45 : H-4 (2)

831 63 0
                                    

S

K

I

P

...

Ali kembali ke rumahnya. Ia memasuki rumah dengan langkah loyo karena kecapean. Langkahnya terhenti di ruang tamu ketika melihat seseorang yang turun dari tangga.

"Apa kabar,  Li? "

Orang itu berdiri di depan Ali.

"Kenapa gugup gitu? "

Ali menggeleng lemah.

"I-ini beneran lo? "

Orang itu mengangguk.

Ali tersenyum dan memeluknya.

"Max, lo kemana aja? "

"Ke tempat persembunyiaan"

Ali melepaskan pelukannya.

"Kalo gitu siapa yang di kubur waktu itu"

Maxime mengangkat bahunya acuh.

"Mungkin mayat yang gak tau siapa identitas dan keluarganya"

Mata Ali terbelalak.

"Bisa bisanya lo gak tau siapa pengganti lo di kubur"

"Ya kan gue cuma minta tolong sama dokter buat rahisain gue dan anggep gue mati"

"Lalu, lo tau nggak siapa orang yang udah celakain lo?. Mami selalu bilang kecelakaan itu adalah kesengajaan"

Maxime mengangguk.

"Pelakunya masih sama yang kayak dulu? "

"Dulu? "

Ali mengerutkan keninganya bingung. Ia rasa Maxime tak ada kecelakaan di masa lalu.

"Iya, seharusnya kecelakaan itu merenggut nyawa gue tapi, temen gue yang kena. Bertahun-tahun dia koma gara-gara nyelamatin nyawa gue"

"Siapa pelakunya? "

"Seseorang dalam keluarga kita"

"Hah! "

"Lo tau sendirikan beberapa anggota keluarga besar kita yang gak terima pembagian perusahaan papi. Mereka beranggapan gue cuma anak adopsi jadi, gue gak berhak atas perusahaan itu. Mereka maunta seluruh warisan jatuh ke tangan elo"

Ali mengangguk paham.

"Bagaimana sekarang sama pelakunya? "

"Mami yang nyelesain semua permainan ini. Gue di sini juga gara-gara ketahuan mami. Lo tau senderi gimana tajam nya pikiran mami"

Ali terkekeh pelan dan mengangguk.

"Yasudah, lo istirahat sana. Muka lo cape banget kelihatannya"

Ali mengangguk lalu masuk ke kamarnya.

Ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. 15 menit berada di dalam, ia sudah keluar dengan hanya menggunakan boxer nya.

Ia naik ke tempat tidurnya dan memejamkan matanya. Tiba-tiba matanya terbuka dengan lebar.

"Prilly mencintaiku, kami pasti menikah. Itu pasti"

Bisiknya meyakinkan dirinya sendiri.

Entah karena lelah atau mengantuk akhirnya Ali tertidur lelap.
.
.
.

Di lain tempat,  Prilly duduk bersandar di kepala ranjang merenungkan sesuatu.

'Apakah itu memang dia? '

Pikirnya.

"Bagaimana kalo memang dia? Apa gue bakal kembali lagi sama dia? "

Prilly menggelengkan kepalanya kencang. Ia mencoba mengenyahkan pikiran buruknya.

"Gak! Gak! Pernikahan gue tinggal 3 hari lagi, masa mempelainya ganti sihh!! Nama di undangan juga nama Ali, undangan nya juga udah ke sebar. "

Prilly menghentak-hentakkan kakinya di ranjang. Sehingga membuat Mila yang tidur di sebelahnya terganggu.

"Lo kenapa sih, Prill? "

Ucap Mila dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Ia dengan malas mendudukkan dirinya lalu melirik jam waker yang ada di nakas. Waktu masih menunjukkan jam setengah 12 malam.

"Lo kebangun?  Udah bagus banget tadi lo anteng sekarang bangun-bangun ganggu mimpi orang"

Gerutu Mila.

"Heh! Kalo bukan karena gue mimpiin Max gue juga gak bakal kebangun"

"Kalo ke bangun ya tidur lagi apa susahnya sih! "

"Lo mah enak tinggal ngomong. Gue yang ngejalaninnya, susah tau nggak. "

"Apaan sih lo gak jelas"

Prilly mencibikkan bibirnya dengan wajah kesal. Namun, sedetik kemudian wajahnya berubah muram dan menunduk membuat Mila tak tahan untuk tak bertanya.

"Lo kenapa sih? "

"Gue mimpi Max.  Dia hadir di nikahan gue"

"Terus, lo takut itu beneren terjadi. Hello, Prilly. Wake up, dear! He died 1 years ago. Lo kira dia mati suri"

Mila terkekeh geli. Ia tak habis pikir dengan ketakutan Prilly itu.

Prilly menghela nafas sebentar.

"I saw him at mall. He so healty. And I'm sure that was him"

Prilly mendongak menatap Mila.

"He still life"

"Are you kidding me? "

Mila tertawa hambar.

Prilly menggeleng pelan.

"Awalnya gue juga gak percaya. Tapi, entah kenapa gue ngerasa dia masih hidup"

"Oke! Kita benarkan ucapan lo. Anggep aja dia masih hidup. Terus, gimana sama nikahan lo? "

Prilly menggeleng pelan lalu menunduk lagi.

"Gue gak mau pisah sama Ali, Mil. Gue cinta dia"

Mila menghela nafasnya.

"Lo tenang aja,  bonyok lo nggak sebodoh itu kok mengganti mempelayai cowoknya. Undangan juga udah ke sebar. Persiapan nikahan juga udah 100% selesai. So, keep calm and positif thinking ae"

Prilly mengangguk.

"Sekarang lo tidur lagi. Lo nggak mau kan pas acara nikahan lo tuh mata kaya panda"

Prilly menggeleng kencang dan langsung berbaring. Ia menutup matanya mencoba untuk tidur.

Mila yang melihat itu terkekeh dan ikut berbaring. Tak perlu waktu lama untuk Mila berkelana ke alam mimpi.

[K.R1]Sepanjang Hidupku (THE END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang