Part 23 : Pulang

7.3K 202 6
                                    

Di tengah perjalanan pulang, Rifal memintaku bertukar posisi. Dia memilih membonceng dan membiarkan aku untuk mengendarai motornya. Aku menurutinya, lalu aku menjalankan sepeda motorku ini dengan speed yang sedang. Dari belakang tanpa segan Rifal mendekatkan tubuhnya ke tubuhku, sehingga aku merasakan betul kehangatan tubuhnya yang mulai menjalari tubuhku. Tangannya menyilang di pinggangku kemudian dengan manja dia menyandarkan kepalanya di punggungku. Oh, so sweet. Rasanya seperti ada keteduhan dalam hatiku, tingkah pola Rifal yang seperti inilah yang kadang aku mimpikan dari dulu. Aku berharap waktu berhenti pada detik ini juga, agar aku selalu merasakan betapa romantisnya malam ini.

‘’Iqbal...’’

‘’Iya...’’

‘’Apa kamu senang berteman dengan aku?"

‘’Tentu saja... Aku senang punya teman seperti kamu. Kenapa kamu bertanya demikian, Fal?"

‘’Tidak apa-apa, Bal... Aku cuma tanya aja..’’

‘’Kamu sendiri gimana punya teman kayak aku, Fal...?”

‘’Terus terang ... Aku sangat bersyukur bisa kenal dan berteman dengan kamu, Bal.., kamu tuh teman yang sangat baik buatku.’’

‘’Oh, ya... benarkah?"

‘’Iya... Kamu sudah terlalu banyak berkorban dan membantuku, Bal...’’

‘’Ah, biasa aja, kok, Fal!"

‘’Pokoknya aku sangat berterima kasih sama kamu, Bro...’’

‘’Tidak perlu sungkan... sebagai teman bukankah sudah sewajarnya saling membantu."

‘’Iya... Tapi aku khawatir, aku tidak bisa membalas kebaikan kamu, Bal...’’

‘’Aackkh... kamu ngomong apaan sih, Fal? Aku sedikit pun tidak pernah mengharapkan pamrih dari kamu."

‘’Kalau kamu tidak mengharapkan apa-apa dari aku... Terus apa yang membuat kamu begitu baik terhadapku, Bal?’’

Deg... aku tidak bisa langsung menjawab pertanyaan jebakan Rifal ini, karena pertanyaannya benar-benar menyentil perasaanku. Sejenak aku terdiam, otakku memilah kata untuk memberikan jawaban yang paling tepat dan paling masuk akal.

‘’Karena kamu adalah sahabatku, Fal... Kamu itu sudah  kuanggap seperti saudaraku ... Kamu seperti adikku sendiri, walaupun kita cuma beda setahun."

‘’Wah, Iqbal... hatimu memang sungguh mulia.”

‘’Ah, tidak usah berlebihan.’’

‘’Iqbal... seandainya kamu seorang cewek, kamu udah aku pacarin, deh!’’

Lagi-lagi ucapan Rifal membuatku jadi tersanjung, meskipun aku tahu bahwa ucapannya itu hanya sebatas gurauan semata. Aku mendadak jadi salah tingkah dan seyum-senyum sendiri seperti orang gila. __Rifal... andai engkau mengetahui isi hati dan perasaanku, mungkin kamu tidak akan mengatakan hal itu kepadaku. Aaaahhhh... Rifal, kamu memang selalu membuat jantungku jadi waswas dan kamu juga membuat jiwaku jadi semakin tidak waras.

I LOVE U, BRO! (Kasih Tak Lurus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang