FIVE

2.2K 99 3
                                    

Setelah kejadian kemarin sore. Alena tidak lagi menganggu dan mendekati damara. Alena rasanya tidak tahan bila harus memaksakan untuk mendekati Damara lagi. Baginya sekarang, setelah kemarin sore dia diturunkan di jalan. Damara bukanlah seorang manusia, dan Alena tidak ingin lagi kenal dengan Damara.

Alena tiba di sekolah hari ini cukup pagi, ia sampai di sekolah pukul 6.07. melihat sekeliling sekolah masih sangat sepi langsung saja Alena masuk ke dalam kelas.
Tiba di kelas, alena sangat terkejut. Melihat sosok makhluk yang sedang duduk dengan earphone yang terpasang di telinganya.
     "Gilak ni orang udh dateng aja"
Alena berniat datang pagi itu agar tak bertemu dengan Damar di jalanan sekolah, eh taunya sekarang malah dalam 1 ruangan dan hanya berdua.
Alena pun langsung duduk di bangkunya dan mengeluarkan buku pelajaran Matematika, dia berniat untuk mengalihkan perhatian nya terhadap Damar.

6.30 anak anak sudah ramai datang ke sekolah, di dalam kelaspun sudah banyak siswa lain bukan hanya aku dan Damara saja. Bbrp menit ruangan kelas yg sepi ini hanya diisi oleh keheningan antara Alena dan Damara itu membuat Alena sangat jengkel. Dia tidak menyukai ketika di hadapannya ada orang lain yg ia kenal dan tidak ngobrol dengannya itu sangat menjengkelkan bagi Alena. Tapi syukurlah, setelah itu Jihan dan wawa sudah datang.

"Lo dari tadi ngapain buka buku Matematika? Emang tugas Matematika lo belum beres?" Tanya jihan melihat Alena hanya bengong melihat buku tulisnya yang masih kosong itu.
"E..eh lo jih!" Alena terkejut melihat kedangan temannya itu.
"Hm engga, inj gue cuman buka buku aja" Alena menjawab sambil memainkan matanya,melirik ke arah Damar yang sedang duduk dengan posisi yang sama.wawa mendekatkan diri untuk duduk di kursi sebelah Alena, menanyakan apa yang di maksudkan mata Alena itu.

"Hmm. Tadi gue dateng sengaja pagi, biar ga ketemu sama makhluk itu (menjulurkan lidah dalam mulut dipipi) tapi ternyata makhluk itu udah datang duluan.-_-" dengusnya kezal.
"Lah? Bukannya lo suka banget tuh gangguin damar. Hahahaha" jawab jihan sambim tertawa.
"Ogah deh skrg guemah, siapa Damar? Ga kenal iwhh. Makhluk astral itumah"
"Sttt, liat Damar nya ada di blkg lo woi!" Bisik wawa
"Bodo amat"

Alena merasa masih sangat kesal dengan sikap Damar itu, hingga seterusnya Alena tak menggangu Damara lagi sesuai dengan keinginan Damar.

■■

Damara duduk di bangku kelasnya sendirian, hari itu pukul 6.05 Damara sudah sampai di sekolah, suasanya sepi dan kelaspun sangaaat sepi dan kosooooonk.
Damara memasang earphone di telinganya, mendengarkan Lagu - Lagu khas KOMANDO TNI.

Brak..
Seseorang membuka pintunya, dilihat oleh Damara dia adalah Alena. Gadis kemari  sore yang ia paksa turun dari mobilnya dan menangis dalam mobil. Alena melihat ke arah damar dan terkejut. Damara pun langsung mengalihkan perhatiannya untuk tidak melihat Alena lagi. Damar hanya duduk sembari bersiul siul mengiringi lagu yang ada di earphonenya itu.

Melihat Alena, dia pindah duduk di bangku depan jauh dari bangku Damar. Damar melihat gerak gerik alena yang sedikit membuatnya ingin tertawa, kenapa tidak. Alena sangat sibuk membaca buku matematika yang hanya kertas putih bersih. Damar pun tertawa dalam hatinya seraya berkata "idiot?"
Setelah itu damara kembali sibuk dengan kegiatannya, sesekali ia melirik ke araha Alena. Dan ia berfikir, kenapa Alena tidak mengganggunya lagi seperti hari hari sebelumnya. Memaksanya untuk meminya maaf atau mengajak damar untuk menjadi partner belajarnya. Damar merasa ada yang hilang dalam dirinya, meskipun hanya baru baru ia kenal dengan Alena dan di ganggu Alena. Ia merasakan ada yg hilang ketika Alena tidak mengganggunya lagi. Berbeda dengan silvia, dia akan bahagia sekali ketika silvia tidak mengganggunya.

Jam 6.30, siswa siswi sudah banyak yang datang ke sekolah. Sekolahpun berubah menjadi ramai dan tidak sepi lagi, sama dengan di dalam kelasku. Sangat berisik dan ramai sekali. Termasuk geng 3JAN ^Jihan,Alena,Nazwa^ iya, Damara sangat mendengar celotehan Alena tentang dirinya yg disebut sebut makhluk astral. Alena mengatakan bahwa dia tidak mengenal lagi Damar. Damara hanya terkekeh senyum licik pada wajahnya. Rasanya obrolan mereka membuat earphone Damar tidak berfungsi untuk di jadikan alat bantu dengar musiknya.

"Ogah deh skrg guemah, siapa Damar? Ga kenal iwhh. Makhluk astral itumah"

Alena mengatakan kata kata itu sangat kencang, sampai sampai dinding pertahanan dari earphone Damar pun runtuh.
"Semarah itu alena mke gue? salah apa gue." Pikir Damar
Damar terus berfikir apa yang telah dilakukannya kepada alena. Dan iya, dia terpikirkan menurunkan Alena di jalan sore kemarin.

"Bodo amat lah apa masalah gue, ko gue yang perduli." Ucap Damar dalam hati.

■■

Pelajaran di sekolahpun berjalan normal seperti biasanya, dan pada saat pelajaran Matematika. Bu Rina selaku guru MTK memberikan tugas terberaaaaat bagi Alena dan Damara.
  " sebentar lagi kalian akan mengikuti UJIAN NASIONAL ibu harap kalian bisa bekerja sama dan belajar bersama dengan kelompok yang sudah ibu bentuk."
"Dilihat di kelompok pertama yaitu
  - Alena Putri
  - Bayu Purnama
  - Damara Dwi P
  - Jihan Malik
  - Nazwa Salsabila
  - Silvia Oktavi
Itu adalah kelompok pertama yang ibu buat. Kaliam harus membuat laporan belajarnya, dan laporkan ke ibu"

DEG.. DEG..

"Tidak!!!!!!!!!!!!" Sebentar lagi dunia Alena dan Hatinya yang sudah bersikeras untuk tidak mengenal Damara lagi akan menjadi Runtuh dan Ambruk, dinding yang sudah di siapkan sia sia. Berbeda dengan Silvia, dia sangat senang karena bisa satu kelompok dengan Damar, lelaki yang ia sukai. Dia sangat menyukai moment ini yang bisa dijadikannya sebagai kesempatan untuk lebih dekat dengan Damara.

maaf ya, aku late post bgt nih:( soalnya sibuk sama dunia real ku hehee. Jangn lupa vote ya, dan tunggu next chapter!♡

 

DAMARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang