Part 13 : Sakit

9.3K 220 3
                                    

Saat pulang kerja aku mampir ke sebuah minimarket. Di sini aku belanja beberapa keperluan sehari-hariku seperti kopi, susu, gula dan camilan. Usai mendapatkan barang-barang yang aku butuhkan, aku segera menuju ke meja kasir. Namun di situ masih ada antrean. Tepat di depanku ada seoang ibu-ibu setengah baya dan seorang anak kecil. Dia sepertinya sedang membeli sebuah obat. Ketika dia hendak membayar, anaknya merengek minta dibelikan jajanan. Dengan terpaksa Sang Ibu itu menuruti keinginan anaknya daripada anaknya menangis. Akan tetapi saat dia membuka dompetnya ternyata uangnya tidak cukup. Muka Sang Ibu jadi mendadak memerah, dia bingung dan tidak tahu harus bagaimana? Sementara Mbak Kasir-nya sudah meminta uang tagihannya. Dan antrean di belakangnya sudah mengular panjang. Aku yang berada tepat di belakang ibu ini pun akhirnya berinisiatif. Aku menjatuhkan uangku pas di bawah ibu itu berdiri. Kemudian, dengan berpura-pura tidak tahu aku ambil uang itu kembali, lalu ...

‘’Ibu... Maaf, uang ibu terjatuh, nih!’’ ujarku sambil menyodorkan uang itu ke tangan Sang Ibu yang dari tadi tampak gusar.

Melihat uang itu wajahnya mendadak berubah, dia bengong seakan tak percaya. Tanpa banyak kata ibu ini menerima uangnya dari tanganku dan langsung membayakannya kepada kasir.

Sebelum pergi ibu itu menengok ke arahku sebentar. Dia memperhatikan aku dengan saksama, tetapi aku pura-pura sibuk berinteraksi dengan Mbak Kasir yang lumayan cantik di depanku. Sambil menggandeng anaknya ibu-ibu itu pun akhirnya melenggang meninggalkan minimarket.

Well... tak lama kemudian,

Aku menenteng barang-barang belanjaanku dan segera cabut dari tempat mikro swalayan ini. Dengan langkah yang ringan aku berjalan menuju kost-anku. Tidak ada pikiran berat yang membebaniku. Aku berusaha enjoy dengan apa yang aku lakukan pada hari ini.

I am single... I so happy tanpamu honey.... lagunya Teteh Ayu Ting Ting menemani perjalananku. Lagu itu mengalun dengan merdunya dari sebuah warung kopi pinggir jalan.

Aku pun tiba di depan kamar kostku.

Perlahan aku membuka pintu kamar itu, lalu menyalakan lampu. Klik... aku terkejut melihat tubuh Rifal terbaring di atas kasur, dia memejamkan matanya dengan seluruh badannya diselimuti kain sarung. Dia tampak menggigil kedinginan.

‘’Lho... Rifal... kamu ternyata sudah pulang?'’ kataku, tetapi Rifal  bergeming, dia hanya sedikit membuka matanya dengan sekujur tubuhnya gemetaran.

‘’Kamu sakit, Fal?’’ Aku jadi cemas, saat memperhatikan raut wajahnya yang pucat pasi. Aku berjalan menghampirinya, aku menunduk dan memeriksa keningnya.

“Ya, Tuhan... badanmu panas sekali, Rifal... kamu demam! Kamu udah minum obat belum?’’ Aku mendadak kalut melihat kondisi Rifal.

‘’Aku tidak apa-apa kok, Bal... Aku cuma kelelahan saja, tadi di tempat kerja banyak sekali pekerjaan.’’

‘’Kamu itu sakit, Rifal... Kamu masih bilang tidak apa-apa?"

‘’Kamu sudah makan belum?’’

Rifal hanya menggeleng.

‘’Ya, sudah, kamu makan dulu... kebetulan aku baru membeli roti di minimarket.’’ Aku memberikan sebungkus roti kepada Rifal, lalu dengan sigap Rifal memakannya.

‘’Habis ini kamu minum obat, Fal... Aku punya paracetamol, obat anti demam. Sebentar, aku ambilkan di laci."

Aku membuka laci, di mana aku menyimpan obat-obatan. Aku mengambil sebutir paracetamol dan membawanya ke tempat Rifal, lalu aku menyodorkan obat ini ke tangan dia.

‘’Nih, obatnya... buruan, ya, kamu minum! Biar cepat turun panasnya!’’

Rifal mengambil obat itu dari tanganku dan segera menelannya, lalu dia mengambil sebotol air dan meminumnya perlahan.

‘’Iqbal, terima kasih, ya, Bro... kamu emang sahabatku yang paling baik,’’ ujar Rifal pelan.

‘’Udah kamu jangan berpikiran apa pun! Sebaiknya kamu istirahat biar cepat sembuh,’’ timpalku.

‘’Oke!'’ Rifal menganggukan kepalanya, lalu dia membaringkan tubuhnya kembali. Dia menarik kain sarungnya untuk menututupi tubuhnya, kemudian dia memejamkan matanya hingga dia tertidur pulas.

Dengan hati-hati aku mendekati cowok manis ini, kemudian aku memeriksa suhu tubuhnya dengan telapak tanganku. Sudah mulai turun panasnya, aku jadi lega.

I LOVE U, BRO! (Kasih Tak Lurus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang