23.Duka

1.9K 96 0
                                    


نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَ

"Kami telah menentukan kematian masing-masing kamu dan Kami tidak lemah."
(QS. Al-Waqi'ah 56: Ayat 60)

Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun bahkan ada yang mencapai 5 tahun.

Aku yakin, jika allah mempunyai banyak kejutan dalam hidup ini. Bahkan dalam penyakit ini. Meskipun dokter memvonis umi mengidap penyakit leukimia akut, aku tak akan pernah berhenti untuk kesembuhan umi.

Sudah seminggu ini umi tidur. Lebih tepatnya, kritis. Aku merasa seperti anak durhaka yang tak memperhatikan keadaan umi nya. Selama ini, umi selalu tampak ceria. Tak pernah sedikitpun aku melihat gurat kesakitan pada wajah meneduhkan umi.

Ya allah, jika waktu itu bisa berjalan mundur, aku ingin membahagiakan umi. Aku ingin lebih memperhatikan keadaan umi. Aku tak mau lagi egois dengan perasaanku sendiri.

"Ica"

Abi menghampiriku yang berada di masjid rumah sakit. Selesai shalat dzuhur, aku memilih untuk berdiam diri di teras masjid.

"Kenapa bi? "

Ku lihat kepanikan dari wajah abi. Aku terus beristighfar dalam hati, agar sesuatu buruk tak menimpa keluarga kami.

"Nak, ikhlas yah nak.Umi sudah pergi."

Aku menutup mulutku tak percaya.sungguh, ini tak lucu.

"Maksud abi apa? Umi pergi kemana bi? "

Abi menangis. Orang yang menjadi bahu untuk bersandar, menumpahkan air matanya.

"Sayang, umi sudah dipanggil allah. Allah sayang sama umi nak"

"Abi jangan becanda. Jangan bohong bi. Ngga lucu"

Aku terus berteriak tak percaya.

"Nak, ikhlasin yah sayang"

Abi terus saja menguatkan ku. Meski ku tahu ia juga rapuh. Ia memelukku.

"Bi, kenapa allah ngga adil sama ica bi? Kenapa allah ngambil umi secepat ini bi? Kenapa bi? "

"Istighfar ca. Allah tahu yang terbaik untuk hambanya. Allah lebih sayang sama umi. Umi orang baik, allah pasti tempatin umi ditempat yang terbaik"

"Umiii.... Kenapa umi ninggalin ica secepat ini? Umi sayang ngga sama ica? Umi kenapa pergi? Ica janji ngga bakal pergi ke madinah mi. Ica janji bakal merhatiin umi mi. Bangunn mii"

Aku mengguncang tubuh umi yang kaku. Ini seperti mimpi buruk.

"Ica tenang ca. Ca, sesungguhnya setiap yang bernyawa akan merasakan kematian.ikhlasin umi kamu pergi ca."

Via yang entah sejak kapan berada disini mengatakan itu. Ia datang bersama fasya, suaminya.

"Diam! Kamu ngga ngerti apa yang aku rasain! "

Mereka yang mengerti keadaanku, lantas diam saja.

"Bii ica mau ikut umi bi. Ica mau ikut umiii"

"Ica, abi juga sedih ca. Jangan seperti ini"

Hingga akhirnya pelukan hangat abi menenangkanku.

Aku dan abi bersiap untuk mengantarkan umi ke tempat peristirahatan terakhir umi. Entah kapan, aku pun pasti akan menyusul umi. Hanya masalah waktu.

"Ica ayo pulang "

Ajak ke lima sahabatku. Sedari tadi tak henti-hentinya mereka menghiburku.

"Ca, aku turut berduka atas kepergian umi"

Kata kak fasya yang sedari tadi disamping via. Baru kali ini aku merasa tak peduli dengan mereka yang bersama. Masa bodo.

Hidupku seperti hampa. Kini hanya tinggal aku dan abi. Aku berjanji akan merawat abi, sebaik-baiknya.

🌵🌵🌵

Story Secret Love (selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang