Part 1 : Rifal

28.6K 440 52
                                    

Rifal adalah salah satu sahabatku. Dia kukenal saat kami sama-sama bekerja pada sebuah perusahaan yang ada di Pulau Dewata (Bali). Lelaki asal Garut ini masih berusia 21 tahun. Kulitnya putih, wajahnya manis khas seperti Pria Sunda pada umumnya. Meskipun tinggi badannya kurang proposional bahkan cenderung pendek, tetapi di mataku dia adalah sosok Laki-laki yang sangat menarik.

Diam-diam aku selalu memperhatikan dia. Sikapku terhadapnya benar-benar berbeda dengan kawanku yang lain. Namun demikian, aku tetap menjaga perasaanku ini dan membiarkan aku menjadi seorang pengagum rahasianya.

Jujur saja, aku memang sangat menyukainya. Kedekatanku dengan dia kian hari kian bertambah, dan menumbuhkan benih-benih cinta terlarang yang tumbuh subur di dalam hatiku. Sebenarnya aku ingin membuang perasan nyeleneh ini, tetapi apadaya aku tidak mampu. Jiwa penyuka sejenisku seolah sudah mendarah daging dalam sanubariku dan sangat sulit untuk menghilangkannya.

Untungnya aku masih bisa mengontrol sikap dan perilakuku, sehingga penyimpangan dalam orientasi seksualku mampu kusembunyikan dengan sangat rapat dan rapi. Aku tidak mau teman-temanku mengetahui tentang rahasiaku ini.

 Aku tidak mau teman-temanku mengetahui tentang rahasiaku ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rifal

Namun sayangnya karena ada sesuatu dan lain hal menyebabkan Rifal keluar dari tempat kerja dan memilih pulang ke kampung halamannya.

Sejak berpisah dengan dia, aku merasa hari-hariku ada sesuatu yang kosong. Sehingga selang beberapa bulan, aku juga memutuskan keluar dari tempat kerjaku. Aku hijrah ke ibu kota dan mulai mencari pekerjaan baru di sana. Dan alhamdulillah, tak perlu membutuhkan waktu lama, aku pun mendapatkan pekerjaan yang cukup layak buatku.

Meskipun aku dan Rifal sudah lama tak berjumpa, tetapi aku dan dia masih berhubungan dan berkomunikasi lewat telepon seluler. Dia juga sempat meminta pertolonganku untuk mendapatkan pekerjaan kembali. Dan kebetulan di tempatku bekerja sedang membutuhkan karyawan, sehingga aku menginfokan hal ini kepada Rifal. Lelaki berwajah manis itu pun senang mendengarkan lowongan ini. Tanpa banyak pertimbangan dia langsung datang ke Jakarta dan melamar pekerjaan tersebut. Syukurlah... Dia diterima. Kini aku dan Rifal kembali bekerja di tempat yang sama.

Tak hanya tempat kerja yang sama, aku dan Rifal juga memutuskan tinggal bareng di sebuah kost yang kami sewa bersama. Tentu saja, hal ini sangat membuatku senang sekali. Karena aku bisa dekat dan selalu berdampingan dengan makhluk Tuhan yang paling aku kasihi.

 Karena aku bisa dekat dan selalu berdampingan dengan makhluk Tuhan yang paling aku kasihi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun ada sebuah kejadian yang membuat hubungan aku dan Rifal jadi agak renggang. Ada kesalahpahaman yang membuatku sedikit iri atau bisa jadi cemburu berat. Rifal sangat dekat dengan boss-ku, dan sepertinya boss-ku juga memperlakukan Rifal dengan sangat berbeda dibandingkan dengan karyawan yang lainnya. Ada apa antara Rifal dan boss-ku? Mungkinkah mereka menjalin sebuah hubungan ganjil seperti dalam pikiranku? Aahhh... Sepertinya aku sulit untuk tidak berpikir negatif. Rasa sayangku terhadap Rifal yang besar menjadikanku tak rela bila dia jatuh ke pelukan orang lain. Namun, dugaanku terhadap skandal hubungan mereka tak ada cukup bukti. Sehingga aku menganggap ini hanya sebuah perasaan minus yang berlebihan dariku saja.

Rifal dan aku kembali akur, dan untuk konpensasi dari rasa bersalahku aku mengajak makan bersama Rifal di restoran. Aku mentraktir dia. Setelah makan aku dan Rifal pulang ke kostan. Kami berdua bercanda dan tertawa bareng menghabiskan malam yang panjang, hingga kami lelah dan tertidur. Di tengah malam aku terbangun. Aku melihat Rifal tampak terlelap dengan mata terpejam. Aku memperhatikan wajah gantengnya dengan saksama. Hidungnya, kumis tipisnya, bibir gempalnya, semuanya. Dia memang selalu menawan di mataku.

Perlahan aku mengusap pipinya yang lembut, lalu aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Dan entah kekuatan apa yang mendorongku untuk melakukan tindakan nekat ini. Aku mengecup bibir Rifal untuk beberapa detik. Dia bergeming, karena masih terlelap. Sekali lagi aku memandang seluruh tubuh Rifal. Menatap gemas tonjolan di selangkangannya. Namun, aku tak berani menjamahnya.

l love you, Bro! Aku mencintaimu... Sangat mencintaimu, Rifal ... Andai engkau tahu,’’ gumanku dalam hati.

I LOVE U, BRO! (Kasih Tak Lurus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang