Seventeen

719 74 25
                                    


Shani berjalan di koridor rumah sakit dengan membawa buah buahan dan bunga. Berbagai sapaan dia balas ketika melewati beberapa orang dan perawat,  sudah sebulan ini dia tanpa absen mengunjungi Kinan, sampai sampai pegawai rumah sakit dan beberapa keluarga pasien lainnya mengenali wajah ayu milik Shani. Siapa sih yang tidak mengenali paras Shani?  Wanita cantik, memiliki senyum manis , ramah dan suka menyapa siapa yang bisa lupa dengan wajah itu? Hayoo lu pada ga bisa lupa juga kan sama wajahnya nyai? Ngaku ae lu.

Shani memasuki ruangan Kinan berada. Meletakkan buah diatas meja dan mengganti bunga yang mulai layu ini.

Setelahnya Shani memusatkan seluruh pandangan kearah Kinan berada.

"Morning beib" ucapnya sambil mengecup pipi Kinan lembut.

Shani duduk dan menggenggam tangan Kinan.

"aku disini lagi sama kamu ya. Ga seru kalo sekolah ga ada kamu" ucapnya kemudian.

"suruh aku sekolah dong jangan diem aja kayak gini, kan aku jadinya bandel ga mau ke sekolah"

"hehehe" Shani terkekeh geli sendiri.

Shani mengelus rambut Kinan yang mulai memanjang.

"kamu tambah jelek deh, kuku mu tambah panjang, gemukan, ranbut panjang, ga keurus banget sih kamu sayang"

"makanya cepat bangun ntar kita nyalon bareng"
Shani membuka laci meja , mengambil alat potong kuku dan memotong kuku Kinan.

"aku udah susah susah pulang ke indo buat kamu malah kamu anggurin gini, kan syedihh" curhat nya lagi.

"aku baru liat film terbarunya Disney loh, dulu kamu sering bilang kalo suka banget sama film Disney, sekarang udah rilis, cepat bangun donggg kita nonton bareng" oceh nya lagi

Shani memandang wajah Kinan dengan cemberut. "kebo!  Lama banget bobo nya! " Shani yang kembali ingin memotong kuku Kinan terdiam.

Mata nya berkaca kaca melihat pergerakan kecil dari jari telunjuk Kinan. Dia menyeka genangan air itu, mungkin dia berhalusinasi. Tapi tangan itu kembali bergerak.

"sayang, kamu..? "

----

Shani dengan cepat menekan tombol di dinding, tak lama seorang dokter dan beberapa perawat datang.

"dok.. Tangan Kinan.. " dokter mengangguk dan berkata

"maaf, silahkan tunggu di luar sebentar"

Shani mengiyakan dan berjalan keluar.

Setelah di luar Shani menelpon Mamanya Kinan, dan kebetulan Okta,  Mario dan Zara sedang menuju kesana.

Tak lama mereka bertiga sampai.

"Kinan gimana sayang? " tanya Okta setelah tiba. Wajah yang mulai keriput itu menggambarkan sebuah pengharapan penuh.

"lagi di tangani dokter, tante"

Tak berselang lama pintu terbuka. Dokter dan beberapa perawat pun keluar.

"bagaimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Mario

Dokter itu melepas masker yang menutupi wajahnya dan berkata. "Alhamdulillah, saudara Kinan sudah siuman"

"Alhamdulillah.."

Mereka berempat mengucap kata syukur bersamaan.

"kita udah boleh masuk kan, Dok?" tanya Zara.

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang