyata mobil Veranda terparkir tak jauh dari rumah Kinal, sehingga ketika Veranda mau pulang tidak terlalu jauh mencapai mobilnya.

"ya ampun sayang dari mana aja atuh,  ibu cari cari kamu pulang sekolah udah ga ada di rumah" panik Sisil. Semenjak Mario dan Okta mendatangi kediaman mereka membuat Sisil panik bercampur cemas, takut jika Kinal di ambil tiba tiba oleh mereka. Setelah memeriksa seluruh tubuh Kinal dan tak tertinggal sedikit pun, Sisil melirik kearah gadis cantik dengan senyuman manis berdiri di samping Kinal.

"aku loh ga kemana mana bu,  cuma ke kebun aja. Oh ya ibu masih ingat ga sama Veranda? Yang dulu waktu kecil main ke Villa nya teh Imah?" Sisil menggeleng, maklum lah ibu ibu sudah mulai tua dan mulai pelupa.

Veranda maju dan menyalimi tangan Sisil. "Veranda tante"

"maaf ya,  tante lupa" ucap Sisil sambil mengelus rambut Veranda. Veranda tersenyum lalu menjawab "gapapa tante"

"ayok silahkan duduk dulu, anggap aja rumah sendiri. Jarang jarang loh Kinal ajak temen main kerumah palingan cuma Yona doang" ujar Sisil dan sedikit terkekeh.  Sedangkan Kinal menggaruk tengkuk tak gatal.

"oh ya kah tante? "

"iya loh, spesial deh kamu kayaknya" ujar Sisil dengan tawa dan mulai menghilang di balik sekat tembok.

"dah ah aku mau keatas bentar, tunggu disini dulu ya,  Ve" ujar Kinal dan meninggalkan mereka. Veranda mengangguk dan tersenyum. Karena di tinggal sendiri Veranda mengitari rumah sederhana namun tampak mewah ini.

"ini nak di makan dulu,  ini juga di minum" ujar Sisil setelah meletakkan minuman dan beberapa snack diatas meja.

"kamu asalnya dari mana nak Ve kalo boleh tau?"

Veranda meletakkan cangkir bekas dia minum diatas meja dan menjawab pertanyaan dari Sisil. "dari Jakarta tante" Sisil hanya membulatkan bibirnya.

"kamu anaknya pak Tanu buka ya?" tanya Sisil yang mulai mengingat Veranda.  Veranda mengangguk dan menjawab "tante udah ingat saya?"

Sisil mengangguk "iya tapi sedikit, soalnya dulu Kinal suka nyebut nyebut nama kamu, suka nungguin kamu di ayunan juga" Veranda terkejut, dan rasa bersalah menjalar di hatinya.

"tapi kamu ga usah merasa ga enak gitu, kan sekarang udah ketemu lagi" Veranda mengangguk.

"tante gimana kabarnya?" basa basi Veranda.  Sisil tersenyum "seperti yang kamu lihat, Nak". "kamu semakin dewasa makin cantik ya kalo tante liat liat" lanjut dan puji Sisil. 

Melody menatap lekat lekat pada wanita yang duduk di soffa bersama ibunya. Siapakah gerangan wanita ini dan untuk apa dia kesini.

"teh,  sini" ajak Sisil ketika melihat Melody yang baru saja memasuki rumah. Melody mendekat dan duduk di samping Sisil yang kebetulan menghadap kearah Veranda.

"ini kenalin, Veranda. Temannya adek dari Jakarta" Veranda tersenyum "Veranda kak" ucap Veranda dan sedikit membungkuk kan badan. Mendengar kata 'teman' membuat Melody sedikit tak suka. Demi menjaga wibawanya Melody menunjukkan wajah yang biasa saja.

"ahh,  saya Melody" Veranda tersenyum. Dia bahagia bisa mengenal satu persatu keluarga Kinal.

Kinal yang baru saja keluar dari kamar memandang datar kearah bawah sana.

Menarik nafas pelan dan mulai menuruni anak tangga. Rupanya Kinal baru saja membersihkan badan, itu terlihat dari rambutnya yang sedikit basah dan baju yang Kinal kenakan tadi sudah berubah, dan jelas wewangian khas Kinal menyeruak memenuhi rongga dada.

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang