Aku mendengar suara mesin motor yang berderum. Aku kenal itu suara motor Rifal. Tampaknya dia sudah kembali. Dia memarkirkan motornya di halaman kost-an.
‘’Assalamualaikum!’’ salam Rifal tepat di depan pintu.
‘’Waalaikumsalam!’’ jawabku, dan Rifal pun nongol dari balik pintu. Namun ada hal yang cukup membuatku terkejut, rupanya Rifal tidak datang sendiri. Dia hadir bersama seorang perempuan muda yang lumayan cantik, kulitnya bersih, rambutnya panjang dan dia tampak anggun. Siapa gerangan cewek ini?
‘’Oh, ya, Bro... perkenalkan ini Kinara... cewekku,’’ ujar Rifal memperkenalkan cewek di sampingnya itu. “’Kinara... ini sahabatku sekaligus abangku ... namanya Iqbal,’’ lanjut Rifal.
‘’Hai...’’ sapaku sambil menyalami tangan Kinara.
Kinara menatapku dengan ekspresi datar.
‘’Iqbal.’’
‘’Kinara.’’
Kami bersalaman.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kinara
Cewek ini tersenyum simpul. Jujur saja senyumannya ini sangat manis sekali. Aku jadi terpesona apalagi telapak tangannya juga sangat halus. Diam-diam cewek cantik ini mengalihkan duniaku,
Aku dan Kinara saling melepaskan tangan dan terkekeh mendengar sindiran dari Rifal.
‘’Senang berkenalan dengan Kinara,’’ ujarku.
‘’Terima kasih,'’ balas Kinara singkat sambil mengumbar senyuman khas iklan pasta gigi. Lebar dan cemerlang.
Rifal menggandeng tangan Kinara dan membawanya ke ruang tamu. Mereka duduk di kursi yang telah disediakan oleh pemilik kontrakan dan memang khusus digunakan untuk para tamu penghuni kontrakan.
‘’Hai... kalian mau minum apa, Guys?'’ seruku pada mereka.
‘’Tidak usah repot-repot, Kak...’’ sahut Kinara.
‘’Tidak apa-apa dia memang demen direpotin, kok!’’ timpal Rifal, dan kinara pun jadi terkekeh.
‘’Dasar lo, Fal...’’ ketusku.
‘’Hahaha....’’ Mereka tertawa terbahak-bahak.
‘’Ya, sudah aku beliin es teh manis aja."
Aku berjingkat dari kost-an dan berjalan menuju warung terdekat. Di warung ada Mas Dirno, dia lagi menyeruput kopi bersama temannya.
‘’E... Bal, ngopi, nih!’’ kata Mas dirno menawari aku.
‘’Ya, Mas... terima kasih, aku cuma mau beli es teh manis,’’ jawabku.
Mas Dirno menyeruput kopinya.
“Mbak... es teh manisnya 3, ya!’’ lanjutku sembari memesan kepada penjaga warung.
‘’Ya, Mas!'’ sahut penjaga warung itu seraya segera menyiapkan pesananku.
‘’Banyak amat, Bal... buat siapa?’’ tanya Mas Dirno dengan mimik wajah kepo.
‘’Buat Rifal sama ceweknya, Mas....’’ jawabku.
‘’Oohh...’’
‘’Iya...’’
‘’Kok sampeyan yang cari minuman buat mereka... bukannya Rifal saja yang cari minumannya sendiri.’’
‘’Tidak apa-apa kok, Mas.... aku rela dan ikhlas."
‘’Iqbal... Sampeyan pancen oye!"
‘’Iklan kali ah, Mas....’’
‘’He he he ....'’ Semua orang yang ada di warung jadi ikutan tertawa.
‘’Es teh manisnya, Mas!’’ seru penjaga warung sambil menyodorkan bungkusan plastik ke tanganku.
‘’Ya, Mbak... jadi berapa, nih?’’ Aku menerima bungkusan itu.
‘’Enam ribu,’’ jawab penjaga warung.
Aku mengambil uang di dompet dan membayarkannya kepada mbak-mbak penjaga warung itu.
‘’Ya... terima kasih, Mas!’’ ujar wanita itu dengan senyum yang ramah.
‘’Sama-sama,’’ balasku singkat.
‘’Mas Dir... duluan, ya!’’ Aku mencolek lengan Mas Dirno yang masih menikmati kopi hangatnya.
‘’Oke... Bal."
Aku berjalan kembali ke arah kontrakanku, lalu bergegas menuju ruang tamu. Namun, di suatu tempat aku menghentikan langkahku. Dari kejauhan aku melihat Rifal dan Kinara sedang melakukan adegan orang dewasa. Dengan sangat mesra mereka berciuman bibir. Buru-buru aku membalikan tubuhku. Rasanya aku tidak kuasa untuk melihat aksi semacam ini. Entah, kenapa hatiku mendadak terasa sesak dan sakit. Ada apa dengan diriku ini? Apakah aku cemburu? Ya, kurasa begitu.