Part 3 : Kabar

13.9K 328 24
                                    

''Iqbal... Bal...''

''Bangun, Bro...!"

Suara Rifal terdengar lamat-lamat sambil menggoncang-goncang tubuhku. Aku jadi terperanjat, lalu membuka mataku perlahan.

''Rifal... kamu sudah pulang, ya?'' kataku pelan seraya mengucek-ngucek mata.

''Ya, aku sudah pulang, kenapa kamu tidur di luar, sih?''

''Udara di dalam panas, Fal... jadi aku cari angin sejuk di luar,'' jawabku berbohong. Padahal aku menunggunya hingga aku tertidur di sini.

''Ya, sudah... buruan pindah, gih! Nanti kamu masuk angin, lho!"

''I-iya... Iya...."

Aku bangkit dari pembaringanku dan berjingkat menuju ke dalam kamar. Mataku yang sudah mengantuk berat tak tahan dan menjatuhkan diri di atas kasur. Aku tidak memikirkan apa-apa, melihat Rifal sudah kembali aku sudah merasa tenang. Dan aku pun bisa tidur tanpa beban.

Rifal mengunci kamar kost-an, lalu mematikan lampunya, selanjutnya dia berbaring di sebelahku. Entah, apa yang sedang dirasakan oleh lelaki berwajah manis itu, tiba-tiba dia memelukku dari belakang dan merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Aku agak terkejut, tetapi aku pura-pura tidak tahu. Aku hanya memejamkan mataku dan menikmati hangatnya tubuh Rifal yang terasa nyaman. __Pelukannya penak tenan. Serasa ada yang nonjol-nonjol gitu. Sepertinya kontol Rifal lagi ngaceng. Hehehe ....

Pagi pun pecah dari cangkangnya. Aku bangun lebih awal. Seperti biasa aku memanaskan air hangat untuk membuat secangkir teh manis. Aku membiarkan Rifal tetap tertidur pulas, dia nampak lelah. Namun ekspresi wajahnya terlihat imut dan menggemaskan. Dia memang sangat menggoda, andai aku tidak memikirkan sebuah persahabatan mungkin aku sudah bertindak nekat dan membuat sesuatu kesalahan fatal hanya demi pelampiasan nafsu sesaat. Akan tetapi, aku masih bisa menggunakan akal sehatku, jadi aku bisa meminimalisir tindakan-tindakan ceroboh yang bisa menghancurkan reputasiku sendiri.

Rifal.... engkau memang laksana candu yang kadang memabukan aku... Lelaki terindah yang mampu membuat jantungku berdebar-debar setiap menatap matanya yang bening dan penuh rasa percaya diri. Aku juga kadang luluh tak berdaya ketika merasakan hangatnya hembusan napasnya yang lembut dan segar.

Aaccckkhhh.... sampai kapan aku akan menyimpan perasaan seperti ini. Mengapa aku tidak bisa melenyapkan gelembung-gelembung cinta konyol yang terasa menyakitkan di hatiku?

''Selamat pagi, Iqbal....'' salam Rifal di balik bantal dengan senyuman khasnya yang selalu menawan.

''Pagi juga, Kawan... bangunlah! Mentari sangat cerah pagi ini."

''Tentu saja... ini adalah hari yang sangat menyenangkan buatku, Kawan!''

Aku mengkerutkan jidatku menatap mimik wajah Rifal yang menyimpan teka-teka penuh misteri. Dia tersenyum manis, lalu bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menghampiriku.

Dia memegang bahuku dan mulai mengatakan sesuatu, ''Hari ini aku sangat bahagia sekali, Bro."

''Oh, ya.... kenapa?'' tanyaku.

''Aku semalam jadian sama orang yang paling aku cintai,'' terangnya girang.

Aku jadi bergeming mendengar pengakuan Rifal barusan. Namun melihat ekspresi wajahnya yang penuh kebahagiaan itu sungguh membuatku tak bisa berdiam diri.

''Oh, ya.... selamat ya, Fal... aku turut senang mendengarnya, semoga hubungan kalian langgeng hingga ke jenjang pernikahan,'' ucapku pelan.

''Aamiin... Aamiin!'' timpal Rifal sambil ngeloyor pergi menuju kamar mandi.

''Semoga kamu bahagia selalu, Rifal,'' do'aku dalam hati. Meskipun batinku terasa remuk melihat kenyataan ini, tetapi aku akan mencoba untuk ikhlas dan membiarkan orang yang aku sayangi ini meraih kebahagiaan dengan jalan lurusnya.

I LOVE U, BRO! (Kasih Tak Lurus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang