Part 20 : Janji

7.8K 205 8
                                    

Sore hari.

Aku dan Yanti siap-siap pulang kerja dan hendak jalan bareng ke bioskop. Namun saat aku dan dia berada di depan pintu keluar, tiba-tiba Rifal datang menghampiri kami berdua.

‘’Hai, Bro... aku cari-cari kamu dari tadi," ujar Rifal seraya merangkul pundakku dan berjalan menjauhi Yanti. Aku melirik ke arah Yanti, dia hanya terbengong menyaksikan kedekatan aku dan Rifal.

‘’Ada apa, Fal... kamu mau pulang bareng aku lagi?" tanyaku.

‘’Ya.. ada hal penting yang ingin aku bicarakan sama kamu, Bal!" jawab Rifal dengan serius.

‘’Tapi... Aku mau jalan sama Yanti, Fal..." terangku sambil melirik Yanti yang masih berdiri terbengong. ‘’kalau kamu mau pulang...  Bawa motorku aja! Tidak apa-apa, biar nanti aku sama Yanti naik angkot," lanjutku.

‘’Ini bukan masalah itu, Bal... ada satu hal yang ingin aku sampaikan sama kamu. Ini sangat penting sekali... Dan aku butuh waktu kamu, sekarang... Please... ikutlah denganku!’ ungkap Rifal dengan nada yang cukup membuatku penasaran, tetapi aku tidak bisa mengira-ngira sesuatu apa yang akan dia sampaikan hingga dia mendesakku begini. Aku terdiam sejenak karena aku tak bisa memutuskan sesuatu yang begitu mendadak, apalagi aku sudah ada janji sama Yanti sebelumnya.

Setelah lama berpikir, akhirnya...

“Oke ...aku mau ikut sama kamu," ujarku.

‘’Gitu dong, Bro...’’ Rifal tersenyum manis seraya menepuk bahuku.

‘’Tapi... Sebentar, ya! Aku mau ngomong sama Yanti dulu...’’ Aku membalikan badanku dan berjalan menghampiri Yanti yang sudah memasang wajah cemberut.

‘’Yanti... maafkan gue, ya... Mmm ...gue...’’

‘’Ya... gue udah tahu, Bal... Lo tidak bisa jadi nonton sama gue, kan?" timpal Yanti memotong perkataanku. Suaranya tegas, tetapi terdengar perih.

‘’Sekali lagi... Gue minta maaf,  ya... Lo pasti kecewa."

‘’Tidak apa-apa, Iqbal... Gue ngerti, kok...’’ Yanti mencoba tegar dan memasang wajah ceria, tetapi matanya terlihat nanar dan berkaca-kaca. Jadi tidak tega.

Aku terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.

“Pergilah dengan temanmu itu!" kata Yanti datar, lalu dia menegakan pandangannya dan menyunggingkan satu senyuman yang dibuat semanis mungkin. Kemudian dengan langkahnya yang lincah dan penuh percaya diri dia pergi meninggalkan aku. Aku hanya bisa menarik napas panjang melihat kepergiannya yang membawa luka dan kekecewaan yang sangat dalam.

‘’Hai... jangan bengong aja, Bro!"  Rifal menggoyang-goyangkan pundakku, sehingga aku jadi terperanjat, “udah tidak usah dipikirkan... masalah cewek mah, gampang... nanti bisa diatur,'’ imbuhnya sok bijak, dia memamerkan senyum dan wajah cute-nya yang sangat khas.

Aku menganggukan kepala, senyum dan wajah manis Rifal memang bisa mengalihkan pikiranku seketika.

‘’Mana kunci motormu? Biar aku yang bawa motornya!’’ Rifal membuka telapak tangannya dan mengadahkan ke arahku.

‘’Nih...’’ Aku memberikan kunci itu ke tangan Rifal.

Lalu dengan sigap Rifal langsung bergerak menuju ke tempat parkir di mana motorku nangkring. Sejurus kemudian, dia membawa motor itu ke hadapanku. Dia menyuruhku naik di belakangnya dan aku pun menurutinya. Setelah aku duduk di jok motor ini, Rifal pun segera menarik gas-nya dan motor matic kesayanganku ini meluncur dengan cukup kencang. Aku memeluk tubuh Rifal dari belakang untuk menyeimbangkan posisi dudukku karena Rifal membawa motor dengan kecepatan full.

‘’Jangan kenceng-kenceng, Fal!" teriakku.

‘’Tenang aja, Bro...’’

Sepertinya Rifal sudah terbiasa membawa motor dengan cara begini, kadang dia juga sengaja mengerem mendadak sehingga dengan reflek aku merapatkan tubuhku ke tubuhnya. Entahlah... Saat-saat begini aku malah merasa kenyamanan... Ketika aku memegang erat tubuhnya, Rifal justru terbahak-bahak menertawakan aku. Dasar Rifal! kucubit aja perutnya. Dia jadi kegelian sambil terkekeh.

I LOVE U, BRO! (Kasih Tak Lurus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang