Udara malam ini begitu dingin, meski begitu, rasa dingin tak mampu mengganggu wanita cantik yang sedang berdiri menyandar pada pembatas balkon rumah.
Mata indahnya menatap langit malam yang begitu indah. Bagaimana tidak ? Kegelapan di atas sana bertemankan cahaya cahaya indah di angkasa, kemerlip kebahagiaan tersirat dari setiap detik nya.
Veranda mengeratkan syal coklat di leher akibat ulah sang angin yang ingin mencumbui setiap lekuk tubuh indah nan sempurna itu.
Veranda memejamkan mata demi merasakan kehangatan yang berasal dari syal coklat sedikit usang di leher, senyuman indah tak lupa dia gurat kan ketika sekelibat bayangan menghinggapi pikirannya.
Di bawah pohon rindang terdapat ayunan kecil itu terlihat dua orang anak kecil yang sedang bersenda gurau. Satu diantaranya duduk diatas ayunan, satu diantaranya berdiri di belakang yang lainnya sambil memegang tali ayunan.
"udah tahu dingin, keluar kok ga pakek syal" anak kecil yang berada diatas ayunan itu mengulum senyum
Dia menggeleng lalu menjawab "aku lupa, habisnya ga sabaran mau main sama kamu" jawabnya masih dengan tersenyum. Anak kecil satu nya lagi ikut memberikan senyuman ketika melihat temannya tersenyum meski dia harus memiringkan badan guna melihat ekspresi wajah temannya.
Dia berjalan kesamping lalu berhenti tepat di depan anak kecil yang berada diatas ayunan.
Perlahan dia melepas syal coklat yang sedari tadi membaluti lehernya dan dia kalungkan pada leher temannya. Temannya sedikit menolak.
"aku gapapa, ntar kamu sakit, apalagi kamu bukan dari sini. Aku mah udah biasa sama hawa dingin " keduanya pun tersenyum saling berhadapan.
Tanpa sadar Veranda kembali tersenyum, sangat manis kali ini, bahkan senyuman itu jarang sekali dia tunjukkan pada siapa saja.
Di sana, di kejauhan, di depan gerbang rumah besar milik Veranda, Kinan yang masih memakai helm full face ikut tersenyum melihat senyuman manis Veranda.
"maafin aku Ve, aku mau kita kayak dulu lagi" gumamnya lirih.
Brum brum
Setelah itu Kinan berbalik arah dan meninggalkan kediaman Veranda.
Seolah tersadar akan lamunan yang menghinggapi nya ,Veranda merubah mimik wajah menjadi sendu. Bahkan matanya mulai memerah dan terlihat genangan air di dalam sana.
Malam yang semakin pekat, udara dingin yang kian menyeruak, semakin membuat Veranda memeluk diri meringkuk dan jatuh luruh ke lantai. Air mata yang sedari tadi dia bendung kini terjatuh dengan deras di kedua pipinya. Veranda menangis, ya, dia menangis, menangisi segala resah di hatinya
Veranda, air mata mu begitu berharga, jangan lah kau sesali setiap keganjalan yang ada, seharusnya engkau bertahan dengan kekuatan rasa, agar kau tau, kegundahan itu tak pernah ada.
--
"kamu kok banyak bawaan gini sih sayang? Kita cuma sebentar loh disana" tegur Desy- maminya Naomi-ketika melihat putri semata wayangnya itu sibuk dengan beberapa barang bawaan.
"kalo aku pengen tinggal disana gapapa mi?" Desy mengernyitkan alis, menatap Naomi selidik. Pasalnya Naomi sering kali di tawari oleh Opa dan Oma nya buat tinggal dan sekolah disana. Tapi tak pernah Naomi setuju akan permintaan itu.
"kok mami liatin aku kayak gitu sih? " Naomi memang siduk dengan bawaannya tapi tidak dengan hatinya. Dia bisa menyadari kalo ada seseorang yang tengah menatapnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/167794315-288-k623219.jpg)