Damara POV
Setelah damar mendengar pengumuman itu, rasanya ia dihantui oleh beribu ribu makhluk halus yang akan selalu mengganggu dan menghantuinya. Siapa lagi kalau bukan silvia dan Alena. Ia merasa dunia nya yang damai sentosa ini akan berubah menjadi dunia yang sangat sangaaaaaaat buruk!!
"GILANG! LO GANTIIN GUE AJA DI KELOMPOK INI NIH, BANYAK CEWEK NYA LO SUKA KAN?"
Damar berbicara kepada gilang, dia adalah teman dekatnya di kelas sama dengan Bima, yang berbeda adalah bima berbeda kelas dengan gilang dan juga damara."Halah, gausah so jaim gitu deh. Lihat di urutan cewe cewe itu ada cewe yang sangat menarik perhatian lo kan???????????" Jawab gilang usil.
"Lah apaan, gue ogah liat cewe tu makhluk halus"
Jawab gilang sembari melirik kedua wanita yg di masudnya itu."Duh, awas loh nanti lo jd suka ke dua duanya. HAHAHAH!" Sindir gilang sambil menepuk punggung damara dengan kencang. Damara yang terlihat marah itu langsung memelototi gilang, gilang yang takut akan mata damar yang seakan akan keluar itu langsung lari dan keluar kelas.
Damar memikirkan perkataan Damara tadi,
"kalau suatu saat nanti beneran gue suka sama salah satu wanita itu karna gue terlalu membencinya gimana?! Shit"Damara hanya menenangkan dirinya untuk tidak sampai seperti itu dan mengontrol dirinya. Bahwa tekad dia sekarang adalah menjadi lelaki yang elegan dan berwasasan luas yang menjadi lelaki idaman setiap wanita. Termasuk Alena.
■■■
Kringgggg!!! Kringggg!!!
Bel pulang hari ini bergema di seluruh pelosok kelas, di tambah sahutan anak sekolah yang sangat gembira mendengar bel terakhir di hari yang melelahkan ini. Tapi berbeda dengan Alena dan Damara. Hari ini mereka harus memulai pekerjaan kelompoknya untuk memenuhi tugas dari gurunya. Bayu, dan yang lainnya sudah berkumpul termasuk dengan silvia yang sangat bersemangat hari ini.
"Widih gue sekelompok dengan para bidadari nih,cihuy" ketus bayu sembari tertawa kecil. Teman teman yang lain hanya melihat dan memutar bola mata mereka.
"Damar kmn sih lama banget" cetus silvia yang sontak membuat nazwa, jihan juga teringat akan Alena.
"Alena juga dimana masha allah!" Jawab wawa dengan mengacuhkan pertanyaan dari silvi.
Tak lama dari silvia dan wawa membicarakannya, kedua tokoh utama dalam gosipan ini datang, Damara berjalan di depannya yang tdk memperdulikan dengan istilah ladies first. Di belakangnya di buntuti oleh Alena dengan muka yang sangaaat malas untuk di lihat, karena bibir mungilnya itu sedang membuat atraksi dengan memanyunkan nya ke depan.
"DAMAR SINI DUDUK DEKET GUE DAMARAAAAAA!!" Teriak centil dari seorang silvia untuk damara pun keluar dengan menggelegar, sampai sampai yang lainnya menutup telinga.
"Ogah" jawab damar ketus.
Akhirnya Alena duduk di sebelah wawa dan tiba tiba Damara duduk di sebelahnya, mata Alena langsung terbelak melihat damara yg duduk di sampingnya. Rasanya ingin dia balikan kursi itu agar damar tdk dekat dekt dengannya. Terlihat juga di kursi sebrang, silvia menatap tak suka kepada alena.
"Buset! Ni orang kempyang belum tau apa gue gak suka liat batang idungnya, ini so soan duduk deket gue. Mana tu nene rombeng ngeliatin gu terus lagi"
"Heh inces lena, abis dari manaaaa lo. Lama bet dah, gue sm yang lain disini nunggu" tanya jihan kepada alena yang membuat alena terbangun dari khayalannya itu.
"E..ee..eh iya, ini tadi gue di panggil pak bernard dulu buat bimbingan itu loh"
"Oh yowis ben lah" jawab jihan sambil mngacungkan jempolnya kehadapan Alena.

KAMU SEDANG MEMBACA
DAMAR
General FictionDamara Dwi Putra adalah seorang lelaki yang sangat disiplin. Ia adalah anak tunggal, sejak ia duduk di bangku SMA ia sudah sangat terbiasa dengan dunia militer hingga akhirnya ia di pertemukan dengan seorang wanita yang sangat berbeda prinsip dengan...